NovelToon NovelToon
Simpanan Tuan Anjelo

Simpanan Tuan Anjelo

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Ama Apr

Zeona Ancala berusaha membebaskan Kakaknya dari jeratan dunia hina. Sekuat tenaga dia melakukan segala cara, namun tidak semudah membalikan telapak tangan.

Karena si pemilik tempat bordir bukanlah wanita sembarangan. Dia punya bekingan yang kuat. Yang akhirnya membuat Zeona putus asa.

Di tengah rasa putus asanya, Zeona tak sengaja bertemu dengan CEO kaya raya dan punya kekuasaan yang tidak disangka.

"Saya bersedia membantumu membebaskan Kakakmu dari rumah bordir milik Miss Helena, tapi bantuan saya tidaklah gratis, Zeona Ancala. Ada harga yang harus kamu bayar," ujar Anjelo Raizel Holand seraya melemparkan smirk pada Zeona.

Zeona menelan ludah kasar, " M-maksud T-Tuan ... Saya harus membayarnya?"

"No!" Anjelo menggelengkan kepalanya. "Saya tidak butuh uang kamu!" Anjelo merunduk. Mensejajarkan kepalanya tepat di telinga Zeona.

Seketika tubuh Zeona menegang, mendengar apa yang dibisikan Anjelo kepadanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ama Apr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27

Rasa bahagia meletup-letup. Kupu-kupu dari dalam perut seolah beterbangan keluar. Menghasilkan keinginan untuk tertawa-tawa dan berjingkrak-jingkrak macam anak TK. 

Namun sekuat tenaga, Eric menahannya, karena malu oleh atasannya. Nanti dikira dirinya gila. 

"Baik Tuan. Saya bersedia menunggui kakaknya Zeona di rumah sakit." 

Anjelo mengangguk, "Terima kasih, Eric. Kamu memang karyawanku yang paling bisa diandalkan. Kamu boleh kembali ke ruanganmu!" Inilah perintah yang Eric tunggu dari tadi, dirinya memang ingin segera kembali ke ruangannya. 

"Permisi, Tuan." Eric membungkukkan setengah badan, lalu keluar dari ruangan Anjelo. 

"Wuaahhaha! Yes! Yes!" Keluarlah teriakan heboh Eric diiringi dengan lompat-lompat macam orang yang mau melakukan smash dalam olahraga voli. "Akhirnya aku bisa menjenguk Zalina," serunya sambil tertawa ceria. 

"Kak, malam ini aku harus pergi kerja lebih awal. Kakak nggak papa 'kan aku tinggal sekarang?" 

Zalina mengalihkan pandangan dari televisi yang menggantung di ruang rawatnya ke wajah Zeona. "Nggak papa. Pergilah. Hati-hati di jalan dan semoga pekerjaanmu lancar!" Tinju Zalina terangkat ke atas seraya tersenyum ceria. 

"Siap Kak!" Ada rasa bersalah yang menelusup jiwa karena membohongi kakaknya. Bilangnya mau kerja, faktanya dia mau menghabiskan malam bersama dengan Anjelo. Tapi mau bagaimana lagi, itu sudah menjadi kewajibannya. 

Zeona keluar dari ruang rawat Zalina dan berpapasan dengan Eric yang kali ini berpenampilan sangat berbeda. Lebih santai dan terlihat seperti anak muda karena Eric memakai pakaian yang tidak formal. Hoodie berwarna putih dan celana jeans biru tua memeluk erat tubuh tingginya. 

"Selamat malam, Zeona?" sapanya melempar senyum ramah. 

"Selamat malam juga, Mas Eric!" Zeona membalas sapaan Eric dengan ramah pula. "Titip kakakku ya, Mas. Terima kasih juga sudah bersedia menunggui dia malam ini," tuturnya membungkukkan setengah badan. 

"Sama-sama, Zeo. Pergilah! Tuan Anjel sudah menunggumu di parkiran," beri tahu Eric yang diangguki Zeona. 

Gadis muda itu beranjak pergi, sedangkan Eric melesakkan diri, masuk ke ruang rawat Zalina. 

Agak menganga mulut Zalina melihat siapa yang datang menjenguknya. "M-Mas E-ric?" 

Yang disapa menganggukkan kepala seraya tersenyum manis. Berjalan pelan menghampiri Zalina. "Selamat malam Zalina, apa kabar?" 

"Malam juga, Mas. Kabarku ya seperti ini, Mas. Tidak dalam keadaan baik." Zalina menjawab apa adanya. 

Eric duduk terlebih dahulu di kursi yang ada di sebelah ranjang yang ditiduri Zalina setelah menyimpan buah tangan yang ia bawa berupa buah-buahan. "Saya turut prihatin atas keadaan kamu saat ini. Zeona sudah menceritakan semuanya pada saya. Tetap semangat ya, Zalina! Jangan putus asa apalagi tak ingin meneruskan pengobatan. Yakinlah kepada kekuasaan Tuhan, penyakitmu pasti akan segera disembuhkan," ujar Eric menyemangati gadis cantik yang kini menatap sayu pada dirinya, membuat Eric sedikit gelagapan. 

"Terima kasih sudah menyemangati saya, Mas. Tapi apakah Tuhan masih bersedia menyembuhkan penyakit saya? Sementara selama ini, saya selalu melakukan dosa. Apakah mantan bunga raya seperti saya masih bisa mendapatkan belas kasihan-Nya?" Zalina tertunduk lesu dengan mata yang mengembun. Sadar bahwa dosanya terlalu banyak hingga merasa malu untuk berdoa meminta kesembuhan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 

"Allah itu Maha Pengasih, Zalina. Dia tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang kepada hamba-Nya. Mau itu penjahat ataupun bunga raya seperti kamu, belas kasih dan ampunan itu selalu ada, asalkan kamu benar-benar bertaubat dan tidak mengulangi dosa besar itu." Eric menasihati Zalina layaknya seorang pemuka agama. Bukan sok tahu, tapi latar belakangnya yang anak seorang ustaz, membuat dia paham tentang hal seperti itu. 

Bahwa sebesar apapun dosa yang manusia perbuat, Allah tak akan pernah meninggalkan umat-Nya. Asalkan manusia itu mau bertaubat dan merubah diri menjadi lebih baik lagi. 

Rintik-rintik air mata mulai berjatuhan. Menguntai menjadi seperti aliran sungai. Berderai membasahi pipi Zalina. Diiringi dengan sesaknya isakan. 

"Menangislah Zalina! Buang semua kesedihanmu. Dan setelah itu, sambutlah hari baru dengan penuh semangat." Eric mengusap kepala Zalina. "Jodoh, maut, rezeki, suka dan duka mutlak ada di tangan Tuhan. Jadi jangan berkecil hati. Mungkin Dokter telah memvonismu berumur pendek, tapi kuasa Tuhan itu nyata. Mana tahu, umurmu ternyata masih panjang," tukasnya seraya mengusap air mata yang menyebar di pipi Zalina. 

"T-terima kasih, Mas Eric." 

Curahan kesedihan itu berakhir. Keheningan menyelimuti dua sejoli itu. Hingga akhirnya, Zalina kembali mengeluarkan suara paraunya. "Mas Eric, boleh saya bertanya sesuatu?" 

"Silakan Zalina!" sahut Eric seraya menatap Zalina. 

"Apakah Zeona benar-benar hanya jadi pesuruh di hotel milik Tuan Anjelo? Dia tidak melakukan pekerjaan yang melanggar norma 'kan Mas?" 

Pertanyaan dari Zalina, membuat Eric sedikit tersentak. Bola matanya bisa meloka dengan jelas ada keraguan dan kekhawatiran di wajah Zalina. Eric tersenyum kecil sebelum menjawab pertanyaan tersebut. "Iya benar. Zeona bekerja menjadi housekeeper di hotel milik Tuan Anjelo," jawab Eric meyakinkan. "Kamu takut adikmu itu menjajakan tubuhnya seperti apa yang kamu lakukan, begitu?" Kini Eric yang bertanya balik pada Zalina. 

"Ya. Lebih tepatnya, saya takut jika Zeona memberikan kebanggaannya kepada Tuan Anjelo. Makanya Tuan Anjelo mau meminjamkan uang sebanyak itu pada Zeona." Zalina memuntahkan kecurigaannya. "Maaf jika kecurigaan saya terlalu berlebihan dan membuat Mas Eric tersinggung. Bukan maksud saya mencurigai Tuan Anjelo, tapi dengan pengalaman yang saya punya, pikiran negatif itu benar-benar menyesakkan dada ..." Zalina menarik napasnya dalam-dalam lalu membuangnya dengan kasar. Mengenyahkan segala kecamuk yang ada dalam rongga dada. 

"Semua kecurigaanmu itu benar, Zalina. Tapi maafkan saya, karena saya tidak bisa mengatakan semua kebenarannya." Eric membatin lirih. 

"Saya sangat mengerti tentang kekhawatiranmu. Tenang saja, Tuan Anjelo tidak seperti itu. Dia sangat mencintai istrinya dan yang saya tahu, dia memberikan pinjaman sebesar itu pada Zeona karena dia memang orang yang sangat dermawan. Tuan Anjelo tidak tegaan. Maka dari itu, ia meminjamkan uang tersebut pada Zeona dengan catatan ... setiap bulannya, gaji Zeona akan dipotong setengahnya untuk mencicil hutang. Itu sudah ada di surat perjanjian yang mana jika Zeona mangkir atau tidak mau membayar hutang, maka dia akan dimasukkan ke dalam jeruji besi. Tidak ada iming-iming harus tidur dengan Tuan Anjelo. Tidak ada sama sekali. Karena saya sendiri yang mengetik isi perjanjian itu dan disetujui oleh kedua belah pihak. Ditanda tangan di atas materai!" Eric menerangkan panjang lebar kebohongannya. Berharap Zalina akan percaya dan tidak menaruh curiga lagi. 

Gadis berbaju pasien hijau tua itu tertegun sejenak. Lalu akhirnya mengangkat kepala. "Terima kasih Mas atas penjelasannya. Sekarang saya benar-benar merasa tenang. Saya percaya pada apa yang Mas Eric katakan." 

Legalah hati Eric mendengarnya. Dia bersorak bahagia dalam hatinya, namun juga merasa bersalah. "Maafkan saya, Zalina ..." sesalnya dalam hati. 

1
Diah Salwa Nabila
maaf bukan menyaperi thor tapi menghampiri🙏
Ama Apr: Siap Kak☺
ke depannya aku ganti deh🤭
Diah Salwa Nabila: Iyah sama2 cuman kaya kurang cocok maaf cuman saran yah thorr hehe 🙏
total 3 replies
Gato Piola
Menyentuh banget.
Ama Apr: Makasih Kakak🥰
total 1 replies
Ama Apr
Siap Kak🥰
Makasih udah baca😊
Ma.Cristina Alvaro
Jangan lupa update setiap hari, saya suka banget dengan ceritanya 👏
Ama Apr: Insya Allah, siap Kak.
Makasih udah baca🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!