Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
Faaris masih merenungi hati nya yang mulai bercabang, di sisi lain dia memang masih mencintai sang istri dan tak ingin menduakan nya, tapi dia juga tak bisa selamanya begini, dia merasa sangat kesepian, dia butuh seseorang untuk menyalurkan nafsu nya juga. Haruskah dia menikah lagi, secara diam-diam? Tapi itu pasti akan sangat menyakiti Elma, dia juga tak bisa egois dan hanya memikirkan kebahagiaan nya sendiri, dia juga harus memikirkan Elma, wanita yang dia nikahi selama 7 tahun lalu.
"Permisi Tuan Faaris, sudah sampai." Ucap sang supir membuat Faaris terperanjat, dia menghabiskan waktu di perjalanan dengan melamunkan nasib pernikahan nya.
"Ya terimakasih." Jawab Faaris alu keluar dari mobil, menutup pintu nya cukup keras.
"Sepertinya Tuan Faaris sedang punya masalah berat, dia melamun terus. Semoga saja Nyonya Elma cepat sembuh agar Tuan tidak kesepian lagi." Gumam sang supir, dia merasa iba dengan keadaan Faaris.
Laki-laki itu jadi sering melamun sejak istri nya di nyatakan lumpuh total, hanya sedikit kemajuan dengan bisa menggerakan tangan dan bicara terbata.
Faaris melangkahkan kaki nya masuk ke dalam kantor, Balqis yang sudah menunggu di lobi pun segera mengikuti bos nya itu seperti biasa. Menyapa nya dengan senyum manis juga, seperti tidak terjadi apa-apa kemarin.
"Selamat pagi Tuan."
"Pagi Balqis. Jam berapa klien itu datang?" Tanya Faaris pada Balqis.
"Pukul 8 Tuan, saat ini beliau sedang dalam perjalanan." Jawab Balqis sambil membuka berkas yang dia pegang.
"Baiklah, ayo ke ruangan saya. Ada yang ingin saya bahas, penting." Balqis hanya menganggukan kepala nya, lalu ikut masuk ke dalam lift.
Sebenarnya Balqis merasakan canggung luar biasa saat berdekatan dengan Faaris, apalagi setelah ciuman kemarin, tapi dia harus profesional dalam pekerjaan.
Faaris berdiri tegap di depan Balqis, dengan kedua tangan yang di masukan ke dalam saku celana bahan nya. Balqis menatap punggung itu dengan hati berdebar, tiba-tiba saja dia penasaran, bagaimana rasanya memeluk tubuh itu?
"Balqis, astaga. Seperti nya otak mu ini ketumpahan oli bekas, licin gini. Tapi licin nya malah ke arah hal yang mustahil." Batin Balqis, dia merutuki kebodohan nya karena membayangkan hal yang tak penting di saat begini.
Lift terbuka, Faaris segera berjalan mendahului Balqis. Dengan langkah pelan dia mengikuti Faaris ke ruangan nya, entahlah rasa ruangan ini terasa lebih mencekam dari pada biasa nya, tiba-tiba saja bulu kuduk nya meremang.
"Duduk Balqis!" Balqis menurut dan duduk di kursi yang berhadapan dengan kursi kebesaran Faaris. Pria itu menatap Balqis dengan tatapan yang tak dapat di artikan apa artinya.
"Tolong jangan salah paham dengan kejadian kemarin, Saya tidak sengaja."
"Tidak perlu mengingatkan saya lagi, Tuan. Saya sudah melupakan nya, tidak apa-apa." Jawab Balqis, disaat seperti ini dia masih bisa memberikan senyum terbaik nya.
"Baiklah, lanjutkan pekerjaan mu dan bersiap untuk meeting itu."
"Siap tuan." Balqis pergi dari ruangan Faaris, meninggalkan pria itu sendirian dengan perasaan berkecamuk.
"Apa aku harus memecat wanita itu agar aku tenang? Tapi dia butuh uang untuk pengobatan ibu nya, lagi pun pekerjaan nya bagus. Alasan apa yang harus aku pakai untuk memecat nya? Dia tak punya kesalahan, tapi kalau selalu berdekatan dengan nya membuat aku tak tenang." Gumam Faaris, dia bingung sendiri.
Balqis adalah rekomendasi dari Putri, karena waktu itu Balqis menganggur karena baru saja di pecat karena suatu kesalahan yang tak ia lakukan. Faaris mempercayai Balqis dan akhirnya mengangkat perempuan itu menjadi sekretaris nya, tak lama berselang hanya beberapa bulan saja, asisten pribadi nya berkhianat dengan korupsi milyaran itu membuat perusahaan merugi besar dan saat itu lah Faaris memutuskan untuk memilih Balqis juga sebagai asisten nya, jadi tugas nya di kantor sekretaris yang juga merangkap menjadi asisten pribadi. Sejauh ini dia menjalankan pekerjaan nya dengan baik, tak pernah melakukan kesalahan fatal, hanya ada beberapa kesalahan yang sepele itu pun masih bisa di perbaiki.
Faaris masih kebingungan sendiri, dia mengacak rambut nya frustasi. Tapi dia menghentikan kegiatan nya dan kembali menyisir rambut nya saat mendengar bunyi ketukan lirih di luar pintu.
"Masuk.."
Balqis membuka pintu dan mempersilahkan seseorang masuk, pria itu pun masuk beserta ajudan nya. Faaris berdiri dari duduk nya, menyambut kedatangan pemegang saham terbesar yang berasal dari luar negeri itu dengan ramah.
"Selamat datang di perusahaan saya Pak Malik, mari."
"Ya, terimakasih Tuan Faaris." Jawab pria itu dengan senyum nya juga. Ketiga nya pun duduk, tapi tidak dengan satu orang pria yang datang bersama Malik. Pria itu berdiri tegak di samping Malik dengan tangan yang menenteng tas kecil.
"Kita langsung ke inti nya?" Tanya Faaris.
"Tentu saja, mari kita mulai meeting ini. Saya harus segera kembali karena anak menantu saya melahirkan." Jawab Malik dengan senyum yang terpatri di ujung bibir keriput nya.
"Wahh anda sudah punya cucu? Selamat tuan." Ucap Balqis antusias.
"Siapa Dia?" Tanya Malik.
"Aaa maaf Tuan, Saya belum mengenalkan nya. Ini Balqis, sekretaris sekaligus asisten pribadi saya." Jawab Faaris.
"Baiklah, kalau begitu kita mulai saja." Balqis pun tau tugas nya, dia segera menjelaskan semua nya dengan terperinci terkait produk baru yang di rencanakan launching bulan depan.
Malik di buat kagum dengan sekretaris rekan kerja nya itu, selain cantik dan anggun, ternyata dia perempuan yang cerdas, pandai memanfaatkan peluang sekecil apapun itu.
Malik bertepuk tangan saat Balqis selesai menjelaskan semua nya, tentang pendapat nya juga, dia bisa menyampaikan nya dengan baik, bahasa yang mudah di mengerti.
"Asisten anda sangat pintar Tuan Faaris, saya puas dengan penjelasan nya. Kita bekerja sama kembali untuk produk ini."
"Benarkah? Terimakasih tuan." Ucap Faaris lalu menerima jabat tangan itu dengan cepat.
"Saya akan berinvestasi 70%,"
"Tuan itu sangat besar."
"Tak masalah,"
"Terimakasih tuan." Kedua nya kembali berjabat tangan, dengan ini kesepakatan kerja sama kembali tercapai berkat kemampuan berbahasa dari Balqis.
"Darimana anda menemukan sekretaris cantik seperti dia Tuan Faaris?"
"Saya mendapatkan nya dari rekomendasi rekan kerja." Jawab Faaris.
"Dia sangat pandai berbahasa, Saya puas dengan penjelasan nya. Kalau begitu saya permisi dulu, saya harus segera terbang kembali."
"Baik tuan, semoga selamat sampai tujuan, selamat berjumpa di lain waktu." Ucap Malik, lalu bangkit dari duduk nya.
"Biar Saya mengantar anda Tuan." Tawar Balqis. Malik menganggukan kepala nya, membiarkan perempuan itu ikut menemani nya.
"Sudah lama bekerja dengan tuan Faaris, Nona?" Tanya seseorang yang sedari tadi hanya diam di belakang Malik.
"Sudah setahunan saya bekerja dengan Tuan Faaris." Jawab Balqis.
Faaris diam-diam mengikuti mereka, dia ingin tau apa yang di bicarakan oleh kedua asisten itu. Melihat pria itu bicara pada Balqis dan perempuan itu menjawab nya dengan ramah, membuat hati nya panas. Apa ini cemburu? Tidak mungkin kan?
"Terimakasih sudah mengantar saya Nona, selamat bekerja kembali." Ucap Malik setelah sampai di parkiran.
"Sama-sama tuan. Hati-hati di jalan dan semoga selamat sampai tujuan, semoga hari mu menyenangkan. Ohh ya, selamat juga atas kelahiran cucu anda, semoga sehat selalu dan cepat sembuh." Celoteh Riana, membuat Malik tersenyum begitu juga pria yang satu nya.
"Terimakasih Nona. Saya pergi dulu, sampai jumpa di lain waktu." Balqis membungkukan sedikit badan nya, dia menyaksikan sendiri mobil itu menjauhi kawasan kantor.
"Menurut mu bagaimana dengan Balqis, Vander?"
"Biasa saja, tapi memang dia cantik." Jawab Vander.
"Ayolah Vander, sampai kapan kau betah menyendiri. Kakak mu sudah memberi ayah mu ini cucu, kau kapan?"
"Lain kali saja, jangan menuntut ku untuk cepat-cepat menikah. Aku tak mau terikat dengan hubungan konyol semacam itu, bagaimana bisa memasuki lubang yang sama bertahun-tahun? Pasti longgar!" Cetus Vander.
"Tentu tidak, milik wanita itu elastis. Lubang itu akan tetap sempit jika pemilik nya pandai merawat nya, perempuan tadi terlihat bersih kan? Pasti dia juga merawat diri dengan baik."
"Tentu saja harus merawat diri, dia bekerja sebagai asisten di perusahaan besar. Setiap hari menemani bos nya bertemu orang penting, tentu saja harus menarik dari segi penampilan. Sejauh ini aku belum pernah bertemu asisten atau sekretaris yang penampilan nya butek seperti pemulung, rata-rata semua nya menarik." Jawab Vander datar.
"Kau ini terlalu terpengaruhi gaya hidup orang luar."
"Memang nya kenapa? Aku memang lahir disini, tapi aku besar disana kan?"
"Terserah kau saja Vander, ingat kau sudah 29 tahun. Usia yang pas untuk menikah, membangun suatu hubungan."
"Tidak, aku masih ingin bebas tanpa ada wanita pengatur yang mengoceh di rumah jika aku pulang terlambat." Cetus Vander, membuat Malik menggelengkan kepala nya. Putra bungsu nya memang sangat sulit di atur, sudah banyak perempuan yang dia kenalkan tapi semua nya di tolak mentah-mentah.
Pemuda itu terlalu senang menikmati hidup nya dengan berfoya-foya, hingga Malik memutuskan menjadikan nya Asisten agar dia punya rasa tanggung jawab, tapi dia terlalu datar untuk bekerja.
Dalam hati, Vander mengagumi Balqis. Perempuan cantik dengan segala keunggulan yang belum pernah dia lihat sebelum nya, dia juga perempuan dengan senyum termanis yang pernah dia temui.
"Balqis, kau membuat ku penasaran. Aku akan kembali untuk mendapatkan mu!"
****