NovelToon NovelToon
Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Status: tamat
Genre:Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pengantin Pengganti / Terpaksa Menikahi Suami Cacat / Tamat
Popularitas:396.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aisyah Alfatih

Arum Mustika Ratu menikah bukan karena cinta, melainkan demi melunasi hutang budi.
Reghan Argantara, pewaris kaya yang dulu sempurna, kini duduk di kursi roda dan dicap impoten setelah kecelakaan. Baginya, Arum hanyalah wanita yang menjual diri demi uang. Bagi Arum, pernikahan ini adalah jalan untuk menebus masa lalu.

Reghan punya masa lalu yang buruk tentang cinta, akankah, dia bisa bertahan bersama Arum untuk menemukan cinta yang baru? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Dadah Om Tampan...

Reghan masih berlutut di hadapan bocah itu, matanya tak lepas dari wajah Revano. Semakin lama ia menatap, semakin kuat rasa asing sekaligus familiar yang menyesak di dadanya. Ada sesuatu di balik tatapan polos itu, sesuatu yang membuat napasnya terasa berat.

"Levan … Mama kamu di mana?” tanya Reghan perlahan, mencoba tetap tenang meski nadanya sedikit bergetar.

"No, Levan ... Om! Rlevan!" ucap bocah itu polos, Reghan mengangguk dan tersenyum.

Bocah itu menatap sekeliling, bibir mungilnya kemudian manyun.

“Nggak tahu, Om. Mama tadi sama Papa Gavin. Levan mau nyari Mama.”

Nama itu, membuat Reghan seketika menegakkan tubuhnya. Ada sekilas ingatan samar di benaknya tentang seorang dokter yang sempat menangani pasien dari luar kota. Tapi pikirannya buyar ketika bocah itu tiba-tiba menarik ujung jasnya.

“Om, Levan haus…” katanya pelan.

Reghan spontan menunduk lagi, tanpa sadar menatapnya dengan tatapan lembut. “Kamu … sakit, ya?”

Bocah itu mengangguk kecil. “Kata Mama, Levan sakit dalah … tapi nanti sembuh, kok. Mama bilang Levan anak kuat.”

Kalimat sederhana itu justru membuat dada Reghan terasa seperti diremas. Dia berusaha tersenyum, tapi ekspresinya goyah.

Bu Nara, yang berdiri di belakang, menatap pemandangan itu dengan campuran kagum dan cemas. Dia akhirnya berdeham pelan, mencoba mengembalikan fokus. “Tuan, sepertinya … anak ini pasien bagian anak, ya? Mungkin sebaiknya kita bantu panggil perawatnya.”

Namun sebelum Reghan sempat menjawab, suara perawat dari ujung lorong terdengar. “Revan! Revan, sayang, jangan lari lagi!”

Perawat itu berlari kecil menghampiri, wajahnya panik begitu melihat bocah itu bersama Reghan.

“Astaga, maaf, Tuan Reghan. Anak ini pasien kami. Dia lepas dari pengawasan untuk mencari orang tua," kata perawat itu sembari menunduk.

"Orang tua macam apa meninggalkan anaknya sendiri di dalam ruang inap," kata Reghan yang sedikit geram. Reghan tak langsung melepas genggaman kecil di jasnya.

“Dia anak siapa?” tanyanya kemudian dengan tenang, tapi suaranya mengandung tekanan halus.

Perawat itu menunduk gugup. “Anu … saya tidak bisa memberitahukan data pasien, Tuan. Tapi ibunya sedang bersama Dokter Gavin untuk pemeriksaan donor yang cocok untuk sang anak,”

Nama itu lagi, Reghan menatap bocah di hadapannya, lalu perlahan menurunkan genggamannya dari tangan kecil Revano. “Baik, hati-hati, ya, Revan,” ucapnya lembut. Revano tersenyum dan melambaikan tangan kecilnya.

“Dadah, Om tampan.” Ada perasaan hangat yang terlintas dari senyum anak itu, hingga membuat Reghan ikut tersenyum.

Ketika perawat membawanya pergi, pandangan Reghan tetap mengikuti langkah bocah itu hingga menghilang di balik pintu lift. Dadanya terasa sesak, seolah ada bagian dari dirinya yang baru saja dibawa pergi.

“Bu Nara…” katanya akhirnya, suaranya rendah dan berat.

“Iya, Tuan?”

“Cari tahu semua tentang anak itu.” Tatapan Reghan menajam, tapi sorot matanya kini lebih dari sekadar rasa ingin tahu. Ada ketakutan, harapan, dan penyesalan yang samar di dalamnya.

“Nama lengkapnya, siapa orang tuanya, dan … apa hubungannya dengan Dokter Gavin. Lalu, cari tahu sakit apa yang di deritanya, mungkin kita bisa membantu mencari pendonor seperti yang perawat itu katakan.”

Bu Nara menatapnya kaget, tapi mengangguk pelan. Ia tahu, sejak Reghan menatap bocah itu, ada sesuatu yang telah berubah di mata majikannya. Sesuatu yang tak akan bisa dibendung lagi.

Sore mulai merayap, warna jingga matahari memantul di kaca-kaca rumah sakit ketika Reghan masih duduk diam di mobilnya. Tatapannya kosong, tapi pikirannya berputar cepat, tentang bocah itu. Tentang wajah kecil yang sangat mirip dirinya, tentang panggilan Mama yang begitu tulus, dan tentang nama Gavin yang terus mengusik pikirannya.

Tak lama, Bu Nara mengetuk kaca mobil dari luar. Reghan menoleh, menurunkan kaca jendela.

“Sudah, Bu Nara?”

“Saya dapat datanya, Tuan,” ucap wanita itu hati-hati, menyerahkan berkas print out dari data rumah sakit.

“Anak itu bernama Revano, usia tiga tahun, pasien rawat anak dengan diagnosa leukemia limfoblastik akut. Ibunya terdaftar atas nama Arum Mustika Ratu.”

Nama itu menghantam Reghan seperti petir di siang bolong. Tangannya refleks mengepal di atas pahanya.

“Arum…?” gumamnya pelan, seolah lidahnya kaku menyebut nama itu.

Bu Nara menunduk, tak berani menatap mata Reghan yang kini mulai memerah.

“Iya, Tuan. Dokter penanggung jawabnya ... Dokter Gavin Wardhana. Mereka tinggal di rumah dinas dokter di daerah selatan kota. Tidak ada penjelasan lengkap tentang hubungan Dokter Gavin dan ibu pasien,”

Hening menguasai mobil itu. Hanya suara mesin dan detik jam digital dashboard yang terdengar. Reghan memejamkan mata, menahan gejolak di dadanya. Tiga tahun, tiga tahun ia mencari Arum ke berbagai kota, bahkan sempat menduga wanita itu telah meninggal. Namun ternyata dia hidup, hidup dengan anak yang ternyata anaknya sendiri.

“Persiapkan mobil, besok pagi kita ke rumah sakit ini lagi,” ucap Reghan lirih, tapi penuh ketegasan.

“Saya ingin bertemu dokter Gavin secara langsung.”

Bu Nara mengangguk cepat. “Baik, Tuan.”

Reghan menatap keluar jendela, menatap ke arah gedung rumah sakit yang perlahan memantulkan bayangan dirinya. Dalam hatinya, perasaan bersalah, rindu, dan ketakutan bercampur jadi satu.

Ia berbisik lirih, hampir tak terdengar,

“Arum … apa yang sudah kamu lalui selama ini?”

Sementara itu di dalam rumah sakit, di ruang rawat anak, Arum sedang duduk di tepi ranjang sambil mengelus rambut Revano yang mulai tertidur. Wajahnya lelah, tapi senyum lembut tetap ia paksakan.

“Revan anak Mama yang kuat, ya…” katanya dengan suara bergetar. “Kamu pasti bisasembuh, mama janji…”

Namun entah mengapa, malam itu dada Arum terasa berat, seolah ada sesuatu yang akan datang, sesuatu dari masa lalu yang selama ini berusaha ia kubur dalam-dalam.

1
Mama AldyNovi
kyaknya tiap malam hujan deh
Nidah Hanidah
dehhhh heran, emang disitu gak ada cctv ya, kok gak di cek dlu
Surati
Bagus ceritanya 👍🙏🏻
Sunny Sunny
bagus, gak bertele2 alurnya, tokoh Dr Gavin sgt mulia, mencintai tidak berarti memiliki 🙏, cuma sayang tokoh yg jahat kok gak bertobat ya, kyk si mantan
Aisyah Alfatih: buang mantan pada tempat nya 🙊
total 1 replies
Zila Kamsirah
Terima kasih saya suka jalan cerita ini
Nilovar Beik
novel ini AQ tamatkan bacanya dlm sehari...bagus banget
Aisyah Alfatih: terima kasih kak 💕
total 1 replies
Nilovar Beik
bagus Oma...gercep sekali
Nilovar Beik
kasiannya Arum...tega bener ya
Wonti Sudarmi
foto Arum Revano dan reghan mana auotor



foto Arum Revano dan reghan mana
ken darsihk
Arum masih ragu dngn semua nya
ken darsihk
Pelan2 Reaghan jangan memaksa semua nya akan baik2 sajah , klo kamu nya sabar
ken darsihk
Semoga sajah x ini tidak ada lagi prahara yng mengacaukan rumah tangga mereka
ken darsihk
Aq lanjut baca lg thor 🌹🌹👍
Shankara Senja
baru nemu,trus baca eh..pengen tutup buku..maaf saya ga suka wanita lemah dngn berbagai alasan..yg tdnya kabur dngn satu alasan ga masuk akal kembali lg..byeeeee
Shankara Senja
kan..gampang,simpel..udah bucin..mo berdarah darah jg balik lg..
Shankara Senja
ga usah pake kabur deh klo ujung ujung nya bersatu lg....cape cape in aja
ken darsihk
Syedih 😭😭😭😭
Rajo kaciak
/Sun//Sun//Sun/
Rahpuji Haningrum
Oma Hartati sadar diri, kamu dulu yang membiarkan hukum cambuk tanpa dengarkan siapa yang salah
Rahpuji Haningrum
rasakan reghan, cinta kok membiarkan istri dicambuk.
lihatlah dulu siapa yang salah.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!