NovelToon NovelToon
The Last Class

The Last Class

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Romansa / Enemy to Lovers
Popularitas:586
Nilai: 5
Nama Author: Alona~

Di SMA Triguna Jaya, kelas 11 IPS 5 dikenal sebagai "Kelas Terakhir." Diremehkan oleh murid lain, dianggap kelas paling terakhir, dan dibayangi stigma sebagai kelas "kurang pintar," mereka selalu dianggap sepele. Namun, di balik pandangan sinis itu, mereka menyimpan sesuatu yang tak dimiliki kelas lain: talenta tersembunyi, kekompakan, dan keluarga yang mereka bangun sendiri.

Ketika cinta segitiga, persaingan ambisi, dan prasangka mulai menguji persahabatan mereka, batas antara solidaritas dan perpecahan menjadi kabur. Apakah mereka bisa menjaga mimpi bersama, atau akan terpecah oleh tekanan dunia luar?

©deluxi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alona~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

05. Si Paling Ambis

...Hallo hallo sayang sayangku 🌷...

...۪ ׄ ۪ 🎀 Disclaimer‼️: ׂ 𖿠𖿠...

...Semua cerita ini hanyalah cerita fiksi. Jika ada kesamaan dari nama, karakter, lokasi, tokoh, itu semua karena unsur ketidaksengajaan. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menulis....

...۪ ׄ ۪ 🌷 Happy Reading 🌷: ׂ 𖿠𖿠...

"PAGI KU CERAH KU!"

"MATAHARI BERSINAR!"

"KU GENDONG TAS ABU KU!"

Bugh!

"Tas merah bod*h!" Hanif meringis tat kala mendapat tabokan m*ut dari Samuel.

"Lah, lo buta, Mul? Lo gak liat tas gue warna apa? Ya warna abu BODO*!" Ucap Hanif balik ngegas.

Bugh!

"Mal Mul Mal Mul! Panggil gue Sam atau El, jijik gue dipanggil Mal Mul Mal Mul, kek bapak bapak!" ucap Samuel sensi lalu memilih pergi setelah memukul lengan Hanif.

Hanif mengelus tangan bekas pukulan Samuel yang terasa sakit. "Jing*n, mayan juga tu pukulan si Mul, kan gue sakit," gerutunya kesal lalu berjalan menyusul Samuel.

Hari ini, semua penghuni kelas datang lebih awal tidak seperti biasanya, entah apa alasannya, tapi itu adalah suatu anugerah bagi kelas mereka, karena pagi-pagi semua anggotanya sudah komplit.

"ANNYEONG YEOROBUN! KEMBALI LAGI DENGAN SI GANTENG KALEM, HANIF! ANJAYYYYY!" heboh Hanif sambil goyang goyang membuat para wanita jengah melihatnya.

"Tumben lo gak bareng sama geng jamet lo itu?" tanya Gisella sambil ngemil keripik kaca buatan Hanna di bangku belakang.

"Gak tau soalnya───"

"HALLO EVRIBADEHHH! PANGERAN DAT───"

Brugh!

Belum sempat Haikal menyelesaikan ucapannya, ia tiba-tiba terjatuh karena tersandung oleh sepatunya sendiri. Teman-teman sekelasnya yang menyaksikan itu dibuat tertawa terbahak-bahak.

"Ululululu pangeran buluk ku, kamu jatuh ya?" ejek Raden namun tetap membantu Haikal berdiri.

"As*! Bisa-bisanya nih tali sepatu copot kek gini, kan jadi gagal ganteng gue," ucapnya.

"Makanya, jangan banyak tingkah jadi orang, kena karma kan lo?" ucap Sabi, jujur saja Sabi ini hatersnya geng squad jamet. Apalagi modelan mereka yang sifatnya diluar prediksi BMKG.

"Muhun, ampun nyai."

Dug! Dug! Dug!

Itu bukan suara bola basket yang dipantulkan ke lantai, melainkan itu suara papan tulis yang di pukul dengan sapu oleh ibu ketua alias Jia.

"Ini semuanya udah masuk kelas 'kan? Gue ada pengumuman."

"Pengumuman apaan, Ji?" tanya Bian.

"Hari ini ulangan ekonomi dari Pak Dian, beliau nitip soal ke gue, sebentar lagi beliau masuk kelas." Jelasnya membuat seisi kelas sesak nafas dibuatnya.

"WHAT?!"

"ULANGAN?!"

"HARI INI?!"

"OMMO! KENAPA SIH NGEDADAK?!"

"A*U! GUE BUTUH CONTEKAN!"

"CONTEKAN PALA LU! BELAJAR EGE! DIKIRA PAK DIAN KAYA PAK WISNU!"

Dan masih banyak lagi pekikan pekikan anak kelas yang membuat gendang telinga Jia berdengung.

"Guys, please! Jangan brisik! Nanti Pak Dian deng───"

"Saya sudah mendengar."

Hening.

Semua anak kelas yang tadi koar koar heboh karena ulangan, tiba-tiba hening setelah mendengar suara Pak Dian dari arah pintu.

"Kalian ko heboh banget? Gak sabar ingin mengerjakan soal? Saya senang sekali. Jia, bagikan kertas ulangan hari ini, mereka kayanya gak sabar buat ngerjain."

Deg!

Semuanya panik, sangat sangat panik. Bahkan Bian, Jia, Hanna, Shaka, dan Heera yang terkenal pintar pun panik, apalgi mereka yang tiap hari hobinya ngegibah dan molor?

Gimana gak panik? Pak Dian tidak ada memberitahu sama sekali jika ada ulangan harian, memang beliau terkenal tengil kaya gini, kan mereka kelimpungan karena tidak mempersiapkan sama sekali.

"Pak, ko tiba-tiba ulangan sih? Bapak kan gak ngasih tau kita-kita kalau hari ini ulangan, lagian kita gak ada persiapan sama sekali, Pak." mereka semua menelan ludah dengan susah payah. Jildan si tampan dan berani, bisa bisanya bertanya seperti itu pada Pak Dian, ini Pak Dian lho, Pak Dian!

"Persiapan bikin contekan maksud kamu?"

"Bukan Pak, maksud saya───"

"Yang jadi gurunya siapa?"

"Bapak"

"Yang ngasih soalnya siapa?"

"Bapak"

"Nah itu tau, jadi suka suka saya dong, lagian kalau kalian emang niat belajar, semalam kalian pasti belajar dan baca-baca buku pelajaran!"

"Tapi kan Pak───"

"Gak terima? Silahkan keluar dan tidak perlu mengikuti pelajaran saya!" tegasnya.

Nah kan? Liat sendiri kan? Pak Dian ini memang terkenal tengil dan menyebalkan, buktinya sekarang. Kalau saja Pak Dian bukan guru, udah Samuel buang ke sungai.

Mereka mau gak mau mengerjakan semua soal itu, bisa gak bisa yang penting percaya diri aja, kata Haikal.

"Semuanya sudah mendapatkan kertas ulangan 'kan?"

"Sudah, Pak." jawab semuanya dengan lemas.

"Baiklah, selamat mengerjakan! Bapak keluar dulu."

Melihat Pak Dian yang keluar, semua anak kelas berjingkrak bahagia, jika Pak Dian tidak memantau, bisa lah mereka liat handphone, yakan? Tapi tiba-tiba───

"Eits hampir lupa, handphone dan buku di kumpulan di bapak ya!"

Baru aja mereka bahagia, Pak Dian malah balik lagi, kan mereka jadi lemes lagi.

...🌷     🌷      🌷...

"Buset, puyeng banget ini pala."

Setelah ulangan Ekonomi selesai, mereka langsung tepar semua di lantai. Memang, Pak Dian ini kalau ngasih soal gak nanggung-nanggung, uda mah ngedadak, ulangannya 30 soal+ esay, gimana gak mabok mereka semua ini?

"Gue deg-degan, kira-kira nilai ulangan gue berapa ya?" cicit Heera pelan, saking pelannya hanya beberapa orang saja yang mendengar ucapannya.

Heera ini memang terkenal dengan tingkat ambisius nya, maka tak heran jika ia mengkhawatirkan nilai ulangannya. Sejak kelas 10, Heera selalu mendapat juara satu paralel. Walaupun ia dan Bian selalu kejar-kejaran nilai, tidak pernah sekalipun posisi Heera digantikan oleh Bian.

Namun, sejak masuk kelas 11, Heera mulai jengah jika terus menerus kejar-kejaran nilai dengan Bian. Ia juga ingin menikmati masa-masa indah SMA seperti teman-teman sekelasnya.

Hingga pada suatu hari, Jia menyarankan agar Heera mulai melakukan hal-hal yang ia sukai, Heera sejak SMP memang sangat menyukai dance. Hingga pada akhirnya, Heera diam diam masuk club dance tanpa sepengetahuan orang tuanya. Dan sekarang, Heera berhasil, kini ia menjabat sebagai Ketua Club dance.

Karena sebab itulah, Heera jadi sering bolos les tambahan, dan sering izin karena harus mengikuti lomba atau tampil dance, bahkan belajar malam pun jarang ia lakukan.

Ia jadi khawatir jika nilainya turun drastis, dan Bian berhasil mengalahkannya. Jujur saja, hubungan antara Heera dan Bian memang kurang baik, entah kenapa Heera menganggap jika Bian adalah saingannya, dan Heera harus selalu mengalahkan Bian.

"Tenang, Hee. Nilai lo pasti bagus ko, orang lo aja juara satu paralel terus, lo gak belajar juga pasti bagus nilai lo, Hee." ucap Sherly mencoba menenangkan Heera.

"Tapi akhir-akhir ini gue jarang belajar, Sher. Gue sering bolos les, gue takut," cicitnya pelan.

Mereka sangat paham betul apa yang Heera khawatirkan, Sherly dan Sabi yang berada di dekat Heera langsung memeluknya, mencoba memberi semangat kepadanya.

Kreatt... [Anggap aja itu suara pintu]

Hingga suara pintu terbuka mengalihkan atensi mereka. Terlihat Pak Dian berjalan dengan senyum menyebalkan. Ia membawa setumpuk kertas, sepertinya hasil nilai ulangan tadi sudah keluar.

"Semuanya, duduk! Yang dipanggil namanya maju buat ambil kertas hasil ulangan!"

Mereka semua langsung patuh dan duduk manis di bangku masing-masing, menunggu nama mereka di sebut.

"Haikal."

"Kal, berapa nilai lo?"

"Kepo!"

"Yeuhh, si anj pelit lo!"

"Oke, semuanya bisa lihat nilai hasil usaha kalian. Bapak harap, kalian puas dengan nilai kalian masing-masing, karena untuk ulangan hari ini tidak ada remedial. Untuk yang nilainya di bawah KKM kalian tidak bisa memperbaiki nilai kalian!"

Mendengar penjelasan dari Pak Dian, semuanya bernafas lega.

"Alhamdulillah, akhirnya dede gak remedial, ya allah!" ucap Haikal dramatis dengan mengadahkan tangannya ke atas.

"Emang nilai lo berapa, Kal?" tanya Kalisha kepo. Dia berani taruhan sih, kalau Haikal pasti nilainya di bawah KKM, lihatlah Kalisha sudah suudzon duluan.

"60 dongs, mayan!"

"Dih? Ko nilai lo bisa 60? Padahal lo hasil nyontek di gue kan?! Gue aja 58 masa lo 60 sih?!" Hanif berbisik pelan, takut suaranya terdengar Pak Dian. Ia merasa tidak terima nilainya lebih kecil daripada Haikal, padahal kan Haikal hasil nyontek dia, ko bisa?

"Yeuh, gue mah pinter, lo aja yang bego!"

Hanif melempar Haikal dengan balpoin miliknya, ia kesal karena Haikal sangat tidak setia kawan sekali. Mereka kan sama-sama bego, sama-sama hasil nyontek sana sini, tapi nilainya malah lebih kecil dari Haikal, kan Hanif jadi bad mood.

Tapi tak apa, setidaknya gak ada remedial guys!

Diantara teman-temannya yang bahagia karena tidak ada remedial, ada satu siswi yang tidak terima dengan itu. Ia meremas kertas ujian itu dengan emosi.

"Baiklah, Bapak Pergi dul───"

"Pak, saya bisa remedial gak, Pak?"

Semuanya langsung terdiam mendengar suara Heera.

Pak Dian mengernyitkan keningnya bingung, "Lho? Bukannya nilai kamu udah bagus? Nilai kamu kan udah di atas KKM?"

"Gak bisa, Pak. Saya harus───"

"Gak bisa, Heera. Saya sudah menekankan untuk tidak ada remedial, bukannya teman-teman kamu sangat bahagia jika tidak ada remedial? Lantas mengapa kamu sangat ingin?"

"Pak, saya mohon, Pak. Beri saya satu kesempatan untuk memperbaiki semuanya, bahkan jika bapak meminta saya menulis ulang buku paket ekonomi, saya siap Pak! Atau bapak kasih saya 100 soal pun saya siap, Pak! Saya mohon, beri saya kesempatan, Pak." Heera sudah berjalan ke arah Pak Dian, bahkan ia sampai sujud di hadapan pak Dian.

Semua orang tercengang melihatnya, sebegitu harusnya nilainya sempurna? Sampai rela melakukan apapun agar nilainya sempurna?

"Bangun, Heera. Kamu tidak boleh seperti ini," Pak Dian membantu Heera untuk bangun dari sujudnya.

"Pak, saya mohon, Pak. Saya mohon, beri saya kesempatan untuk memperbaiki nilai saya, Pak. Saya mohon," Heera masih memohon mohon di hadapan Pak Dian.

"Jika saya membuat soal 100 apa kamu sanggup?"

"Saya siap, pak! Saya sanggup mengerjakan 100 soal itu," jawab Heera dengan yakin.

Semua anak kelas makin syok mendengar jawaban dari Heera. Heera, please! Ini 100 soal lho! 100 soal! 100 soal itu gak sedikit!

Jika Haikal jadi Heera, mungkin dia udah duluan pingsan lalu di rawat di ruang ICU.

...🌷 🌷 🌷...

...Aku gak bakalan bosan bosan mengingatkan kalian, jangan lupa tinggalkan jejak ya, seperti vote, komen, dan tambahkan ke favorit kalian ya😉🌷...

...Sampai ketemu di part selanjutnya 🌷...

...ִ ׄ ִ 𑑚╌─ִ─ׄ─╌ ꒰ To be continued ꒱ ╌─ׄ─۪─╌𑑚 ۪ ׄ...

1
deluxi☁
baguss
Diana (ig Diana_didi1324)
hai thor ceritanya menarik aku suka bacanya, aku baca sampai sini dulu ya yuk mampir juga dikaryaku
deluxi☁: terimakasih kakk sudah mampir🥰🥰 okeyy nanti aku mampir 🌷🌷
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!