Meluluhkan Hati Suamiku

"Ini, perempuan pilihan mama ... Namanya Erina, bahkan wajahnya lebih cantik dibandingkan pacarmu itu." ujar Belinda menepuk pelan tangan Erina.

Erina menadah, melihat ke arah Ervin hanya hanya menatapnya sekilas. Tidak ada ekspresi apapun di wajahnya.

"Dan kami udah mengatur, pernikahan kalian akan berlangsung dalam waktu satu bulan kedepan," papar Belinda. "Aku tidak menerima penolakan, atau? Kamu tahu sendiri, apa yang akan terjadi pada pacarmu itu." ancam Belinda.

Herman menekan tombol di bawah meja, pertanda agar makanan yang sebelumnya dipesan agar segera diantar.

Tak lama kemudian, makanan pesanan mereka datang, dan selanjutnya hanya terdengar suara dentingan yang memecahkan kesunyian.

Mereka menikmati makanan dengan puas. Lebih tepatnya, Belinda dan Herman. Karena, Erina dan Ervin hanya mengaduk-aduk makanannya. sebab, meraka berdua sama-sama tidak nafsu.

Ervin kembali teringat Clara, yang mungkin sedang marah di suatu tempat. Atau sekarang, Clara malah menyakiti dirinya sendiri, yang akhirnya membuat bulu kuduk Ervin merinding, kala membayangkannya.

Sedangkan Erina, hanya merasa jika dia telah menjadi orang ketiga dalam hubungan ini. Mati-matian dia meyakinkan dirinya, jika apa yang dia lakukan bukanlah, kesalahan.

"Kamu gak usah khawatir, segala sesuatunya biar mama yang urus. Kamu hanya harus datang saat hari pernikahan. Dan jika kamu melanggarnya, kamu tahu pasti hukumannya." jelas Belinda membuat Ervin pasrah.

Ervin melirik sekilas ke arah Erina, dia terlihat seperti gadis polos yang gampang di kibuli. Dan wajah Erina, sungguh sangat tertekan. Dan Ervin yakin, jika Erina pun, korban paksaan dari keegoisan mamanya.

"Baiklah, aku terima pernikahan ini. Biar kalian berdua puas." tekan Ervin menatap tajam ke arah mamanya.

"Semoga, dia bisa diajak kerja sama." batin Ervin.

Setelah acara makan malamnya selesai, ke empat mereka langsung keluar. Herman dengan bangganya menggandeng perempuan di sampingnya. Sedangkan Erina berjalan, dibelakang mengikuti langkah kaki Belinda dan Herman. Tak lupa, Ervin disampingnya.

"Biar aku yang mengantarnya. Karena ada hal yang ingin aku bicarakan tentang rencana pernikahan kami berdua." kata Ervin saat Belinda menyuruh Erina untuk masuk ke mobilnya.

Mata Belinda menyipit, namun sedetik kemudian dia mengangguk setuju. Alhasil, Erina malah seperti kesetrum, karena kesetujuan dari Belinda.

"Jadi, kenapa mama menjodohkan kita?" tanya Ervin kala mereka dalam perjalanan.

"Ka-karena, aku sempat menolongnya saat itu." balas Erina menunduk.

"Apa kamu juga di paksa olehnya?" tanya Ervin lagi. Namun Erina memilih untuk tidak menjawab pertanyaan itu.

Dan Ervin berkesimpulan jika Belinda telah memaksa gadis disampingnya.

"Aku mau kita buat perjanjian. Karena kamu tahu sendiri kan, jika diantara kita tidak ada yang katanya cinta. Dan aku juga yakin, jika kamu pasti punya impian yang belum kamu wujudkan. Jadi, aku kita hanya menikah diatas kertas. Tanpa melakukan kewajiban suami istri pada umumnya," papar Ervin, melirik sekilas ke arah Erina yang juga menatapnya. "Aku gak mau menyakiti Clara, dia gadis yang aku cintai. Mungkin, mama belum terlalu akrab sama Clara, makanya mama bersikap seperti tadi. Jadi, walaupun kita sudah menikah nanti. Clara tetap jadi pacar ku." lanjutnya.

Di mobil lain, Belinda malah terkekeh mendengar permintaan dan penjelasan dari Ervin. Iya, Belinda telah meletakkan alat perekam di bros yang dipakai oleh Erina. Dia meminta bantuan dari mua yang membantu Erina bersiap.

Karena sebelumnya, Belinda sudah memprediksi tentang Ervin yang ingin mengantarkan Erina. Karena dia paham betul bagaimana watak dari anaknya itu.

"Sungguh, Ervin seperti mu pa ... Sama-sama pernah tergila-gila pada wanita yang salah." kekeh Belinda dan Herman langsung meminta maaf.

Walaupun itu kesalahan masa lalu, namun setiap kali Belinda mengingatnya, wajah Belinda pasti kesal.

"Ah ,,, kalian para istri. Sampai kapan, bisa melupakan kesalahan para suami?" gumam Herman. Namun, langsung disikut oleh Belinda.

"Pak, tolong antarkan kami ke penginapan bintang laut, sepertinya ibu sedang kasmaran." kekeh Herman membuat wajah Belinda memerah.

Bagaimana tidak, penginapan bintang laut adalah tempat pertama mereka melakukan bulan madu. Baik Herman dan Belinda, sama-sama menyukai tempat itu. Beruntung sekarang mereka menjadi, salah satu penanam saham disana.

Kembali ke Erina dan Ervin. Ervin langsung tersenyum kala menurunkan Erina di depan apartemen mamanya. Sekarang, dia baru paham. Jika Erina memang wanita yang spesial bagi mamanya.

Karena tidak mudah bagi Belinda membiarkan orang-orang untuk menempati apartemennya.

Saat orang hendak menyewa pun, Belinda benar-benar menyelidiki orang tersebut.

"Aku harap, kamu tidak mengecewakan aku Erina. Karena kmu pasti udah tahu peraturan-peraturan dalam keluarga kami." kata Ervin sebelum melesat pergi.

Kala mobil yang di kendarai Ervin menghilang di pandangan. Erin baru bisa menghela napas lega.

Sebuah pesan langsung masuk ke ponsel pintarnya.

"Aku harap, kamu tidak mengikuti permintaan Ervin, Erina ... Ingat. Kamu calon istrinya, dan kelak, kamu lah, perempuan yang berhak atasnya. Jangan biarkan Clara masuk ke ranah, rumah tanggamu."

Erina hanya membaca, tidak terkejut sedikitpun, kenapa Belinda sampai mengetahui pembicaraannya dengan Ervin. Lebih tepatnya, permintaan Ervin.

Ervin tiba di apartemen Clara, dia mencari keberadaan Clara di seluruh ruangan. Namun Clara tidak terlihat dimana pun.

Ervin langsung frustasi, dan menelpon Clara. Akan tetapi, nomor Clara tidak aktif.

"Sialan ... Kamu kemana sih Clara?" teriak Ervin.

Dia takut sekaligus khawatir jika Clara berbuat sesuatu di luar nalar.

Karena sebelum-sebelumnya, jika ada masalah Clara pasti mengancam untuk bunuh diri.

Karena khawatir tentang keadaan Clara. Ervin keluar dari apartemen dan melajukan mobilnya kesebuah bar yang berada di pusat kota. Karena tempat itu merupakan tempat favorit mereka.

Apalagi, sekarang, keadaan Clara tidak baik-baik saja. Jadi, sudah dipastikan jika Clara menghabiskan waktu disana.

Disisi lain, Clara sedang membagi keringat di apartemen yang berada di lantai yang sama dengannya. Lebih tepatnya, apartemen yang berhadapan dengan miliknya.

Dia yang kesal karena Belinda, memilih untuk menghukum kekasih gelapnya. Dan hal itu membuat semangat lebih membara.

"Kamu luar biasa sekali Clara ... Bahkan lebih dari biasanya." puji kekasih Clara bernama Alex.

Clara hanya mendengus mendengar pujian dari Alex.

"Aku ingin sekali menyingkirkan Belinda. Aku ingin dia mati ..." adu Clara.

"Dan kamu tahu, kita tidak akan mudah mencapainya. Karena selain bodyguard yang terlatih. Dia memang sangat jarang keluar dari kediamannya. Kecuali, jika ada hal-hal yang mendesak." balas Alex.

"Terus, bagaimana aku bisa masuk ke keluarga Ervin? Aku gak mau kehilangan sumber uangku!" seru Clara.

"Clara, lupakan Ervin ... Ayo menikah denganku ..." ajak Alex.

Clara langsung menatap beringas ke arah Alex. Dia jengah setiap mendengar ajakan nikah dari Alex.as

"Alex, aku akan menikahimu jika semua harta Ervin jatuh ke tanganku. Dan kita akan hidup bahagia di luar negeri. Jadi, jangan sesekali aku mendengar lagi ucapan itu dari mulutmu ... Oke?" tegas Clara membuat Alex mengangguk pasrah.

Alex dan Clara sudah berhubungan semenjak mereka SMA. Dan Alex hanya seorang anak seorang tukang di sebuah desa. Dia bisa sekolah di kota karena mendapatkan beasiswa.

Jadi, karena kepintarannya lah, Clara tergila-gila. Namun kepintaran tidak ada artinya, kala Alex tidak bisa memberikan apapun maunya. Hingga akhirnya dia bertemu Ervin, dan menjeratnya dengan pura-pura lemah dihadapan lelaki itu.

Alhasil Ervin terjerat. Apalagi, wajah Clara yang dibilang cukup cantik. Sehingga Clara pun, menjelaskan tujuannya pada Alex. Alex yang terlalu cinta, hanya bisa mengikuti setiap alur yang telah Clara susun.