NovelToon NovelToon
Against All Odds

Against All Odds

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:398
Nilai: 5
Nama Author: D.harris

Bian, seorang pria berusia 30-an yang pernah terpuruk karena PHK dan kesulitan hidup, bangkit dari keterpurukan dengan menjadi konten kreator kuliner. kerja kerasnya berbuah kesuksesan dan jadi terkenal. namun, bian kehilangan orang-orang yang di cintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D.harris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kehampaan & Cerita di jogja

Kepergian Minah membuat Bian benar-benar merasa hancur. Ia mengurung diri di kamar, mengabaikan semua pekerjaan dan pesan dari teman-temannya.

“Apa gunanya semua ini kalau nggak ada Ibu?” gumamnya sambil memandangi foto lama mereka berdua.

Rumah yang sebelumnya terasa hangat kini menjadi sunyi. Warung kecil ibunya yang pernah ramai kini tertutup rapat. Segala hal yang pernah mereka perjuangkan bersama terasa tidak berarti lagi bagi Bian.

Namun, di tengah kehancurannya, Bian menemukan sebuah catatan kecil yang ditulis oleh Minah.

“Nak, hidup ini penuh ujian. Tapi kamu anak Ibu yang kuat. Jangan menyerah, karena setiap langkah yang kamu ambil adalah doa untuk Ibu. Ibu selalu bangga sama kamu.”

Catatan itu menjadi secercah cahaya di tengah kegelapan Bian. Ia sadar bahwa meskipun ibunya telah tiada, cintanya akan selalu ada, memberi kekuatan untuk terus melangkah.

 

................

Setelah mempertimbangkan semuanya, Bian memutuskan untuk meninggalkan kota tempat ia tumbuh besar. setiap sudut kota itu mengingatkannya pada ibunya dan Lisa, membuatnya sulit melangkah maju. Jogja, dengan suasana tenang dan ramah, menjadi pilihannya untuk memulai lembaran baru.

Sesampainya di Jogja, Bian menyewa sebuah rumah kecil di pinggiran kota jogja.  Rumah itu sederhana, tapi cukup nyaman untuk dirinya.

“Mulai dari sini, gue bakal coba bangun hidup gue lagi,” katanya pada dirinya sendiri.

Di malam-malam penuh renungan, Bian memikirkan apa yang bisa ia kerjakan. Ia teringat bagaimana ia dan ibunya dulu sering berbincang sambil minum kopi dan makan gorengan. Ide itu muncul begitu saja: membuka kedai kopi sederhana di garasi rumahnya.

“Kenapa nggak coba bikin kedai kopi? gue bisa bikin pisang goreng pakai resep Ibu juga,” pikirnya.

Dengan tabungan yang masih tersisa, Bian mulai merancang kedai kecilnya. Ia membeli meja, kursi kayu, dan perlengkapan sederhana untuk membuat kopi. Di dinding garasi, ia menggantung papan tulis kecil yang bertuliskan:

“Kedai Kopi Garasi bang Bian – Kopi & Cemilan Klasik.”

Bian memutuskan untuk tidak hanya menjual kopi biasa, tetapi juga menyertakan pisang goreng dan cemilan lain yang resepnya ia pelajari dari ibunya. Setiap gigitan pisang goreng itu adalah cara Bian mengenang ibunya dan berbagi kenangan manis itu dengan orang lain.

 

................

 

Sebagai seorang yang paham media sosial, Bian tahu betul bahwa promosi online sangat penting. Ia mulai membuat konten video pendek tentang proses mendirikan kedainya.

“Teman-teman, gue baru pindah ke Jogja dan mulai usaha baru. Ini kedai kopi kecil-kecilan gue. Kalau kalian ada waktu, mampir, ya!” katanya di salah satu unggahan videonya.

Bian juga memanfaatkan gaya khasnya sebagai food vlogger, membuat video lucu saat mencoba kopi dan pisang goreng buatan sendiri.

Responnya positif. Banyak warganet yang antusias dan meninggalkan komentar mendukung:

“Semangat, Bang Bian! Kalau ke Jogja, pasti mampir!”

“Wah, pisang gorengnya bikin ngiler. Sukses terus, Bang!”

Hari pertama kedai itu buka, beberapa pengikut media sosial Bian datang untuk mendukungnya. Di tambah kedai kopinya dekat dengan salah satu universitas swasta di jogja. Kedai kecil itu mulai ramai, dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Bian merasakan harapan yang baru.

Kedai kopi Bian kini menjadi salah satu tempat favorit di lingkungan sekitar. Selain suasana yang nyaman, kopi racikannya dan pisang goreng resep ibunya membuat pelanggan terus kembali. Karena kedai semakin ramai, Bian mempekerjakan dua karyawan untuk membantu mengurus pesanan dan kebersihan.

Suatu sore yang tenang, Bian duduk santai di pojok kedai sambil memantau aktivitas pengunjung. Pandangannya tertarik pada seorang wanita yang duduk sendirian di meja dekat jendela. Wanita itu terlihat casual tapi anggun dengan rambut yang di cepol. Ia sibuk mengetik di laptopnya, sesekali menyeruput kopi sambil mengerutkan alis.

Penasaran, Bian memberanikan diri untuk menghampiri. Ia membawa secangkir kopi tambahan sebagai alasan untuk memulai percakapan.

“Maaf, mbak. Ini kopi gratis dari kami untuk pelanggan spesial,” katanya dengan senyum kecil.

Wanita itu mengangkat pandangannya, tampak sedikit terkejut. “Oh, terima kasih. tapi, saya nggak pesan ini.”

Bian tertawa pelan. “Nggak apa-apa. Anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena udah memilih tempat ini buat kerja. Saya Bian, pemilik kedai ini.”

Wanita itu akhirnya tersenyum. “Oh, terima kasih, Mas Bian. Saya Nada.”

“Nada? Nama yang bagus. Lagi kerja, ya? Kelihatannya serius banget,” tanya Bian, mencoba mencairkan suasana.

Nada mengangguk sambil menunjuk layar laptopnya. “Iya, saya freelancer. lagi ngejar deadline artikel.”

Obrolan mereka berlanjut dengan santai. Nada menceritakan sedikit tentang pekerjaannya sebagai penulis lepas, sementara Bian bercerita tentang perjalanannya membuka kedai kopi ini. Nada tampak terkesan dengan cerita Bian dan semangatnya membangun usaha dari nol.

Saat Nada pamit untuk pulang, Bian merasa ada sesuatu yang berbeda. kehadiran Nada meninggalkan kesan hangat di hati Bian, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan.

“Semoga dia mampir lagi,” gumam Bian sambil tersenyum kecil.

................

Sejak perkenalan mereka di kedai kopi, Bian dan Nada semakin akrab. Nada perempuan muda berusia 25 tahun dari bandung. Nada sering mampir ke kedai, kadang untuk bekerja, kadang hanya untuk ngobrol dengan Bian. Kehadiran Nada membuat hari-hari Bian terasa lebih ceria.

Suatu sore, Bian memberanikan diri mengajak Nada untuk jalan di malam minggu.

“Nad, aku boleh nggak ajak kamu jalan malam mingguan?” tanya Bian sambil sedikit canggung.

Nada tersenyum. “Boleh dong mas, aku juga pengen jalan-jalan malam di jogja”

Malam itu, Bian menjemput Nada di kosannya. Nada tampil sederhana dengan kaus putih dan celana jeans dan sepatu sneakers. namun tetap terlihat cantik di mata Bian. Mereka berdua naik motor, menikmati suasana malam Jogja yang hangat.

“Ke mana kita,mas ?” tanya Nada sambil memegang pinggiran jaket Bian agar tidak terjatuh.

“Rahasia. pokoknya tempatnya santai dan seru,” jawab Bian sambil tertawa kecil.

Destinasi pertama mereka adalah warung nasi goreng pinggir jalan yang cukup terkenal. Bian memilih tempat ini karena suasananya sederhana, seperti dirinya.

“Makan di sini aja, ya. nasi gorengnya enak banget,” kata Bian sambil memarkir motor.

Nada mengangguk setuju. Mereka duduk di bangku plastik sambil menunggu pesanan. Saat nasi goreng tiba, Nada mencicipinya dan mengangguk puas. “Enak banget, mas. Kamu jago milih tempat makan.”

Bian tersenyum bangga. “Di Jogja, tempat sederhana kayak gini justru punya rasa yang nggak kalah sama restoran mahal.”

Percakapan mereka mengalir ringan, mulai dari pekerjaan Nada sebagai penulis hingga cerita-cerita Bian tentang masa lalunya. Nada tampak tertarik dengan perjalanan hidup Bian yang penuh liku, sementara Bian terinspirasi oleh semangat Nada yang berani mengejar mimpinya menjadi penulis.

Selanjutnya bian mengajak nada ke alun-alun kidul. di alun-alun, Bian dan Nada mencoba permainan tradisional melewati dua pohon beringin dengan mata tertutup. Nada gagal beberapa kali, tertawa hingga perutnya sakit.

“Mas bian, kok kamu bisa lurus banget jalannya curang ya?” tanya Nada setelah giliran Bian berhasil.

“Karena aku fokus, nggak mikirin hal lain,” jawab Bian dengan senyum penuh arti.

Nada hanya mengangguk, tidak menyadari bahwa sebenarnya Bian sedang berbicara tentang dirinya.

Setelah itu, mereka duduk di salah satu tikar yang disediakan penjual angkringan, menikmati segelas wedang ronde hangat sambil berbincang ringan.

“Nad, tau nggak.  aku nggak pernah ngerasa segini nyamannya sama orang,” ujar Bian tiba-tiba.

Nada menatapnya, sedikit terkejut. “maksud kamu mas?”

 

1
Girl lạnh lùng
Thor, jangan bikin pembaca gatal gatel nunggu update ya!
Fiqri Skuy Skuy
Pesan moralnya sangat berbekas di hati. 🤗
Khansa_nana_jennie22
Penulisnya punya keahlian khusus dalam menciptakan atmosfir.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!