Reiner merupakan ketua Mafia/Gengster yang sangat di takuti. Ia tak hanya di kenal tak memiliki hati, ia juga tak bisa menerima kata 'tidak'. Apapun yang di inginkan olehnya, selalu ia dapatkan.
Hingga, ia bertemu dengan Rachel dan mendadak sangat tertarik dengan perempuan itu. Rachel yang di paksa berada di lingkaran hidup Reiner berniat kabur dari jeratan pria itu.
Apakah Rachel berhasil? Atau jerat itu justru membelenggunya tanpa jalan keluar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Tersinggung dan marah
Setibanya Rachel di rumah, ia tak langsung masuk ke dalam rumahnya, melainkan malah memandangi skuter matik keluaran terbaru itu dengan muka sedih. Kalau Helen tahu, ia pasti bakal kena marah sebab dikira menghamburkan uang untuk beli motor baru.
Tapi kalau ia tak memakai motor itu, ia bisa tahu kemarahan macam apa yang akan ia dapat dari Reiner karena di anggap membangkang.
Rachel merasa sangat pusing dengan keadaannya sekarang. Ketika hati sedang dilanda gundah gulana, sebuah pesan dari nomor cantik tiba-tiba masuk.
"Hel, udah aku transfer ya. Coba kamu cek!"
Rachel langsung terlihat senang demi melihat pesan dari Dilan. Tapi kebahagiaannya hanya bersifat fana sebab Helen yang sekarang sedang membuka pintu, sontak mendelik lantaran melihat motor baru yang di pandangi Rachel.
"Motor siapa ini? Kamu beli motor baru?" suara wanita itu sudah terdengar naik.
Rachel seketika menggeleng. "Enggak Bu, ini bukan motor Rachel!"
Helen langsung saja menarik rambut Rachel sampai wajah gadis itu mendongak. "Kalau bukan motor kamu motor siapa? Motor mu yang kemarin hanya rusak bagian depannya saja dan kau malah membeli yang baru?"
"Itu..." Rachel sungguh kesulitan mencari alasan. Ia berpacu dengan kulit kepalanya yang semakin terasa sakit sebab jambakan nya semakin kuat.
"Kamu tahu ayah kamu sedang perlu duit buat berobat. Kamu malah hambur-hamburkan uang. Kamu mau ayah kamu mati, iya?" Helen berteriak kencang. Naik pitam karena menduga Rachel menyembunyikan uang untuk membeli motor.
"Bu sakit, lepasin! Ini bukan motor Rachel Bu!" keluh Rachel sedikit melawan namun wanita itu semakin menarik rambutnya.
Helen yang kalap dan meradang langsung meraih rotan yang biasa ia gunakan untuk menjemur kasur lalu memukuli punggung Rachel tanpa ampun.
"Anak tidak tahu diri. Aku bahkan selalu menghabiskan waktuku diam di rumah untuk merawat ayahmu tanpa pernah memiliki kesempatan untuk bersenang-senang seperti orang lain. Tapi kau malah seenaknya. Kau mau membunuhku juga, hah?"
"Jangan Bu. Ampun Bu. Motor ini bukan milik Rachel, motor ini inventaris dari kak Dilan Bu!"
Dengan terengah-engah, Helen mengentikan pukulannya usai mendengar penjelasan Rachel. Merasa agak masuk akal, ia lalu masuk ke rumah dan membiarkan Rachel menangis merasakan sakit di punggungnya.
Ia hampir tak tahan dan ingin berteriak minta tolong. Tapi semua tetangganya pasti malas berurusan dengan Ibu tirinya yang selalu menang tiap adu mulut.
Ia semakin membenci Reiner. Gara-gara laki-laki itu ia harus sering mendapatkan permasalahan. Ia sangat ingin keluar dari kehidupan orang itu bila ada caranya.
Setibanya Rachel di kamar, ia melepas pakaiannya lalu melihat punggungnya yang memar parah dari pantulan cermin. Ia menangis merasakan nyeri yang luar biasa. Sakit dan perih sekali. Kenapa hidupnya semakin terasa berat. Ia bahkan hampir tak sanggup.
Ia memaksakan diri untuk mandi meksipun kulitnya terasa perih sewaktu terkena sabun. Sembari meringis menahan sakit, ia berusaha memakai kaos lalu menuju dapur. Ia membuka tudung saji namun yang tersisa hanya dua potong tahu dan sayur yang hampir basi karena tak di panaskan.
Tanpa ragu, ia mengambil nasi dengan dua potong tahu sembari memakannya dengan lahap. Ia tak boleh menyerah. Uang sudah di kantong dan besok ia harus membawa ayahnya ke rumah sakit.
Tapi bagiamana ia izin besok? Besok ia masuk pagi dan niatnya saat sore ingin mengantar sang Ayah dulu ke rumah sakit.
***
Keesokan paginya, ia yang barusaja mengambil uang menemui Helen dan mengatakan kepada perempuan itu untuk membawa Ayahnya ke rumah sakit.
"Memangnya kau sudah ada uangnya?" tanya Helen.
Rachel mengangguk. "Ini hasil pinjaman satu Tahun aku tak mengambil libur, Bu. Aku mohon pergunakan dengan baik. Mungkin aku tidak akan pernah bisa meminjam lagi!"
"Mana?" seru Helen tak memperdulikan sederet kalimat yang di ucapan Rachel. Lebih tertarik ingin melihat sejumlah uang yang sedang di bawa oleh Rachel.
Rachel menyerahkan amplop ke Helen. Dan perempuan itu langsung menyambarnya dengan cepat. Wajah Helen terlihat senang. "Biar aku saja yang bawa sekarang ke rumah sakit. Kau pergi bekerja saja. Waktumu bisa habis nanti!"
"Apa Ibu bisa sendiri?" Rachel bertanya cemas.
"Tentu. Asal ada uang apa yang tidak bisa. Jangan lupa datang ke rumah sakit kalau kau sudah pulang kerja!" kata Helen sembari berlalu dari hadapan Rachel.
Rachel sedikit berlega hati mendengar hal itu. Beberapa waktu kemudian, ia sudah terlihat fokus menyelesaikan pekerjaannya lalu cepat-cepat datang ke mansion Reiner. Tak mau membuang waktu barah sedikitpun.
Setibanya di sana, ia tak mendapati Reiner di kamar. Tapi ia tak peduli, yang penting ia melakukan tugasnya. Toh lebih baik jika pria itu memang tidak ada. Ia bisa leluasa bekerja tanpa adanya intimidasi atau gangguan semacamnya.
Namun meskipun sedang tak berada di tempat, Reiner dapat melihat video di ponselnya guna memantau Rachel. Dimana rekaman itu telah terhubung ke CCTV kamarnya. Ia terdiam sembari melihat Rachel yang keluar ruang ganti menuruti kemauannya dengan memakai pakaian seksi.
Untuk hal ini Reiner cukup senang. Perempuan itu masih ingat dan menuruti perintahnya.
Saat melihat video tersebut, Marlon datang dan terlihat membawa sebuah barang dalam kotak. Reiner mencium barang itu sebentar lalu mengangguk kepada Marlon. Setelahnya datang seorang pria yang mulutnya terus bergerak mengunyah bubble gum.
"Kakap lima kwintal. Pelabuhan Javi pukul 00!" kata si pria pengunyah bubble gum.
Mereka berdua tampak berjabat tangan lalu sejurus kemudian pria pengunyah itu pergi. Kini Reiner membuang puntung rokok lalu menginjaknya untuk sejurus kemudian masuk ke dalam mobil.
***
Rachel sedang menutup gorden kamar Reiner ketika pria itu membuka pintu. Rachel semula sempat berhenti, tapi ia segera melanjutkan pekerjaannya dan memilih acuh dengan kehadiran Reiner. Ia akan segera pulang sebab sedari tadi kepikiran dengan sang Ayah.
"Kau sudah makan?" tanya Reiner sembari melepaskan tuxedo.
Rachel yang masih sakit hati dan merasa karena Reiner lah ia sempat mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari Helen, memilih tak menjawab.
"Hey, aku sedang bicara padamu!" bentak Reiner yang tak suka di acuhkan. Pria itu menarik pundak Rachel agar mau menghadap ke arahnya.
"Awh!" Rachel merintih dan meringis kesakitan saat tangan kekar Reiner tak sengaja menyentuh kasar punggungnya yang penuh luka.
Melihat Rachel meringis kesakitan, Reiner yang curiga langsung menarik paksa baju Rachel lalu melihat banyak sekali luka yang menyebar di punggung mulusnya.
"Apa yang terjadi padamu?" tanya Reiner dengan muka tegang.
"Ini bukan apa-apa. Hanya bekas luka biasa. Maaf, tugas saya sudah selesai tuan, saya izin pulang!"
Tapi Reiner menghalangi langkahnya. "Jawab pertanyaan ku dengan jujur!"
Dan demi apapun yang ada di dunia ini, Rachel sungguh tak ingin berbicara barang sepatah katapun pada Reiner. Laki-laki jahat yang aneh dan kerap melemparkannya pada permasalahan.
"Saya terjatuh saat naik motor baru itu karena tidak terlalu menguasai motor baru!" jawab Rachel tampak meluapkan kekesalannya. Ia mati-matian memberanikan diri menatap iris coklat yang tatapannya tajam bagai burung elang.
Reiner langsung tertawa. "Kau pikir aku bodoh?" ia tentu tak percaya.
Rachel menatap tak suka Reiner. "Saya sudah mengatakan yang sejujurnya. Terserah anda mau percaya atau tidak!"
PRYAANG!
Rachel tergeragap kaget saat vas kecil bernilai mahal tiba-tiba di banting oleh Reiner. Membuat pecahan beling menyebar atas lantai yang barusaja ia bersihkan. Reiner terpancing emosinya dan marah karena Rachel selalu tak bisa bersikap kooperatif dan menurut padanya.
"Kau benar-benar ingin melihat seperti apa kemarahan ku. Baik, biar aku tunjukkan hukuman apa yang pas untuk orang yang tidak menghormati ku!"
Rachel shock bukan main saat Reiner tiba-tiba menyeretnya lalu melu*mat bibirnya dengan kasar. Pria itu terus mencium bibirnya dengan sangat kasar serta menyakitkan dan membuat wanita itu reflek memukuli tubuhnya karena tak bisa bernapas.
Rachel ketakutan setengah mati. Pria itu menindihnya dengan beringas sembari tak memberikan kesempatan padanya untuk mengelak. Bagiamana ini, apakah jika ia berteriak seseorang akan datang menolong?
Slnya si rainer lg mumet sm nenek sihir