NovelToon NovelToon
Alena: My Beloved Vampire

Alena: My Beloved Vampire

Status: tamat
Genre:Tamat / Romansa Fantasi / Vampir / Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Syafar JJY

Alena: My Beloved Vampire

Sejak seratus tahun yang lalu, dunia percaya bahwa vampir telah punah. Sejarah dan kejayaan mereka terkubur bersama legenda kelam tentang perang besar yang melibatkan manusia, vampir, dan Lycan yang terjadi 200 tahun yang lalu.

Di sebuah gua di dalam hutan, Alberd tak sengaja membuka segel yang membangunkan Alena, vampir murni terakhir yang telah tertidur selama satu abad. Alena yang membawa kenangan masa lalu kelam akan kehancuran seluruh keluarganya meyakini bahwa Alberd adalah seseorang yang akan merubah takdir, lalu perlahan menumbuhkan perasaan cinta diantara mereka.
Namun, bayang-bayang bahaya mulai mendekat. Sisa-sisa organisasi pemburu vampir yang dulu berjaya kini kembali menunjukan dirinya, mengincar Alena sebagai simbol terakhir dari ras yang mereka ingin musnahkan.
Dapatkah mereka bertahan melawan kegelapan dan bahaya yang mengancam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syafar JJY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30: Kekuatan Dua Pusaka

Chapter 62: Serangan Mematikan

Mobil Alberd melaju kencang, membelah jalanan sepi yang dihimpit oleh hutan gelap dan bukit batu. Lampu-lampu kota Velmor telah tertinggal jauh di belakang, hanya menyisakan pekatnya malam yang terasa menyesakkan. Namun, dia tidak sendirian.

Di belakangnya, sebuah mobil hitam dengan lampu sorot menyala terang mengejar dengan agresif. Dua motor besar dengan suara mesin menderu melaju di sisi kiri dan kanan mobilnya, mengapit seperti pemangsa yang mengepung mangsanya.

Brak!

Salah satu pengendara motor menendang pintu mobilnya, membuat Alberd menggertakkan gigi. Setiap kali dia mencoba bermanuver, mereka tetap menempel seperti lintah. Ini bukan sekedar pengejaran biasa. Mereka menginginkannya mati.

Mata Alberd menyipit. Dia melihat ke depan, sebuah lapangan kosong di dekat bangunan tua yang sudah terbengkalai. Tidak ada saksi, tidak ada jalan keluar.

Dengan tekad bulat, dia menginjak rem dalam sekali hentakan. Ban mobil berdecit tajam, meninggalkan bekas gesekan di aspal sebelum berhenti mendadak.

Mobil hitam dan motor-motor itu juga berhenti. Dalam hening yang mencekam, para pengendara turun satu per satu. Empat pria berbadan kekar dari motor berboncengan, tiga lainnya keluar dari mobil hitam dengan langkah mantap.

Alberd membuka pintu mobilnya dengan gerakan tegas. Tatapan matanya tajam, waspada. Ada tujuh orang di hadapannya, tetapi itu bukan yang paling mengkhawatirkan.

Dari dalam mobil hitam, seorang pria terakhir keluar. Langkahnya perlahan, tenang, namun membawa hawa yang menekan. Jasnya tersampir di bahunya, wajahnya dihiasi seringai tipis penuh keyakinan.

Mata Alberd melebar. Kilasan ingatan menyeruak di kepalanya, ingatan yang pernah ditunjukkan oleh Alena.

Lycan!

Pria itu adalah Victor.

Victor berhenti beberapa langkah di depan pasukannya, lalu menoleh ke samping.

“Gregor,” panggilnya pelan.

Seorang pria bertubuh raksasa dengan wajah garang maju ke depan. Gregor Faust, dikenal sebagai Sang Eksekutor, salah satu petinggi organisasi pemburu vampir.

Dengan gerakan santai, Gregor menyodorkan rokok kepada Victor dan menyalakan koreknya.

Victor menghisap rokok itu dalam-dalam sebelum menghembuskan asap ke udara malam.

“Terima kasih, Gregor.”

“Ya, Tuan.”

Alberd berdiri tegap, menahan desakan adrenalin yang membanjiri tubuhnya. “Jadi kau Lycan itu,” ucapnya dengan nada dingin.

Victor menyeringai. “Ya, dan aku datang untukmu.”

Alberd mengepalkan tangan. “Kalau begitu, langsung saja. Apa maumu?”

Victor membuang puntung rokoknya dan menginjaknya. “Alena. Tinggalkan dia. Kau tidak layak.”

Ucapan itu menyalakan api di mata Alberd. Rahangnya mengeras, napasnya berat, namun tetap stabil. “Aku tidak akan menyerahkan Alena. Tidak ada tawar-menawar.”

Victor terkekeh kecil. “Sayang sekali.” Dia melirik Gregor dengan tatapan penuh perintah. “Bunuh dia.”

Tanpa aba-aba, Gregor melesat seperti kilatan petir, tinjunya meluncur dengan kekuatan menghancurkan.

Duakk!

Namun, sebelum tinju itu mengenai sasarannya, Alberd sudah lebih dulu bergerak. Tendangan kerasnya menghantam dada Gregor, menghempaskannya ke belakang, berlutut ditanah.

Gregor menggeram, menyeka darah dari sudut bibirnya. “Heh… kau lebih tangguh dari yang kuduga.”

Dari balik jaketnya, dia mengeluarkan belati berkilauan.

Gregor melesat lagi, pisau di tangannya membelah udara menuju tenggorokan Alberd.

Tap!

Alberd menangkap bilah pisau itu dengan dua jari seakan itu bukan apa-apa.

Dalam hitungan detik, dia melepaskan pukulan telak ke perut Gregor. Tubuh raksasa itu melengkung kesakitan. Alberd memutar tubuhnya lalu menghantamkan tendangan ke leher Gregor.

Brakk!

Gregor terlempar menghantam kap mobil.

Alberd memandangi belati di tangannya dan mendecakkan lidah. “Belati perak? Apa kau kira aku ini vampir?” Dia melemparnya ke tanah dengan jijik. “Sampah.”

Victor mengangkat alis, tampak terhibur. “Ternyata kau punya taring juga.”

Dia mengangkat tangannya ke udara. Perintah tanpa kata.

Enam pria bersenjata maju ke depan. Tiga membawa senapan, tiga lainnya mengacungkan pistol perak.

Alberd melirik sekelilingnya. Lingkaran eksekusi telah terbentuk.

Dia mendengus. “Enam lawan satu? Apa itu cukup membuatmu merasa jantan?”

Victor terkekeh. “Aku tidak tertarik pada omong kosong tentang kehormatan.” Dia menurunkan tangannya. “Tembak.”

Doorr! Doorr! Doorr!

Puluhan peluru perak melesat menuju Alberd.

Namun, sebelum peluru-peluru itu mencapai sasarannya, sebuah barier keemasan terbentuk di depan Alberd.

Clang! Clang! Clang!

Peluru-peluru itu terpental, menghantam tanah tanpa daya.

Mata Victor menyipit. “Apa…?”

Tangan Alberd mengepal. Api membara dari kedua tangannya, berkobar semakin besar. Udara di sekitarnya mendidih.

Dengan satu gerakan, dia mengayunkan kedua tangannya ke depan.

Ledakan api dahsyat melesat, menerjang keenam pria bersenjata.

BLAARR!

Tiga orang terhempas langsung mati di tempat, tubuh mereka hangus terbakar. Tiga lainnya terlempar menghantam kendaraan mereka, menjerit kesakitan dengan luka bakar serius.

Wajah Victor yang tenang akhirnya berubah.

Gregor bangkit tertatih-tatih. “Tuan… aku akan membantumu.”

Victor menatap Alberd. Untuk pertama kalinya, sorot matanya serius.

Tanpa sepatah kata, tubuhnya mulai berubah.

Otot-ototnya membesar, kulitnya meregang, tulang-tulangnya berderak bergeser. Dalam hitungan detik, dia telah bertransformasi menjadi sosok serigala raksasa setinggi 2,5 meter. Matanya yang keemasan berkilauan di bawah sinar bulan.

Alberd merasakan tekanan luar biasa dari monster di hadapannya.

Tapi dia tak punya pilihan.

“Aku hanya perlu bertahan sampai Alena datang,” gumamnya dalam hati.

Serigala itu menggeram dan dalam satu lompatan, ia menerjang.

Alberd juga melesat maju.

DUAARR!!

Benturan dahsyat terjadi di udara.

Victor mundur beberapa langkah sementara Alberd terhempas keras, menghantam kap mobilnya hingga penyok. Darah mengalir dari sudut bibirnya.

“Heh… kau kuat juga,” ujar Alberd seraya menyeka darah lalu bangkit berdiri.

Victor tidak memberi waktu. Dengan raungan menggelegar, ia menerjang kembali, cakarnya mengayun brutal.

Alberd menyilangkan tangannya, menciptakan barier..

DUAKK!

Tapi kekuatan Victor terlalu besar, barier itu pecah, Alberd terdorong mundur.

Saat itu juga, Gregor melesat dari sisi lain, menghantamnya dengan tendangan telak.

BRUKK!

Alberd terlempar ke tanah, batuk darah segar.

"Sial, menahan peluru dan mengeluarkan serangan api tadi menguras separuh energiku.."

Di sudut matanya, dia melihat belati perak tergeletak di sampingnya.

Dengan susah payah, ia meraihnya.

Alberd melesat dengan kecepatan penuh menuju Victor. Dalam sekejap, belati perak di tangannya menembus dada sang Lycan.

"Sreett!!"

Victor menggeram kesakitan. Matanya membelalak, otot-ototnya menegang, dan dari lukanya, darah menetes perlahan.

Alberd melompat kebelakang.

"Tuan Victor…!" Gregor berteriak panik, langsung berlari mendekati tuannya yang terhuyung.

Alberd, yang kini berdiri tertatih beberapa langkah darinya, terkejut. "Dia… terluka oleh belati perak?" gumamnya dengan napas terengah.

Gregor tak memberi waktu bagi Alberd untuk berpikir lebih lama, dia melompat menerjang, matanya penuh amarah.

Namun…

"BRAAKKK!!"

Tubuh Gregor terpental jauh, menghantam tembok beton di belakangnya hingga retak.

Sebuah sosok mendarat di hadapan Alberd dengan anggun, wanita berambut hitam panjang dengan sepasang sayap hitam membentang di punggungnya, dan mata merah menyala tajam di kegelapan malam.

Alberd tersenyum lega. "Kamu datang, istriku…" ucapnya lemah.

Namun, kakinya tak lagi mampu menopang tubuhnya. Ia berlutut ke tanah.

"Suamiku…!" Alena langsung meraih tubuh Alberd, memapahnya dengan lembut. "Maaf aku datang terlambat, sayang… Lokasimu cukup jauh."

"Tidak apa-apa…" Alberd menatapnya dengan lembut.

Alena menelusuri luka di tubuh suaminya dengan pandangan khawatir, lalu berbisik, "Kamu istirahatlah dulu. Biar aku yang mengurus sisanya."

Alberd mengangguk pelan, lalu berjalan tertatih menuju mobil dan duduk di dashboard-nya.

Sejenak suasana menjadi hening.

Alena menegakkan tubuhnya, berbalik menghadap Victor yang masih berdiri dengan luka menganga di dadanya. Mata merahnya berkilat, memancarkan cahaya tajam yang menusuk malam.

Dengan satu gerakan anggun, ia merentangkan tangannya ke samping.

"BLOODY ROSE."

Seakan mematuhi panggilannya, pedang itu muncul dalam genggamannya. Cahaya merah tua berpendar menyelimuti pedang itu, memantulkan aura mengerikan.

Alena menatap Victor dengan ekspresi sedingin es. "Masih satu minggu sebelum bulan purnama berikutnya… Tapi kau sudah berani menyergap suamiku di sini, Victor?"

Gregor, yang masih tersisa tenaga, meraih senapan perak dan langsung menodongkannya ke arah Alena.

"DOR! DOR! DOR!"

Tiga peluru perak melesat dengan kecepatan tinggi.

Namun, Alena tak bergerak. Tak sedikit pun tubuhnya bergeming.

Dalam sekejap…

"CLANG! CLANG! CLANG!"

Tiga kilatan merah berkelebat di udara. Bloody Rose telah ditebaskan dan ketiga peluru itu terbelah, jatuh ke tanah tanpa daya.

Gregor membelalakkan matanya. "I-ini gila…" gumamnya gemetar.

Sebelum sempat berbuat sesuatu, tubuhnya terangkat ke udara. Alena mengayunkan pedangnya sekali.

"SWOOSH!"

Ledakan merah menyapu tubuh Gregor, merobeknya di udara tanpa sisa.

Alena melangkah maju perlahan, mendekati Victor yang masih menahan luka di dadanya. Tatapannya penuh kebencian.

Victor, dengan sisa tenaganya, meraih mobil yang ada di sampingnya. Dengan geraman liar, ia mengangkatnya tinggi-tinggi, lalu melemparkannya ke arah Alena.

Namun…

"SHINGGG!!"

Dalam satu tebasan, Bloody Rose membelah mobil itu menjadi dua. Dua bagian kendaraan itu jatuh berdebam di kedua sisi Alena, sementara ia tetap berdiri tak bergeming.

Tiga anak buah Victor yang tersisa merangkak mundur perlahan, wajah mereka penuh ketakutan.

Alena mengangkat pedangnya ke atas. "Aku akan mengakhiri semuanya."

Dalam sekejap, Bloody Rose bercahaya merah pekat.

Di leher Alena, Crimson Tear ikut berpendar, bersinergi dengan pedang legendaris itu.

Alena memejamkan mata, menarik napas dalam…

Lalu, dalam satu gerakan anggun, ia berputar dan Bloody Rose menebas udara.

"WHOOOSHHH!!"

Gelombang merah raksasa melesat menerjang segala yang ada di depannya.

Victor dan seluruh anak buahnya tersapu bagaikan debu.

"DAARRRR!!"

Gelombang itu menghantam bangunan besar di belakang mereka.

"KRAAAKKK!!"

Bangunan itu bergetar hebat, lalu mulai runtuh.

"DOOMMM!!"

Suara gemuruh memecah kesunyian malam. Asap dan debu berhamburan, menyelimuti seluruh area.

Alena perlahan menurunkan pedangnya. Dengan anggun, ia menyarungkannya kembali ke dalam sarungnya.

Ia berbalik dan berjalan ke arah Alberd.

Alberd masih duduk terpaku, menatap kehancuran di depannya dengan ekspresi sulit dipercaya.

"Sayang…" suaranya hampir berbisik. "Inikah kekuatan Bloody Rose dan Crimson Tear…?"

Alena mengangguk pelan. "Itu… hanya setengah dari kekuatan maksimalku."

Alberd menoleh cepat. "Setengah?! Maksudmu… kamu bisa mengeluarkan serangan dua kali lebih kuat dari ini?"

Alena menatapnya lembut. "Ya… Tapi menggunakannya dengan kekuatan penuh akan menguras setengah dari total energiku."

Ia melanjutkan, "Semakin kuat seorang vampir, semakin besar serangan yang bisa ia keluarkan."

Alberd mengangguk paham, meskipun sorot matanya masih menunjukkan keterkejutan.

Alena tersenyum kecil. Ia mendekat, menangkup wajah Alberd dengan kedua tangannya, lalu menempelkan bibirnya ke bibir suaminya, melumatnya dengan lembut.

Ciuman yang ia berikan bukan hanya ungkapan kasih sayang, tetapi juga penyembuhan.

Alena menjilati darah yang tersisa di mulut Alberd, membiarkan kekuatannya meresap ke dalam tubuh pria itu.

Perlahan, luka-luka Alberd mulai pulih.

Alena melepaskan ciumannya, menatap suaminya dengan lembut. "Kamu seharusnya bisa menyembuhkan diri… Tapi aku tahu, energimu sudah terkuras banyak untuk melakukannya."

Alberd tersenyum. "Terima kasih, sayang."

Alena membalas senyumnya, lalu berbisik, "Ayo pulang."

Keduanya masuk ke dalam mobil.

Alena menatap Alberd sejenak. "Kamu masih bisa menyetir, sayang? Aku tidak bisa mengendalikan kereta mesin ini."

Alberd tersenyum tipis. "Aku masih bisa."

Mesin dihidupkan, dan mobil pun melaju, meninggalkan reruntuhan yang menjadi saksi pertempuran mereka.

Di dalam mobil, Alberd menatap jalanan. "Sayang, menurutmu… Lycan itu sudah mati?"

Alena tersenyum tipis, menoleh ke suaminya. "Tidak..." balasnya.

"Baru saja familiarku memastikan bahwa dia masih hidup.."

Alberd melirik ke arah istrinya,

"Dia belum mati, tapi kenapa kamu malah tersenyum?" tanya Alberd heran.

Alena menoleh ke arah Alberd.

"Karena kali ini kita akan memusnahkan mereka hingga ke akarnya.." balas Alena..

Alberd mengangguk paham,

"Itu ide bagus istriku.." ucapnya seraya tersenyum.

Alena tersenyum kecil seraya menatap jalan.

"Ya sayang.." balas Alena.

"Kita akan menyusun rencana penyerangan.. Untuk memastikan semuanya benar benar selesai.." tegas Alena..

"Aku setuju.." balas Alberd tersenyum puas.

Mereka melaju memasuki kota Velmor.

Pertempuran ini adalah awal menuju akhir.

1
Siti Masrifah
cerita nya bagus
John Smith-Kun: Thank u👍
total 1 replies
Author Risa Jey
Sebenarnya ceritanya bagus, ringan dan cocok untuk dibaca di waktu santai. Cuma aku bacanya capek, karena terlalu panjang. Satu bab cukup 1000 kata lebih saja, agar pas. Paling panjang 1500 kata. Kamu menulis di bab yang isinya memuat dua atau tiga chapter? ini terlalu panjang. Satu chapter, kamu buat saja jadi satu bab, jadi pas.

Bagian awal di bab pertama harusnya jangan dimasukkan karena merupakan plot penting yang harusnya dikembangkan saja di tiap bab nya nanti. Kalau dimasukkan jadinya pembaca gak penasaran. Kayak Alena kenapa bisa tersegel di gua. Lalu kayak si Alberd juga di awal. Intinya yang tadi pakai tanda < atau > lebih baik tidak dimasukkan dalam cerita.

Akan lebih baik langsung masuk saja ke bagian Alberd yang dikejar dan terluka hingga memasuki gua dan membangunkan Alena. Sehingga pembaca akan bertanya-tanya, kenapa Alberd dikejar, kenapa Alena tersegel di sana dan lain sebagainya.

Jadi nantinya di bab yang lain nya akan membuat keduanya berinteraksi dan menceritakan kisahnya satu sama lain. Saran nama, harusnya jangan terlalu mirip atau awalan atau akhiran yang mirip, seperti Alena dan Alberd sama-sama memiliki awalan Al, jadi terkesan kembar. Jika yang satu Alena, nama cowoknya mungkin bisa menggunakan awalan huruf lain.
John Smith-Kun: Untuk sifat asli Alena ada di bab 15 dan terima kasih atas sarannya
Author Risa Jey: 5.

Pengen lanjut baca tapi capek, gimana dong penulis 😭😭😭
total 5 replies
Dear_Dream
Jujur aja, cerita ini salah satu yang paling seru yang pernah gue baca!
Siti Masrifah: mampir di cerita ku kak
John Smith-Kun: Terima kasih🙏
total 2 replies
John Smith-Kun
Catatan Penulis:
Novel ini adalah karya pertama saya, sekaligus debut saya sebagai seorang penulis.
Mengangkat tema vampir dan bergenre romansa-fantasy yang dibalut berbagai konflik dalam dunia modern.
Novel ini memiliki dua karakter utama yang seimbang, Alena dan Alberd.

Novel kebanyakan dibagi menjadi dua jenis; novel pria dan novel wanita.
Novel yang bisa cocok dan diterima oleh keduanya secara bersamaan bisa dibilang sedikit.
Sehingga saya sebagai penulis memutuskan untuk menciptakan dua karakter utama yang setara dan berusaha menarik minat pembaca dari kedua gender dalam novel pertama saya.
Saya harap pembaca menyukai novel ini.
Selamat membaca dan terima kasih,
Salam hangat dari author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!