NovelToon NovelToon
Simpanan Tuan Anjelo

Simpanan Tuan Anjelo

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:47k
Nilai: 5
Nama Author: Ama Apr

Zeona Ancala berusaha membebaskan Kakaknya dari jeratan dunia hina. Sekuat tenaga dia melakukan segala cara, namun tidak semudah membalikan telapak tangan.

Karena si pemilik tempat bordir bukanlah wanita sembarangan. Dia punya bekingan yang kuat. Yang akhirnya membuat Zeona putus asa.

Di tengah rasa putus asanya, Zeona tak sengaja bertemu dengan CEO kaya raya dan punya kekuasaan yang tidak disangka.

"Saya bersedia membantumu membebaskan Kakakmu dari rumah bordir milik Miss Helena, tapi bantuan saya tidaklah gratis, Zeona Ancala. Ada harga yang harus kamu bayar," ujar Anjelo Raizel Holand seraya melemparkan smirk pada Zeona.

Zeona menelan ludah kasar, " M-maksud T-Tuan ... Saya harus membayarnya?"

"No!" Anjelo menggelengkan kepalanya. "Saya tidak butuh uang kamu!" Anjelo merunduk. Mensejajarkan kepalanya tepat di telinga Zeona.

Seketika tubuh Zeona menegang, mendengar apa yang dibisikan Anjelo kepadanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ama Apr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 31

Seminggu berlalu sejak Yudis memergoki Vivian bertukar saliva dengan Raka. Dia belum sempat bertemu dan berbicara empat mata dengan anak sulungnya itu. Kesibukan dan padatnya jadwal kerja, membuat Yudis tak punya waktu. 

"Besok siang, aku harus berbicara dengan Vivian. Hubungan gilanya dan Raka harus segera diakhiri sebelum diketahui oleh besan Indi!" desis Yudis sembari keluar dari ruang kerjanya menuju kamar untuk mengistirahatkan diri. 

Sampai di kamar, dia melihat sang istri sudah terlelap ke alam mimpi, padahal belum terlalu malam. Berbaring di sebelah Marina, menarik selimut sampai ke dada. 

Sementara itu di kediaman Anjelo ... sepasang suami istri itu sedang mewawancarai pegawai baru mereka yang baru tiba dari kampung. Sebagai pengganti asisten rumah tangga yang baru saja resign. 

"Nama kamu siapa?" Vivian yang memulai interview. Sedangkan Anjelo duduk menyimak di samping istrinya. 

Sebenarnya ia malas ikut campur, tapi ada Mamanya menginap malam ini di rumahnya. Jadi mereka berdua harus pura-pura akur dan harmonis. 

Gadis berambut dikepang dua itu mengangkat wajah, lalu menjawab pertanyaan Vivian. "N-nama ss-saya Nela, Nyonya." Logatnya terdengar medok sekali. 

"Syamsiah sudah menjelaskan semua peraturan dan tugas-tugasmu di rumah ini belum?" Vivian bertanya lagi. 

"Ss-sudah Nyonya. Mbak Syamsi sudah menjelaskan semuanya kepada saya," jawab Nela seraya menundukkan kepala. 

"Baguslah. Berarti saya tidak perlu mengulanginya lagi. Bekerjalah dengan rajin dan profesional. Jangan malas-malasan. Kalau semua pekerjaanmu sudah selesai, silakan mau main hape atau jumpalitan pun tak masalah. Saya tidak akan melarang," ujar Vivian. "Jika ada yang tidak kamu mengerti, tanyakan saja pada Mbok Yayu dan Mbak Heni. Mereka sudah sangat lama kerja di sini!" lanjut Vivian memberikan wejangan. 

"Baik Nyonya!" Nela menganggukkan kepala. 

"Oh ya, satu hal lagi, jangan panggil saya Nyonya. Panggil Ibu saja dan panggil suami saya dengan sebutan Bapak! Ngerti?"

"Mengerti Nyo-eh Bu." 

Vivian berseru memanggil kedua pembantunya yang lain. 

Sigap, kedua pembantu asal Jawa Timur itu datang menghampiri. 

"Ada apa Bu?" Mbok Yayu yang bertanya. 

"Tolong tunjukkan kamarnya Nela, Mbok. Sekalian kasih tahu apa-apa saja yang harus dia kerjakan besok pagi!" titahnya yang diangguki oleh Mbok Yayu dan Heni. 

Ketiga pembantu itu berpamitan. 

"Aku ke atas dulu!" Anjelo bangkit dari tempatnya. 

"Tunggu dulu, Anjel!" Vivian menahan pergelangan tangan Anjelo. 

"Ada apa lagi? Aku masih banyak pekerjaan." Tak ayal dia pun kembali duduk di samping Vivian. 

"Menurutmu, Nela itu bagaimana?" 

Alis hitam Anjelo terangkat sebelah. Dia melayangkan tatapan heran pada istrinya. "Bagaimana apanya?" 

"Ya, pendapat kamu tentang dia. Tentang Penampilan, wajah, sikap dan tat--"

"Kenapa aku harus mengeluarkan pendapatku?! Itu sama sekali bukan urusanku, Vivian." Anjelo membentak. "Malam ini, kau sangat aneh!" Usai mengatakan hal itu, Anjelo berlalu pergi meninggalkan Vivian. 

"Haisshh!" Vivian mencakar sofa yang ia duduki. "Susah sekali memancing dia un--"

"Vivi!" Kalimat itu rumpang karena suara seruan yang berasal dari ibu mertuanya. 

"I-iya Ma." Vivian lekas memasang wajah anggunnya. Di hadapan ibu mertuanya dia harus selalu terlihat anggun dan berwibawa. 

"Anjel mana?" tanya Indi sambil mendudukkan diri di samping menantunya. 

"A-" Hampir saja lidah Vivian keseleo. Dia segera melaratnya. "Mas Anjel ke atas Ma. Katanya masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan." 

"Hm, dia selalu saja sibuk," gumam Indi sambil angguk-angguk. 

"Mama belum mengantuk?" Giliran Vivian yang bertanya. 

"Belum Vi. Mama masih ingin mengobrol dengan kamu. Mama kangen sama kamu. Udah lama kita tidak berbincang. Bagaimana dengan semua bisnismu, lancar 'kan?" 

Vivian melempar senyum kecil, "Lancar, Ma. Meski terkadang naik turun." 

"Hm, ya itu wajar. Namanya juga bisnis." Indi menimpali. "Oh ya, Vi ... kamu dan Anjel 'kan sudah lama menikah. Apakah kalian tidak berniat punya keturunan?" Sudah Vivian duga, jika obrolannya akan berujung pada masalah keturunan dan punya anak. 

Pening. Vivian ingin kabur masuk ke dalam kamarnya. Tapi dia tidak berani. Meski Indi terlihat baik dan kadang-kadang suka bersikap humoris, tapi di balik sikapnya itu, ada aura menakutkan yang terpancar dan Vivian tak mau membangkitkan aura menakutkan itu. Cari aman adalah pilihannya, meski ia tertekan. 

"Aku dan Mas Anjel ada niatan kok untuk punya keturunan. Tapi tidak untuk tahun ini. Kami berdua benar-benar sibuk. Mungkin empat tahunan lagilah." Vivian tersenyum di akhir ucapannya. 

Ekspresi berlawanan justru ditampilkan Indi. Wajah anggunnya terlihat kelam. "Kenapa mesti menunggu sampai empat tahun lagi sih? Mama sudah tidak sabar ingin menimang cucu. Umurmu dan Anjel juga sudah tak muda lagi. Kalau bisa sekarang, kenapa harus menunggu nanti? Keluarga Holland butuh penerus Vi. Jangan egois jadi perempuan!"

Bagai disentil jari raksasa. Vivian langsung merasakan sesak dada mendengar perkataan tajam dari ibu mertuanya. 

Dia ingin melawan. Tapi dia berusaha menahan. "Hm, iya Ma. Nanti aku bicarakan dengan Mas Anjel." Vivian merasa jengkel. Ingin mencongkel kedua mata mertuanya yang memelototinya seolah dirinya adalah seorang penjahat. 

"Bagus. Bicarakanlah dengan Anjel. Kalau perlu, pergilah liburan berdua dengan dia. Masalah pekerjaan, biar Mama yang urus!" Senyum puas terukir di bibir Indi Wiraguna. "Mama ke kamar dulu!" pamitnya berlalu. 

"Anj___lah!" umpat Vivian setelah mertuanya tak ada di hadapan. "Kapan punya anak? Keluarga Holland butuh penerus. Mama udah pengen nimang cucu." Vivian misuh-misuh sendiri. "Nggak orang tuaku, nggak mertuaku, mereka semua sama saja. Cucu, cucu dan cucu saja yang diobrolkan. Aku menikah bukan karena cinta, mana mungkin mau punya anak dari Anjelo. Ogah!" Ocehan sarkas itu terus keluar dari bibir Vivian. Rasa jengkel mencengkram jiwa. "Aku harus secepatnya menjalankan rencanaku dan Raka. Supaya aku punya alasan untuk meminta cerai dari Anjelo!" Seringai tipis terlukis. Vivian beranjak dari sofa ruang keluarga. Berjalan santai menaiki tangga. Tiba di dalam kamar, dia langsung menyambar ponsel. Mengetikkan pesan kepada seseorang. 

Vivian: Besok malam, laksanakan tugas yang sudah saya perintahkan. Pokoknya harus berhasil. Uang lima ratus juta dan tiket liburan ke Amerika akan menjadi milikmu!

Orang yang dikirimi pesan itu membalas dengan emot jempol terangkat. 

*****

"ZEONAAA!" Gadis yang sedang menyusuri koridor kampus ternama itu menghentikan langkah dan menolehkan kepala ke belakang. 

"Alden ..." Ingin kabur, tapi Alden sudah berlari menghampirinya. 

Senyum lebar terbit membelah wajah Alden Prawira. Dia merangkulkan sebelah tangannya ke pundak Zeona. "Makan siang bareng yuk!" ajaknya dengan wajah ceria. 

Menjauh dari Alden bukan suatu hal yang mudah. Zeona yang punya sikap tak enakan sangat sulit untuk melakukannya. Harus ada alasan logis dan jelas agar tak timbul masalah di antara mereka. Bagaimanapun juga, Alden adalah teman terbaik yang Zeona punya. Yang banyak membantunya sedari SMA.

"Ayo!" Dengan setengah hati, Zeona mengiyakan. Mereka berjalan berdampingan dengan tangan Alden yang setia bertengger di pundak Zeona. 

Mereka makan siang di kantin yang ada di kampus. Memesan makanan sesuai selera masing-masing. Kali ini pesanan mereka sama yaitu nasi dan ayam geprek. 

"Jangan banyak-banyak sambalnya, Zeo. Nanti kamu sakit perut!" tegur Alden yang melihat Zeona menambahkan tiga sendok sambal ke atas ayam geprek miliknya. 

"Kalau nggak pedas, nggak enak Al. Rasanya hambar!" tampik Zeona tak mengindahkan teguran Alden. 

"Persis kayak hidup tanpa cinta ya?" Alden menaik turunkan alisnya, menggoda Zeona. 

Menipiskan bibir, sebagai tanggapan dari perkataan Alden. Zeona lekas menyuapkan nasi dan ayam geprek penuh sambal itu ke dalam mulutnya. Tak berminat menanggapi perkataan Alden yang selalu menjurus tentang cinta-cintaan. 

Alden pun sama, dia mulai menyantap makan siangnya. 

"Zeo, kamu udah dapat pekerjaan baru belum?" Perbincangam dimulai lagi. 

"Udah Al." Zeona menjawab singkat karena dia sedang mengunyah. 

"Kerja apa dan di mana Zeo?" Alden selalu menunjukkan keantusiasannya ketika mengobrol dengan Zeona. Namanya juga mengobrol dengan gadis yang dicinta, pastinya sangat ceria. 

Zeona menelan dulu makanannya. Barulah dia menjawab pertanyaan Alden. "Di hotel. Jadi housekeeper."

"Waah ... berarti tiga shift dong?" Alden bertanya lagi. 

"Iya tiga shift. Tapi aku ambil shift siang doang, dari jam setengah tiga sampe jam sepuluh malam.  Jadi nggak ganggu waktu kuliah. Untungnya pemilik hotelnya baik banget. Dia ngebolehin, he ..." Zeona tercengir. 

"Syukurlah kalau begitu. Aku ikut senang mendengarnya!" Alden ikut tersenyum bahagia. "Apa nama hotelnya?" 

"Duh, kasih tahu nggak ya?" Zeona membatin. Tapi sejurus kemudian, dia pun menjawabnya. "Hotel Holland, Al."

"Loh, itu 'kan hotel milik Mas Anjel, kakak iparku." Seru Alden heboh. 

Zeona pura-pura memasang wajah kaget. Padahal dalam hati berbisik sarkas. "Suamiku adalah kakak ipar sahabatku. Duh, kok jadi kayak judul sinetron!" 

Acara santap siang berakhir. Alden dan Zeona kembali ke kelas masing-masing. 

Sebelum mengikuti kelas berikutnya, Zeona pergi ke toilet dulu. Kandung kemihnya sudah tak kuat menanggung beban. 

*****

Anjelo menatap sebal pada dua tiket pesawat yang baru saja diberikan sang ibu kepadanya. Sebenarnya, bukan tiket pesawatnya yang menyebalkan, tetapi perkataan dari ibunya yang membuat dia sebal tingkat dewa. 

"Pergilah liburan bersama Vivian ke luar negeri. Habiskan waktu berdua kalian dengan mesra dan intim. Mama nggak mau tahu, pokoknya kamu dan Vivian harus segera punya anak!" 

Anjelo meremas kedua tiket pesawat itu. "Aku tidak ingin punya anak dari Vivian!" desisnya berkilat tajam. 

1
Wanda Ani
kak cerita nya seru bgt sukaaaaa
Ama Apr: Makasih Kk🥰
total 1 replies
Desli Gunde
next
Ama Apr: Besok ya Kk
total 1 replies
Desli Gunde
bagus
Ama Apr: Makasih Kk🥰
total 1 replies
Su Santi
sedih
Ama Apr: Makasih Kk
total 1 replies
Su Santi
air mataku tak berhenti bacanya
Ama Apr: 🥺 makasih Kk sudah ikut merasa sedih atas kepergian Zalina
total 1 replies
Badri A54
lanjut torr aduhh baperr
Ama Apr: Makasih Kk
Besok ya🥰
total 1 replies
partini
holang kayah kehabisan baterai mau keluar negri lagi
lanjut Thor
Ama Apr: Hahaha
ada udang dibalik bakwan Kak🤣
Siap, besok ya
total 1 replies
partini
dag Dig dug nih Thor lanjut pls
Ama Apr: Besok ya Kak🥰
total 1 replies
partini
jangan di bikin lompat 5 th kedepan ya Thor dah banyak cerita seperti itu
Ama Apr: Haha, tidak Kak
Nggak kepikiran ke arah sana kok😅
total 1 replies
partini
ceritanya bikin makin penasaran
Ama Apr: Makasih Kk
total 1 replies
partini
lampir datang lanjut Thor
Ama Apr: Besok ya Kak
total 1 replies
partini
lanjut ,cuma video bertemu Kurang YESS deh toh
Ama Apr: Haha, besok dilanjut lagi Kak yg gurih gurih nyonyy nya🤣
partini: kurang gurih😁😁😁
total 3 replies
ikamel
bagus ceritanya
Ama Apr: Terima kasih Kak🥰
total 1 replies
Wanda Ani
lamjut kakaka
Ama Apr: Besok ya Kak🥰
total 1 replies
partini
👍👍👍
partini
makin menarik
Ama Apr: Makasih Kk🥰
total 1 replies
اختی وحی
jngn dibikin muter² thor, emaknya malah dibikin bodoh
Ama Apr: Nanti juga dia sadar sendir. Biasalah Bu Indi masih syok kan dia sayang banget sama Vivian
total 1 replies
Wanda Ani
ayo kak lanjut lagi yg buanyak hehehe
seru
aku zuka
Ama Apr: Siap Kk🥰
Makasih
total 1 replies
partini
ga sabar nunggu besok
Ama Apr: Makasih Kk🥰
total 1 replies
partini
penasaran lanjut Thor 👍👍
Ama Apr: Siap, besok ya Kak/Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!