~♡Cinta ini bukan terlalu cepat bersemayam di dada
Tidak juga terlalu cepat mematri namamu di sana
Hanya saja semesta terlambat mempertemukan kita
Sayang, rindu ini bukannya ******
yang tak tahu diri meski terlarang.
Maka ...
Jangan paksa aku melupakan
sungguh aku belum lapang~♡
"Aku tahu dan menyadari ini salah, tapi Aku tidak bisa menghentikannya, jika ini adalah takdir, bukankah hal yang sia-sia jika Aku menghindarinya, sekuat apapun Aku menghindar tetap saja Aku tidak akan pernah bisa lari dari perasaan ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wanudya dahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyatakan cinta
POV Rangga
"Terhitung sudah tiga hari sejak percakapan tidak menyenangkan kita berdua malam itu, malam di mana kamu menerima pinangan laki-laki pilihanmu, Kirana aku sungguh tidak ingin seperti ini, seharusnya aku ikut bahagia untukmu, dan mendukung setiap keputusan yang kamu ambil, tapi kenapa hati ini tidak bisa menerimanya? aku ingin melupakanmu, menghapus perasaan ini dan perlahan menjauh darimu.
Andai aku bisa rasanya lebih baik jika aku mengamputasi hatiku sendiri saja saat ini juga agar rasa yang tidak seharusnya ada ini dapat aku hilangkan dari hati, aku ingin mengakhirinya cukup sampai di sini, tapi tidak tahu kenapa sulit sekali menahan diri untuk tidak berbicara denganmu.
Lihatlah ... aku seperti orang bodoh sekarang, bolak-balik mengecek notifikasi ponsel berharap ada pesan darimu.
Tapi tidak mungkin, setelah malam itu kamu pasti berfikir aku tidak mau lagi berbicara denganmu, salahku sendiri yang mengabaikanmu tapi sekarang justru aku sendiri yang tersiksa karena menahan rindu.
Bukankah aku ingin melupakanmu, tapi kenapa aku malah semakin mengingatmu. Sepertinya aku memang telah jatuh cinta padamu, tapi harus kuapakan rasa ini sementara tidak ada harapan dan kesempatan lagi untukku mendapatkanmu.
Kirana ... apa kamu juga pernah berpikir mengapa kita dipertemukan dengan cara seperti ini? mengapa aku harus jatuh cinta padamu sementara kamu sudah milik orang lain, egois kah jika aku pun juga punya keinginan untuk memilikimu."
Beberapa hari tidak menghubungi Kirana ternyata membuat Rangga merasa sangat tersiksa, ada rasa yang bergemuruh di dada yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Rasa itu adalah rasa rindu yang bergejolak sangat hebat, padahal mereka sama sekali belum sempat bertemu di dunia nyata tapi entah mengapa Rangga merasa begitu terikat perasaan dengan Kirana, baginya Kirana bukan hanya sekedar kekasih virtualnya, tapi lebih dari itu, Kirana telah memiliki hampir seluruh hatinya.
Akhirnya setelah berperang dengan hatinya sendiri, memutuskan antara ingin menghubungi atau tetap mengabaikan perasaan rindunya, Rangga menyerah pada perasaannya, malam ini Rangga memutuskan untuk menghubungi Kirana lagi, rasanya dia sudah tidak peduli lagi jika nanti hatinya akan babak belur atau bahkan remuk sekalipun setelah berbicara dengan Kirana nanti, yang dia inginkan saat ini hanya sekedar bisa berbicara dengan Kirana, mendengar suaranya seperti biasa, dan cukuplah itu sebagai pengobat rindu di dalam dada.
Kemudian Rangga mengirim pesan pada Kirana.
("Selamat malam, Ki. Bisa tidak aku bicara sebentar sama kamu?")
Tidak ada balasan dari pesan yang dikirimkannya, dia bahkan hampir putus asa karenanya, berkali-kali Rangga membuka ponselnya berharap Kirana segera membalas pesan tersebut namun nyatanya tidak ada notifikasi yang sangat dia harapkan itu.
Hingga malam mulai larut, belum juga ada balasan pesan yang ditunggu.
"Apa kirana marah padaku ya?" gumamnya sendiri.
namun seketika lamunannya buyar setelah ada bunyi notifikasi di ponselnya tersebut.
("Selamat malam juga, Mas Rangga, dari kemarin nggak ada kabar tiba-tiba bicara seserius ini, jadi nggak enak perasaannya.")
("Maaf, aku tidak bermaksud mengabaikanmu.") balas Rangga.
("Aku langsung saja, ya. Kamu boleh berfikir aku salah, berlebihan atau apa pun itu, tapi aku cuma mau bilang sesuatu yang harus kamu tahu, aku sudah memikirkannya dari kemarin, dan aku tidak sabar ingin mengatakannya padamu, setelah sekian waktu aku mengenal kamu, aku yakin bahwa aku telah jatuh cinta sama kamu, mungkin terdengar aneh sebab selama ini kita hanya saling mengenal di dunia maya saja, dan bahkan sekali pun belum pernah bertemu, tapi sungguh rasa ini nyata, dan rasanya aku tidak bisa tenang sebelum mengutarakan perasaan ini ke Kamu.").
Jelasnya panjang lebar kepada Kirana.
Sementara di sudut kota lain, Kirana yang mendengar pernyataan cinta yang tidak terduga itu, hatinya tiba-tiba terasa berdesir, demi Tuhan ia juga ingin mengatakan bahwa yang ia rasakan pun juga sama.
Tapi Kirana bingung harus menjawab apa, kenyataannya tidak sesederhana itu.
Mereka memang mempunyai perasaan yang sama tapi Kirana juga menyadari bahwa tidak mungkin mereka bisa menumbuhkan cinta itu bersama.
Sebab Kirana sudah memiliki Satya dalam hidupnya, seseorang yang sebentar lagi akan menikahinya.
Akhirnya setelah beberapa saat Kirana membalas pesan dari Rangga. Hatinya diliputi kebimbangan saat ini.
("Mas ... aku minta maaf ya telah membangkitkan perasaan itu di hati Kamu, sungguh, aku sangat terharu sekaligus senang mendengarnya, tapi ini tidak mungkin bukan?").
("Sekarang katakan padaku apa kamu juga merasakan hal yang sama denganku? sebab aku pun merasa demikian.")
("Tidak penting semua itu, Mas, toh pada kenyataannya kita tidak mungkin bisa bersama.")
("Jawab saja bahwa rasamu padaku sama seperti halnya rasaku terhadapmu, itu saja!")
("Aku tidak tahu Mas ... hanya saja aku memang merasa nyaman sama kamu.")
("Ki ... aku mohon ijinkan aku menemui mu sekali.") balas Rangga memohon.
("Untuk apa?")
("Untuk membuktikan bahwa rasa ini tidak main-main, aku benar-benar telah jatuh cinta kepadamu, Ki.")
("Setelah itu?")
("Terserah kamu saja, kamu ingin aku bertahan maka aku akan tinggal dan berjuang tapi jika setelahnya kamu tetap ingin aku menepi maka dengan berat hati aku akan melepasmu.").
Jawab Rangga di akhir percakapannya.
Kirana bingung harus menjawab apa, di sisi lain ia ingin sekali mengiyakan keinginan Rangga untuk bertemu dengannya, tapi di sisi lain pula ia takut, takut pada perasaannya sendiri.
Bagaimana setelah mereka bertemu nanti, justru Kirana yang tidak bisa melepaskan Rangga, lantas bagaimana dengan Satya?.
Bukankah lelaki yang selama ini ada untuk dirinya adalah Satya bukan Rangga dan tidak akan adil bagi Satya jika harus mendapatkan balasan seperti ini darinya.
Rasanya kirana tidak mungkin bisa setega itu menyakiti hati Satya.
Mungkin saling memendam rasa yang dimiliki adalah yang terbaik untuk mereka berdua, biarlah ia tetap menyimpan rasa ini sendiri.
Kirana tidak membalas lagi pesan dari Rangga, bukan tidak ingin, hanya saja ia tidak tahu apa yang harus dikatakan. Sesungguhnya jauh di dalam hati
Kirana takut jika dia tidak bisa membalas perasaan Rangga maka Rangga akan menjauhinya, ia tidak siap untuk itu, Kirana ingin Rangga tetap ada mengisi hari-harinya, sebab bersamanya Kirana menemukan rasa nyaman yang tidak ia temukan pada Satya. Akan tetapi bukankah itu akan menyakiti Rangga juga? ia tidak boleh egois, terkadang untuk memiliki sesuatu seseorang juga harus kehilangan sesuatu bagian dari dirinya. Sungguh pilihan yang sulit.
Dia tidak ingin Rangga sampai menjauhinya, sungguh ia tidak ingin itu terjadi. Tapi jika seandainya ia mengiyakan perasaan Rangga maka ia akan diliputi rasa bersalah yang teramat sangat besar kepada Satya, maka dari itu Kirana memilih untuk berfikir sejenak sebelum akhirnya ia memberi keputusan yang tepat.
Di sela-sela kegelisahannya Kirana menuliskan caption pada foto yang ia unggah di akun media sosialnya.
♡~Aku menyerah
pada rasa yang tak kumengerti ini~♡
@Kiranaputri
Sementara itu, Rangga yang melihat dan membaca unggahan dari Kirana tersebut hanya menanggapi dengan mengklik tanda hati warna merah.
Dia sedang tidak ingin membalasnya untuk sekarang ini, sebab ia sendiri juga takut jika nantinya tidak bisa membendung emosinya sendiri.
"mungkin Kamu memang membutuhkan waktu untuk berfikir." gumam Rangga dengan tetap memandangi ponsel di tangannya.