"Jatuhkan mobilnya ke jurang sekarang juga!" Dalian mendorong pundak Ayah.
Jalanan licin membuat mobil tergelincir.
"Kyaaa!!!"
Semua orang menjerit saat mobil melaju liar menuju tepi jurang hingga ke dalam.
"Jedderr!! Jedderr!!" Petir menyambar.
Seakan meramalkan malapetaka yang akan datang.
Dan dalam kekacauan itu, terdengar suara di tengah hujan dan petir, suara yang hanya Dalian yang bisa dengar.
"Selamat datang, gadis berambut hitam."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis itu Mencemaskan Sahabatnya
Setelah latihan selesai, Dalian berjalan dengan langkah lelah menuju gerbang sekolah. Senyumnya sudah hilang, tergantikan oleh perasaan yang sedikit cemas. Dia mencari-cari keberadaan Chelsey di sekitar lapangan, tapi tak ada tanda-tanda sahabatnya itu. Biasanya, mereka selalu pulang bersama. Namun kali ini, entah mengapa, Chelsey sudah tidak ada.
Dalian mengeluarkan ponselnya. Matanya sedikit menyipit karena cahaya matahari sore yang menyengat. Dia menekan nomor Chelsey dengan cepat dan menunggu beberapa detik sebelum suara telfon terdengar di ujung sana.
"Hallo?" Suara Chelsey terdengar agak datar, tidak seperti biasanya yang penuh semangat.
"Chelsey, lo udah pulang?" tanya Dalian dengan cemas.
"Iya, gue udah pulang," jawab Chelsey singkat. "Ada apa?"
Dalian menggigit bibirnya, merasa aneh mendengar nada suara Chelsey yang terdengar agak dingin. "Lo kenapa? Kok nggak di lapangan tadi? Gue nyariin lo."
"Ada banyak hal yang harus gue pikirin," jawab Chelsey pelan, seolah enggan melanjutkan percakapan lebih jauh.
Dalian merasa hatinya seperti tercekik. Dia tahu ada sesuatu yang salah, dan instingnya mengatakan kalau itu berhubungan dengan dirinya, atau lebih tepatnya, dengan kedekatannya dengan Karel.
"Chelsey, gue minta maaf. Kalau gue ada yang bikin lo kecewa... gue nggak berniat begitu," ujar Dalian, suaranya terdengar cemas.
Namun, sebelum Chelsey bisa memberikan jawaban, suara di seberang telepon itu terdiam sejenak. Dalian bisa mendengar napas yang berat, seperti ada sesuatu yang membebani sahabatnya itu.
"Dalian, lo nggak usah khawatir. Gue cuma... perlu waktu sendiri," ujar Chelsey, kali ini suaranya lebih lembut, tapi tetap ada keraguan yang tak bisa disembunyikan.
Dalian merasa berat di dadanya. "Gue nggak mau lo ngerasa jauh dari gue, Chelsey. Kalau ada apa-apa, kita bicarain. Gue beneran pengen bantu."
"Baiklah. Nanti kita obrolin," jawab Chelsey, lalu menutup teleponnya dengan cepat.
Dalian menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk. Ia tahu bahwa Chelsey merasa terluka, dan itu membuat hatinya semakin berat. Ia melangkah keluar dari gerbang sekolah, berniat menuju rumah Chelsey untuk memastikan semuanya baik-baik saja.
Namun, langkahnya terhenti saat melihat Karel berdiri tak jauh darinya, seolah menunggunya.
Karel tersenyum tipis, dengan mata yang mengamati Dalian. "Mau ke mana?"
Dalian menatap Karel dengan tatapan lelah. Dia sudah cukup lelah dengan semua drama yang terjadi belakangan ini. "Karel, gue mohon... Jangan ikut. Gue mau pergi ke rumah Chelsey. Gue butuh waktu buat ngobrol sama dia," ucap Dalian dengan suara yang penuh harap, seolah meminta Karel untuk memahami.
Karel terdiam sejenak, menatap Dalian dengan intensitas yang sulit dipahami. Dia tampak bingung sejenak, kemudian mengangguk pelan, meski wajahnya tetap menunjukkan kekhawatiran.
"Oke, gue ngerti," jawabnya akhirnya, walaupun terlihat ada perasaan yang mengganjal di matanya.
Namun, Dalian merasa sedikit lega. "Makasih, Karel. Juga, sebenernya gue mau ngomong penting sama elo, tapi kali ini... biarin gue fokus dulu sama Chelsey. Dia lagi butuh temen."
Dalian berjalan pergi dengan langkah mantap, sementara Karel tetap berdiri di sana, mengamati Dalian dengan ekspresi yang sulit diartikan. Dalian bisa merasakan perasaan aneh yang masih tertinggal di udara, namun dia berusaha untuk tidak memikirkan itu lebih lama. Fokusnya sekarang hanya satu: memastikan Chelsey baik-baik saja.
Ketika Dalian sampai di depan rumah Chelsey, dia merasa sedikit khawatir. Tidak ada yang lebih penting baginya saat ini selain memperbaiki hubungan dengan sahabatnya. Dia menekan bel pintu dengan penuh harapan, berharap bisa berbicara dengan Chelsey, menghapus rasa sakit yang mungkin telah tumbuh antara mereka.
Pintu terbuka perlahan, dan Chelsey muncul di sana dengan wajah yang tampak sedikit lelah dan murung. Namun, ketika matanya bertemu dengan mata Dalian, ada sesuatu yang berubah dalam pandangannya. Meskipun masih ada jarak, ada secercah harapan di sana.
"Chelsey..." Dalian memulai, suaranya lembut, penuh penyesalan. "Gue nggak pernah bermaksud bikin lo ngerasa kesepian atau sakit hati. Lo sahabat gue. Gue... gue nggak mau kehilangan lo."
Chelsey terdiam sejenak, matanya yang biasanya penuh semangat sekarang tampak lebih dalam, lebih terluka. "Gue cuma... butuh waktu. Lo tahu kan, gue nggak bisa selalu jadi orang yang tegar. Gue juga manusia, Dalian. Gue juga punya perasaan," katanya pelan, dengan suara yang hampir tak terdengar.
Dalian mengangguk, hatinya teriris mendengar kata-kata itu. "Gue tahu. Gue janji, gue bakal lebih perhatian sama lo. Gue nggak mau lo ngerasa terabaikan."
Dalian tahu bahwa dia harus menunjukkan betapa pentingnya Chelsey baginya. Dia tak bisa membiarkan hubungan mereka renggang hanya karena sebuah kesalahpahaman atau kebingungannya sendiri.
Dengan perasaan yang lebih ringan, Dalian akhirnya mengambil langkah untuk memperbaiki semuanya. "Chelsey," panggilnya lembut, matanya menatap sahabatnya dengan tulus.
"Gue nggak akan pulang dulu malam ini. Gue akan tinggal di sini, sama lo. Gue pengen kita bisa ngelakuin hal-hal yang bikin kita seneng, kayak dulu."
Chelsey terdiam sejenak, matanya membelalak sedikit, sebelum akhirnya sebuah senyuman kecil muncul di wajahnya. "Lo serius?" tanyanya, tak percaya.
Dalian tersenyum mengangguk.
Malam itu, mereka akan menghabiskan waktu bersama, tanpa ada gangguan dari siapa pun—tanpa ada drama yang tak perlu. Mereka hanya berdua, seperti dulu.
"Jadi, lo mau ngapain? Film? Atau main game? Gue masih punya beberapa makanan ringan yang gue simpan," tawar Chelsey sambil memeriksa lemari makanannya.
Dalian tertawa kecil, menyadari betapa mereka berdua sering kali melakukan hal-hal sederhana ini bersama. "Film aja, deh. Kita harus nonton sesuatu yang lucu. Gue butuh tertawa sekarang," jawabnya dengan semangat.
Chelsey segera memilih film komedi yang mereka berdua suka. Meskipun suasana sedikit canggung di awal, keduanya mulai bisa menikmati kebersamaan mereka. Mereka saling bertukar candaan ringan dan berbagi kisah-kisah lucu yang mereka alami.
Dalian bisa merasakan atmosfer yang lebih hangat di antara mereka, dan dia merasa, untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir, segala perasaan cemas dan bersalahnya mulai mereda. Ketika mereka mulai menonton film, Dalian merasakan kenyamanan yang lama tak ia rasakan. Sambil tertawa terbahak-bahak melihat adegan konyol dalam film, Dalian menyadari betapa berharganya momen seperti ini.
"Gue nggak tahu kenapa, tapi gue bener-bener merindukan kebersamaan kayak gini, Chelsey," ucap Dalian dengan senyum tulus.
Chelsey hanya mengangguk dan melemparkan senyum ke arah Dalian. "Gue juga."
Malam itu, mereka menikmati waktu bersama tanpa memikirkan masalah lainnya. Tidak ada Karel, tidak ada gangguan dari teman-teman lain, hanya ada mereka berdua, tertawa bersama dan menikmati kebersamaan yang sudah lama terlewat. Dalam hatinya, Dalian tahu bahwa ini adalah langkah pertama untuk memperbaiki hubungan mereka dan memastikan persahabatan mereka tetap kuat, tanpa ada yang merusaknya.
Mereka melanjutkan malam itu dengan bermain game, berbagi makanan ringan, dan berbicara tentang segala hal yang mereka lewatkan. Dalian merasa sangat berterima kasih karena akhirnya bisa kembali merasakan kedekatan yang selama ini terasa hilang.
Dengan semua masalah yang terjadi, satu hal yang pasti: persahabatan mereka lebih penting daripada apapun. Dan malam itu, dia berjanji untuk tidak pernah membiarkan perasaan cemas atau kebingungannya merusak hubungan itu lagi.
aku sudah mampir yah kak "Fight or Flight"