Cinta Di Usia Senja

Pertemuan singkat tapi begitu berkesan baru saja berakhir. Sesungguhnya Daniel tidak ingin berpisah begitu cepat karena banyak yang ingin dia bicarakan dengan Sandra tapi karena dia sudah harus kembali ke kantor jadi dia tidak memiliki pilihan.

Sandra pun sudah harus kembali karena putranya yang khawatir akan pertemuan yang dilakukan oleh ibunya memintanya untuk segera pulang. Dia takut ibunya ditipu oleh laki-laki apalagi ibunya melakukan kencan dengan laki-laki yang dia kenal dari situs jodoh.

“Apa besok kau memiliki waktu, Sandra?” Daniel bertanya padanya sebelum mereka berdua benar-benar berpisah. Mereka berdua berada di lobi dan mereka berdua ama-ama enggan berpiah.

“Aku tidak tahu, Daniel. Putraku sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya dan terkadang aku harus menggantikannya di kantor,” dia tidak berani berjanji walaupun sesungguhnya dia juga menantikan pertemuan kedua mereka.

Terus terang saja, dia kembali merasakan debaran yang pernah dia rasakan dulu. Rasanya ingin kembali ke masa-masa itu di mana mereka berdua masih menjalin hubungan tapi sekarang, bukankah tidak terlambat sama sekali untuk mereka memulai semuanya dari awal?

Lagi pula, tidak ada dendam di hati mereka apalagi kesalah pahaman yang terjadi telah selesai dan hubungan mereka berakhir bukan karena orang ketiga.

“Jika begitu aku akan menghubungimu besok,  Sandra. Aku harap kau tidak keberatan.”

“Tentu saja aku tidak keberatan,” Sandra memandangnya dan rupanya, Daniel pun memandanginya Sandra sadari tadi. Sandra tersipu malu, dia buru-buru berpaling dan kembali merasa canggung. Debaran di dadanya semakin dia rasakan saja.

Jantungnya pun berdetak sedikit cepat, dia pernah merasakannya dulu dan kini dia kembali merasakannya di usianya yang sudah begitu senja.

“Jika begitu aku akan menghubungimu. Apa perlu aku antar?” Daniel menawarkan diri karena dia ingin mereka memiliki waktu sedikit lebih lama.

“Maaf, Daniel. Jeffri akan datang menjemputku" karena mengkhawatirkan keadaannya, putranya ingin datang untuk menjemputnya.

“Sayang sekali, Sandra. Lain kali aku harap dapat mengantarmu pulang.”

“Kau bisa melakukannya, Daniel. Putraku sudah datang jadi aku harus pergi sekarang,” Dia telah melihat mobil Jeffri  yang sudah berada tidak jauh darinya.

“Berhati-hatilah, Sandra"

Sandra mengangguk dan tersenyum. Dia bergegas pergi supaya putranya tidak mencari keberadaan dirinya.

“Sandra,” panggilan Daniel menghentikan langkahnya sejenak. Sandra berpaling, memandangi pria itu.

"Ya, apa ada yang tertinggal?"

“Tidak. Aku sangat senang dapat bertemu denganmu lagi dan aku tidak menyangka kita akan bertemu dengan cara seperti ini. Aku harap ini menjadi awal yang baik untuk kita berdua, Sandra,”

“Aku pun sangat senang dapat bertemu denganmu lagi, Daniel. Kau bisa menghubungi aku kapan saja dan aku tidak akan menolak panggilan darimu.”

“Terima kasih, aku sangat menantikan pertemuan kedua kita.”

“Aku juga,” Sandra tersenyum lembut. Daniel merasakan debaran di dadanya ketika melihat senyumannya itu.

Rupanya mereka berdua sama-sama menantikan pertemuan kedua mereka. Daniel ingin mencegahnya supaya tidak cepat pergi namun suara klakson mobil yang terdengar menandakan jika Jeffri sedang menunggu ibunya.

Daniel melihat ke arah datangnya suara. Seorang pemuda tampak memandangnya dengan tatapan tidak senang. Itu sudah pasti putra Sandra dan pemuda itu terlihat jelas tidak menyukai dirinya.

“Aku pergi dulu, Daniel," Sandra melambai, sebelum dia pergi.

“Sampai jumpa lagi, Sandra,” teriak Daniel. Sandra kembali melambai dan bergegas menghampiri putranya. Daniel masih berdiri di tempat memandangi kepergian Sandra tapi tidak lama karena dia pun harus pergi.

“Apa pria itu teman kencan Mama?” tanya Jeffri yang sudah sangat tidak sabar untuk bertanya pada ibunya.

“Benar, Apa kau tahu?” Jefri berpaling, memandangi ibunya yang terlihat begitu bersemangat. Apa ini? Jangan katakan pertemuan itu telah membuat ibunya jatuh hati pada pria yang baru saja dia temui.

“Ma, Jangan katakan Mama telah dirayu oleh pria yang baru saja Mama temui itu!”

“Oh, Jeffri. Dengarkan perkataan Mama baik-baik. Dia adalah mantan kekasih Mama ketika Mama masih muda dulu.”

“Seriously?” Jeffri kembali memandangi ibunya tapi kali ini dengan ekspresi tak percaya.

“Tentu saja. Mama benar-benar tidak menduga akan bertemu dengannya lagi setelah sekian lama tidak bertemu. Ini sangat luar biasa, bukan?” Sandra tersenyum, sedangkan putranya menggeleng.

“Ma, jangan katakan kau sedang CLBK saat ini?”

“Apa itu tidak boleh?”

“Ya ampun. Ma!” Jeffri kembali menggeleng, Dia kehabisan kata-kata.

“Tidak perlu khawatir. Meski dia adalah mantan kekasih Mama, bukan berarti kami akan langsung memperbaiki hubungan kami yang sempat kandas dulu. Mama hanya senang saja karena bisa bertemu dengannya lagi.”

“Apa itu berarti Mama tidak akan bertemu lagi dengannya?”

“Tentu saja kami akan bertemu lagi, Jefri. Daniel mengajak aku bertemu besok siang, apa kau berada di kantor besok?”

“Aku mau pergi dengan Leony!” jawab Jeffri dengan cepat padahal dia tidak pergi kemanapun. Terus terang saja, dia tidak suka ibunya melakukan kencan seperti itu. Dia tidak ingin cinta ibunya yang selama ini hanya untuk dirinya jadi terbagi. Dia memang serakah tapi jika tidak ada ibunya maka selamanya dia akan menjadi anak jalanan.

“Jangan marah seperti itu!” Sandra mengusap lengan putranya. Dia begitu mengenal watak Jeffri jadi dia tahu jika putranya sedang kesal saat ini, “Mama melakukan hal ini supaya Mama tidak merepotkan dirimu, Jeffri. Jangan sampai kau menganggap Mama sebagai beban yang harus kau tanggung karena Mama telah mengadopsi dirimu. Mama tidak suka dengan pikiranmu itu dan Mama ingin kau menikmati kehidupanmu bersama dengan Leony.”

“Tapi Mama adalah tanggung jawabku. Bagaimana mungkin aku meninggalkan Mama begitu saja? Lagi pula Mama sudah tua, untuk apa lagi merepotkan diri dan terlibat Asmara dengan seorang laki-laki?”

“Ayolah, dia mantan kekasih Mama walaupun hubungan kami tidak berlangsung lama tapi Mama sangat mengenalnya.”

“Jika begitu kenapa hubungan Mama dengannya berakhir? Seharusnya dia tidak meninggalkan mama.”

“Hei, Mama yang meninggalkan dirinya jadi jangan salah paham.”

“Apa pun alasan Mama, aku tidak suka!”

“Daniel pria yang baik. Mama akan  mengundangnya ke acara pernikahanmu nanti agar kau dapat mengenalnya.”

“Aku tidak mau!” Ucapan ibunya seperti menunjukkan jika dia benar-benar akan kembali dengan mantan kekasihnya itu. Sepertinya dia harus mencari tahu siapa mantan kekasih ibunya itu.

Sandra kembali mengusap dengan putranya untuk meredakan amarahnya. Dia tahu Jeffri ingin membalas budi tapi dia tidak mau Jeffri melakukan hal itu. Dia pun tidak mau tinggal bersama Jeffri dan Leony karena dia tidak ingin merusak kebahagiaan putranya.

mungkin saat ini Leoni tidak keberatan dia tinggal bersama dengan mereka tapi lambat laun, Leoni pasti akan mulai gusar dengan keberadaan dirinya. Daripada membuat hubungan Leoni dan Jefri menjadi tidak harmonis lebih baik dia mencari kebahagiaannya yang sempat tertunda.