Mohon bijak dalam membaca, jangan lompat Bab dan blom like ya ...😘
Qyana Selyana Putri, gadis cantik yang mengalami transmigrasi kedalam tubuh seorang gadis yang bernama Astara Kalyana Rayder, gadis cantik yang menjadi kesayangan kelima kakak laki-lakinya.
Meski begitu, Astara tidak merasa bahagia, apalagi sejak dia kehilangan kedua orangtuanya saat dia masih berusia sepuluh tahun, Astara merasakan kehampaan di dalam hidupnya, hingga membuatnya tidak lagi memiliki semangat untuk hidup.
Namun hal itu tidak pernah dia perlihatkan di hadapan kelima kakaknya, hingga suatu malam, setelah pembicaraan dia dengan seorang wanita, kekasih dari Sang kakak pertama. Setelahnya, Astara memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Hilangnya jiwa Astara, rupanya membuat raga itu di isi oleh jiwa Qyana yang pada saat yang sama telah di bunuh oleh sahabatnya sendiri.
Tak rela dengan takdir hidupnya yang seperti itu, Qyana memutuskan untuk menerima hidupnya yang kedua menjadi Astara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Adiramanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
@@@@@@
**DUA HARI KEMUDIAN**.
Disaat Astara yang akhirnya di perbolehkan untuk pulang kerumah, Astara di buat kagum dengan Mansion yang akan menjadi tempat tinggal dia nantinya.
Sebuah Luxury Mansion yang megah, dan tentunya lengkap dengan perabotan yang super mahal. Membuat Astara merasa bak langit dan bumi di kehidupannya yang dulu.
![](contribute/fiction/9679342/markdown/47582453/1733912490256.jpeg)
Apalagi saat dia menempati kamar Astara yang sangat luas dan terlihat cantik, yang lagi-lagi membuat Astara tak henti-hentinya berdecak kagum akan apa yang dia miliki sekarang.
![](contribute/fiction/9679342/markdown/47582453/1733912490259.jpeg)
"Hah ... bosan banget," desah lelah Astara sambil berbaring di ranjang Queen size miliknya.
"Aku ingin pergi keluar, tapi siapa yang bisa kuajak untuk pergi keluar, rasanya ... aku masih belum bisa membiasakan diri dengan kelima pria yang sekarang menjadi kakakku," gumam Astara yang masih berbaring di kasur miliknya.
Beberapa menit berdiam diri seperti itu, Astara kemudian memutuskan untuk bangun, dan berjalan pergi menuju dapur. Dengan dirinya yang tentunya sudah menghafal tata letak ruangan di Mansion tersebut, hingga hal itu tidak akan membuat dia tersesat saat ingin menuju ke dapur seperti sekarang.
![](contribute/fiction/9679342/markdown/47582453/1733912490258.jpeg)
Namun saat sampai di dapur, Astara di buat terkejut saat mendapati Ashlan yang juga ada di dapur. Sepertinya dia habis membuat minuman untuk dirinya sendiri.
Sebab, para pekerja tidak tinggal di Mansion tersebut, setelah pekerjaan mereka selesai, mereka diwajibkan kembali ketempat tinggal para pekerja yang ada di belakang Mansion.
Jadi, tidak heran jika sekarang Ashlan membuat minuman untuk dirinya sendiri seperti sekarang.
"Kau butuh sesuatu Princess?," ucap Ashlan ketika melihat Astara berdiri tak jauh dari pantry.
"Em ... hanya ingin mengambil minum," jawab Astara yang sedikit canggung.
Dan sepertinya kali ini dia tidak bisa lagi mengabaikan Ashlan, mungkin saja saat berusaha untuk dekat dengannya dia bisa tahu kejadian yang menimpa jiwa asli Astara.
"Mau kakak buatkan sesuatu?," tawar Ashlan.
"Tidak perlu kak, aku ingin mengambil air mineral saja," jawab Astara yang setelahnya berjalan ke lemari pendingin untuk mengambil satu botol air mineral.
Dan sesekali Astara melihat kearah Ashlan yang hanya mengenakan pakaian casualnya, padahal hari ini masih jam kerja, namun Ashlan sudah berada di rumah dan terlihat sedang bersantai. Hingga Astara memiliki satu ide agar dia bisa lebih dekat dengan kakak tertuanya itu.
"Em ... kak Ashlan," panggil Astara yang berdiri di samping meja pantry, tempat dimana Ashlan sedang duduk sambil menyeruput kopi buatannya sendiri.
"Ya ... kamu butuh sesuatu?," tanya Ashlan yang sempat terkejut saat melihat Astara mau bicara dengannya seperti ini.
"Bolehkah aku pergi jalan-jalan, aku merasa bosan, dan juga aku ingin sekalian beli ponsel baru, apa boleh?" kata Astara mengutarakan keinginannya.
Karena selain ingin lebih dekat dengan kelima kakaknya, Astara juga memerlukan sebuah ponsel baru untuk dirinya sendiri, sebab dia tidak menemukan ponsel milik jiwa Astara yang asli ada di kamar Astara.
Entah dimana ponsel itu berada, yang jelas sekarang dia butuh alat komunikasi agar memudahkan dia untuk mencaritahu sesuatu nantinya.
"Tentu saja boleh, tapi kakak temenin ya ..., atau mau minta bantuan kakak yang lain?,"
"Enggak perlu, kalau kak Ashlan enggak repot, sama kak Ashlan aja, itupun kalau kakak mau nemenin aku,"
"Tentu saja kakak tidak keberatan untuk menemanimu, jadi ... mau pergi bersama kakak?," tanya Ashlan lagi yang masih belum percaya jika Astara ingin pergi bersamanya.
Dan tak hentinya Ashlan tersenyum senang saat Astara mengangguk dan berharap jika hubungan dia dengan Astara bisa kembali membaik setelah semua yang dialami Astara karena dirinya.
\*\*\*\*
Sesampainya di Mall tujuan mereka, Astara terlihat senang dan tidak sadar jika dia berjalan mendahului Ashlan yang hanya tersenyum melihat tingkah Astara yang terlihat menggemaskan.
Sadar jika dia meninggalkan Ashlan jauh di belakang, Astara berhenti dan berbalik untuk melihat Ashlan yang hanya tersenyum melihat Astara yang sepertinya tidak sabar ingin menjelajah Mall tersebut.
"Kakak ngapain jalannya kayak siput sih ..., ayo buruan ..." ucap Astara yang sudah tidak sabar ingin menjelajah Mall yang dia tahu sebagai Mall terbesar di kota itu.
"Kamunya aja yang terlalu bersemangat, sampai tidak sadar jika sekarang kamu sedang pergi dengan kakak," jawab Ashlan sambil mengacak rambut Astara.
"Ish ... kakak, enggak boleh berantakkin rambut aku," ucap Astara cemberut sambil membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan ulah Ashlan barusan.
"Maaf, habis kakak gemes ..."
"Tsk ... sama aja kayak Kak Arya yang sukanya nyiksa aku," yang kemudian berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya.
Meninggalkan Ashlan yang tertawa kecil melihat sikap Astara yang jauh berbeda dengan Astara yang dulu, bahkan apa yang dilakukan oleh Ashlan pada Astara tadi mengundang perhatian beberapa pengunjung yang merasa iri dengan posisi Astara yang bisa berjalan dengan pria setampan Ashlan.
Dan rupanya hal itu juga tak lepas dari perhatian seorang pria tampan yang berdiri tak jauh dari Ashlan dan Astara bicara tadi.
"Bukankah itu Ashlan, Bastian?," tanya pria tampan itu dengan setelan kerjanya yang sedang memperhatikan Ashlan berjalan menyusul Astara.
"Benar Tuan Muda, itu Tuan Rayder," jawab Sang Asisten yang bernama Bastian.
"Lalu, siapa wanita yang bersamanya, apa itu kekasihnya?," penasaran pria itu saat melihat Astara.
"Setahu saya bukan Tuan, menurut yang saya tahu jika kekasih Tuan Rayder adalah seorang model di perusahaan Tuan Rayder sendiri," jelas Bastian.
"Lalu, siapa wanita itu, dan kenapa mereka terlihat dekat?,"
"Apa perlu saya caritahu Tuan?," kata Bastian yang peka jika Sang Tuan begitu penasaran dengan Astara yang bersama dengan Ashlan.
"Ya ..." jawab singkat pria itu yang setelahnya melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
\*\*\*
Berbeda dengan pria tadi, seorang wanita yang juga menyaksikan kejadian itu melihat Astara dengan penuh kebencian, apalagi sikap manis Ashlan pada Astara tadi membuat wanita itu semakin membenci Astara.
Namun untuk saat ini dia tidak bisa melakukan apapun, karena setiap gerak geriknya selalu diawasi, dan dia juga tidak ingin jika harus berurusan dengan Ashlan lagi.
Karena itulah dia merencanakan sebuah rencana jahat yang nantinya akan melukai Astara, yang dia yakini jika kali ini dia akan berhasil dengan rencananya tersebut.
**TBC**
/Hey//Hey//Hey/