Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03
"Tapi apa?" tanya Pak Romi.
"Nggak papa," sahut Tania.
Paginya Tania sudah masak lengkap untuk suaminya.
"Mas, aku keluar dulu yah."
"Emang kamu mau kemana sepagi ini, aku aja belum berangkat ke kantor."
"Iya, ada urusan bentar Mas. Nggak lama kok," ucap Tania.
"Ya udah," sahut Pak Romi.
Tania pergi pakai supir pribadi, maklum sudah mau berumur.
"Pak Lana, kita antar saya ke rumah Gavin yah."
"Baik, Bu," sahut Pak Lana.
Pak Lana ini sudah lama bekerja di rumah Pak Romi, sejak Gavin masih kecil mungkin sudah 25 tahun.
Sampai di rumah Gavin, Tania mengetuk pintunya.
"Gavin, Anjani," panggil Tania. Dan pintu pun dibuka.
"Mama," sahut Anjani yang sudah mandi dan rapi.
"Boleh Mama masuk," ucap Tania.
"Iya," sahut Anjani.
Di ruang tamu Anjani mempersilahkan duduk, "Duduk, Ma."
"Iya makasih," ucap Tania melihat Anjani yang sudah rapi, "kamu mau kemana?"
"Kerja," sahut Anjani seadanya.
"Apa! Kamu kerja!" ucap Tania terkejut.
"Iya, Ma," sahut Anjani.
"Kamu sudah jadi istri, Anjani. Sudah sepantasnya di rumah," ucap Tania.
"Iya, saya tahu itu."
"Kalau kamu tahu kenapa masih kerja?" tanya Tania.
"Buat biaya hidup saya," sahut Anjani.
"Anjani! Mama serius yah, kamu ini sudah jadi istri Gavin. Seharusnya di rumah aja," ucap Tania.
Anjani hanya tersenyum, ia pun berdiri.
"Mama tunggu disini," ucap Anjani.
"Kamu mau kemana?" tanya Tania.
"Tunggu saja, Ma," sahut Anjani. Ia pergi ke kamar untuk mengambil surat perjanjian antara dirinya dengan Gavin, biar tidak disalahkan.
"Anjani kenapa sih? Kerja? Dia itu udah jadi istri Gavin Anderson," gumam Tania. Kemudian Anjani datang, ia menyerahkan surat itu.
"Silahkan Mama baca," ucap Anjani.
"Ini apa?" tanya Tania.
"Baca aja," sahut Anjani dengan singkat.
Tania pun membaca surat perjanjian itu, matanya langsung melotot.
"Ini ...."
"Jadi sekarang sudah jelas kan, jadi sebaiknya Mama jangan menyalahkan saya."
"Anjani, kalian itu sah menikah!" ucap Tania.
"Saya tahu, tapi Gavin nggak mencintai saya karena jarak umur. Begitu juga dengan saya, Gavin masih belum dewasa."
"Saya akan beri nasehat Gavin," ucap Tania.
"Nggak usah," sahut Anjani.
"Kenapa?" tanya Tania heran.
"Saya nggak mau ribut, jalani aja dulu sampai Alexa ditemukan."
"Anjani, Mama mohon kamu jangan begini."
"Saya emang begini."
"Anjani, Mama nggak suka sama Alexa!" ungkap Tania dengan jujur.
"Itu urusan Mama bukan saya," ucap Anjani.
"Anjani kamu ini!" ucap Tania tidak habis pikir.
"Mama," panggil Gavin tiba-tiba muncul.
"Gavin," ucap Tania. Sedangkan, Anjani hanya diam.
Gavin melihat surat perjanjian itu ada di tangan mamanya.
"Ma itu ..." Gavin menunjuk tangan sang mama. Tiba-tiba, Tania menampar anaknya.
"Laki-laki bodoh kamu!" ucap Tania, "kamu itu suami apa, ha!"
"Ma, saya nggak cinta sama Anjani!"
"Iya Mama tahu, tapi seharusnya kamu kasih dia uang nafkah!" kesal Tania.
Gavin menatap Anjani, "Ini semua gara-gara kamu!"
"Maaf, saya nggak disalahkan oleh Mama jadi kasih tahu aja yang sebenarnya."
"Halah, ini rencana licik kamu kan!" tuduh Gavin.
"Terserah, saya pergi dulu." Anjani mencium tangan Tania lalu pergi.
Tania menatap Gavin, "Kamu akan menyesal, Gavin!"
"Saya nggak akan menyesal, Alexa yang paling berharga!"
"Lalu sekarang dia kemana?" tanya Tania.
"Mungkin dia ada disuatu tempat," sahut Gavin.
"Bodoh!" maki Tania.
"Terserah Mama, mau ngatain saya bodoh atau gimana. Yang pasti, jangan paksa saya mencintai wanita itu!" tekan Gavin, "ah, satu lagi. Jangan sampai papa tahu, jadi Mama harus merahasiakan ini."
Tania kembali menampar Gavin, "Kamu emang dibutakan sama perempuan ular itu!"
Gavin hanya tersenyum saja dan itu membuat Tania muak.
Sedangkan Anjani sudah sampai di toko gallerinya. Ia tidak menyangka, ada pelanggan sepagi ini.
"Hay," sapa orang itu.
"Kamu bukannya yang kemarin," sahut Anjani.
"Iya."
"Mau beli lukisan lagi?" tanya Anjani.
"Iya, tapi saya enggak beli lukisan kamu yang di dinding."
"Lalu?"
"Kamu harus melukis saya," ucapnya.
"Baik," sahut Anjani lalu membuka tokonya, "Silahkan Mas duduk disitu."
"Iya," ucapnya.
Anjani melukis pelanggannya ini sangat hati-hati, butuh waktu 2 jam. Selama itu pelanggan mengajak Anjani mengobrol, ia begitu antusias bertanya.
"Owh, jadi kamu sudah menikah."
"Iya."
"Aduh, patah hati dong saya."
"Kenapa?" tanya Anjani dengan muka datarnya.
"Saya berniat ingin menjadi calon kamu," sahutnya.
"Terlalu jujur," puni Anjani.
"Hahaha ..." pelanggan itu tertawa.
Tukang bakso lewat di depan toko Anjani, ia pun memanggilnya.
"Paman," panggil Anjani.
"Mau beli bakso," ucap paman itu.
"Iya," sahut Anjani.
"Tunggu yah ...." ucap tukang bakso itu. Sedangkan Anjani berdiri.
"Mas tunggu sebentar yah, saya beli bakso dulu."
"Sekalian pesenin saya yah," ucapnya.
"Mas mau juga," sahut Anjani.
"Iya, saya belum makan pagi tadi."
"Ya sudah, mana uangnya?" tanya Anjani.
"Saya pikir kamu mau traktir," ucap pelanggan itu malu-malu.
"Kamu bukan orang terdekat saya," sahut Anjani.
"Iya deh, ini uangnya." pelanggan itu memberikan uang 50.000.
Anjani pun ke depan, ia memberitahu tukang bakso itu jika tambah satu porsi lagi.
"Lucu banget dia," ucap pelanggan itu sambil memperhatikan dari dalam.
Lalu tukang bakso itu sudah selesai membungkus baksonya, "Semuanya jadi Rp.40000
"Ini saya bayar bakso sendiri," ucap Anjani dan ini uang pelanggan saya yang di dalam."
Tukang bakso itu mengembalikan uang pelanggan itu Rp.30000.
"Beli ya, paman," ucap Anjani.
"Iya," sahut tukang bakso itu.
Anjani membuat baksonya di mangkok, begitu juga dengan pelanggan itu.
"Em, enak banget. Siapa nama tukang bakso tadi?" tanya pelanggan tadi.
"Pak Budi," sahut Anjani.
"Dia sering lewat yah."
"Iya, setiap hari."
"Wah, bisa kesini lagi dong buat makan bakso."
Bahkan Anjani melihat pelanggannya ini sangat menikmati baksonya.
"Gila, ini bakso paling enak yang pernah aku makan. Harganya juga murah, harus saya bawa nih ke rumah."
"Emang Mas nggak pernah makan bakso jalanan?" tanya Anjani.
"Nggak pernah," sahutnya, "paling juga makan bakso di restoran."
"Owh ...."
"Bu Anjani, jangan lupa yah lukisan saya dikasih nama."
"Emang namanya siapa?" tanya Anjani.
"Nama saya Roy," sahutnya.
"Oke, nanti saya kasih nama."
"Hemm ...."
Selesai makan bakso, Anjani menyisipkan nama pelanggan di bawahnya.
"Udah selesai," ucap Anjani.
"Bagus banget Bu Anjani ngelukis," puji Roy.
"Masih banyak belajar lagi saya," ucap Anjani.
"Jadi ini berapa?" tanya Roy tentang harga.
"Rp.2000.000."
"Bayar pakai Qris yah," ucap Roy."
"Iya," sahut Anjani.
Kemudian Roy pamit, ia langsung ke kantor. Ternyata lukisan itu ia letakkan di ruang kerjanya, sambil terus memandang.
"Sayang banget dia sudah nikah," gumam Roy.
Pintu ada yang mengetuk, Roy menyuruhnya masuk.
"Bagus juga lukisannya," ucap orang itu.
BERSAMBUNG
semoga datang karma pada mereka..
Anjani aja gak pernah gangguin hidup mu...kamu aja yang tiap hari usil...
orang ketus mank harus dibalas ketus 👍👍👍