Banyak wanita muda yang menghilang secara misterius. Ditambah lagi, sudah tiga mayat ditemukan dengan kondisi mengenaskan.
Selidik punya selidik, ternyata semuanya bermula dari sebuah aplikasi kencan.
Parahnya, aparat penegak hukum menutup mata. Seolah melindungi tersangka.
Bella, detektif yang dimutasi dan pindah tugas ke kota tersebut sebagai kapten, segera menyelidiki kasus tersebut.
Dengan tim baru nya, Bella bertekad akan meringkus pelaku.
Dapatkah Bella dan anggotanya menguak segala kebenaran dan menangkap telak sang pelaku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DYD5
Taufik menarik sebuah kursi di depan meja Bella dan lekas duduk di sana, rautnya tegang dan gelisah.
"Begini, Kapt ... tim kita tidak punya wewenang untuk bertindak sejauh itu," ujar nya.
Bella mengernyit lalu menaikan satu alisnya. "Sejauh itu? Apanya yang sejauh itu? Autopsi kan memang sesuatu yang perlu dilakukan jika kasus ini harus berlanjut?"
"Itu dia masalahnya, Kapt." Taufik berdiri lalu berjalan menghampiri Bella.
Pria yang mengenakan jaket kulit itu membungkuk dan berbisik di telinga sang kapten. "Ketua tidak ingin kasus-kasus ini ditindaklanjuti. Bahkan, Abirama nyaris dipecat karena menyelidiki kasus ini diam-diam."
Setelah berkata demikian, Taufik kembali ke meja kerjanya. Meninggalkan Bella yang terus-terusan menghela napas panjang.
Wanita berparas tegas itu menyambar bingkai foto di atas meja kerja. Bella menatap penuh makna, potret dirinya dan sang ayah yang tengah tertawa. Sekali lagi, ia menghela napas panjang.
"Ah, memalukan!" gumam Bella kesal.
Bella menatap kembali potretnya bersama sang ayah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Saya mohon, cari cucu saya ... Rani tidak pulang-pulang dari semalam." Seorang wanita tua renta sedang membuat laporan pada petugas.
"Apa cucu anda sedang menjalin hubungan dengan seseorang?" tanya Rinol.
Tanggapan yang sudah biasa diberikan oleh para aparat, tanggapan yang selalu membuat keluarga para korban naik pitam.
"Tolong selidiki dahulu, tolong. Saya tau ... kalian akan memberikan jawaban yang sama seperti kepada keluarga korban sebelumnya. Namun, cucu saya tidak seperti itu, Rani tidak mungkin melarikan diri dengan lelaki manapun. Tidak mungkin dia tega kabur melarikan diri dan menjadikan saya sebatang kara. Cucu saya tidak mungkin sejahat itu, dia ... sangat menyayangi saya ...," lirih sang nenek dengan suara lirih dan serak. Wajahnya tampak pucat, sepertinya wanita yang sudah sepuh itu sedang tidak sehat.
Bella yang sejak tadi menguping di balik layar monitor, kini bangkit dari duduknya. Bola matanya yang bergetar, menatap sendu pada kaki wanita tua renta yang hanya mengenakan sendal sebelah saja. Menyedihkan, itulah yang ia rasakan.
"Ibu, ada yang bisa saya bantu? Silahkan ke meja saya." Bella mengulurkan tangannya, menunjuk kursi di balik meja kerja nya.
Tergopoh-gopoh ibu tua berjalan, mendekati Bella sembari membenarkan kain jarik yang melilit di pinggangnya.
"Tolong saya, Nak! Cucu saya hilang! Namanya Rani, anaknya cantik sekali. Hanya dia anggota keluarga saya satu-satunya, ibu bapaknya sudah tiada. Tolong ... cari di mana keberadaan cucu saya," suaranya terdengar lirih dan sedih.
"Saya hanya punya ini, semoga kalian sudi membantu." Lanjutnya sembari menyodorkan sebuah celengan kuno yang sejak tadi ia bawa, ke atas meja Bella.
Bella meraup udara sebanyak-banyaknya, dada wanita cantik itu semakin sesak.
"Sejak kapan Rani menghilang, Bu? Lebih tepatnya, jam berapa Rani keluar dan tak kembali?" tanya Bella, ia berusaha bersikap profesional.
Sang wanita tua berusaha mengingat-ingat, lalu matanya membulat.
"Jam delapan malam," jawabnya cepat.
Bella melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Baru pukul 5 sore. Pemilik rambut sebahu itu menghela napas panjang.
Rinol yang sejak tadi menyimak, kini berdiri dan menghampiri.
"Maaf, Ibu. Sesuai dengan prosedur ... jika belum 1x24 jam, maka tidak bisa dinyatakan hilang. Dalam artian lain, kami tidak bisa menindaklanjuti," tuturnya.
Sontak saja perkataan Rinol membuat air mata wanita tua itu berlinang.
"Siapa bilang tidak bisa menindaklanjuti?Tidak ada aturan tertulis yang menyatakan bahwa pelaporan orang hilang hanya akan ditindaklanjuti setelah 24 jam. Pelaporan orang hilang, meskipun dilakukan kurang dari 24 jam, akan langsung dan wajib ditindaklanjuti. Polisi tidak lagi mengenal istilah 1x24 jam baru akan menyelidiki kasus tersebut. Mengerti, Rinol?" Bella menatap tegas anggotanya.
"Mengerti, Kapt!" Rinol menegakkan pundaknya dan memberi hormat.
"Proses dan lakukan pencarian!" perintah Bella.
"Siap, Kapt!" Kompak para anggota berdiri dan memberi hormat, termasuk Abirama.
Darah pria itu berdesir membayangkan dirinya akan memulai tanggungjawab yang sebenarnya sebagai tim divisi kriminal.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di sebuah ruangan yang dipenuhi dengan nuansa putih. Seorang wanita muda baru saja membuka matanya. Keningnya terasa berdenyut dan perih. Ia hendak meraba, tapi, ia merasa sulit luar biasa.
Rani, wanita yang baru saja dinyatakan hilang oleh kepolisian, kini tengah mengedarkan pandangan. Menatap langit-langit ruangan yang amat kusam. Rani berusaha duduk, meskipun kesulitan.
'Di mana aku? Kenapa pakaian ku seperti ini?' lirihnya dalam hati.
Rani menatap heran jaket yang membungkus tubuhnya. Jaket yang terlihat seperti alat pengekang.
"P- Akh ...!" Rani menjerit, bibirnya begitu sakit dan perih saat hendak berbicara.
'Apa yang terjadi dengan bibir ku?!' batinnya panik.
Tepat setelah membatin seperti itu, derit pintu yang di dorong terdengar nyaring memecahkan kesunyian.
Seorang pria yang berpakaian menggunakan jas putih, masuk ke ruangan. Membuat bola mata Rani membeliak. Sontak wanita itu ketakutan.
'K-kau?!' jerit Rani di dalam hati, ia benar-benar tak bisa berbicara.
"Wah, straitjacket itu membuat mu tampak semakin cantik!" seringai pria dengan sebuah jarum suntik di tangannya.
"Apakah kau ingin melihat benang-benang yang sudah menjahit rapih bibirmu, Ran?"
Pria itu membuka laci meja yang ada di kamar itu, lalu menyambar cermin kecil yang tersimpan di dalam sana. Ia mengarahkan cermin kecil tersebut tepat di depan wajah Rani.
Bola mata Rani membeliak, air matanya seketika mengalir. Ia terisak-isak. Entah terisak karena melihat bibirnya yang sudah terjahit rapih, atau karena melihat pria di hadapannya telah menancapkan sebuah jarum di lehernya.
*
*
*
Terimakasih sudah membaca karya Author, jangan lupa tinggalkan jejak like & komentar ya 🥰
Jangan lupa klik permintaan update 🥰
semangat Thor! 👍
Amit-amit banget ma lakik modelan seperti dia, udah kebanyakan teori, eh sekarang mau mendapatkan Bella dengan cara kotor🤢
Bisa-bisanya oon bener🤣