Seruni, memiliki fisik yang tidak sempurna, karena cacat sejak lahir.
Sehingga kedua orang tuanya tidak menginginkan dirinya dan di minta untuk di bawa pergi sejauh mungkin.
Namun, meskipun terlahir cacat, Seruni memiliki bakat yang luar biasa, yang tidak semua orang miliki.
Karena bakatnya itu, ternyata membuat seorang CEO jatuh cinta kepadanya.
Bagaimana kisah selanjutnya? Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini adalah fiktif dan tidak berniat untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
Sari pun memasak setelah di bantu memotong sayuran oleh Seruni. Sementara menunggu waktu Maghrib tiba, Seruni menyempatkan diri berlatih.
Ya, Seruni selalu belajar seni beladiri walau hanya dengan menggunakan kaki. Kosim lah yang selalu mengajarkannya.
"Suatu saat jika ibu dan bapak sudah tidak ada, kamu harus bisa menjaga diri kamu sendiri."
Ucapan itu selalu terngiang-ngiang di ingatan Seruni. Seruni sadar, setiap yang hidup pasti akan mati.
Jadi, dengan tekad yang kuat, dia harus menjadi perempuan tangguh. Paling tidak untuk menjaga dirinya sendiri.
"Sudah mau Maghrib, kenapa belum mandi?"
Seruni menghentikan latihannya. "Sebentar lagi Pak," ujarnya.
"Jangan menunda-nunda sholat, apalagi waktu Maghrib itu singkat."
"Iya Pak." Seruni pun ingin mandi.
Mungkin karena cacat, jadi Allah memberikan kelebihan kepadanya. Yaitu memiliki kaki dan tubuh yang lentur. Sehingga dia bisa melakukan sendiri. Namun saat wudhu, Sari yang membantunya.
Kekurangan fisiknya tidak menghalangi dirinya untuk melakukan sesuatu. Bahkan jika di bandingkan, orang normal saja bisa kalah. Terutama bakatnya di bidang melukis.
Setelah sholat Maghrib mereka pun makan terlebih dahulu. Nanti setelah sholat isya, mereka tinggal beristirahat saja.
"Bu, apa perlu kita pindah ke kota?" tanya Kosim.
"Memang kenapa Pak?" tanya Sari.
"Rencana bapak, setelah kita kembali dari Jakarta nanti, kita pindah ke kota dan mencari rumah di sana. Bukan apa-apa Bu, biar Seruni bisa mengembangkan bakatnya. Siapa tahu nanti akan ada yang tertarik dengan lukisannya dan mau membelinya dengan harga yang tinggi," jawab Kosim.
"Terserah bapak sajalah, aku sih ikut saja Pak. Lagipula di desa ini, hampir setiap hari mendengar cemoohan orang. Sejak Seruni kecil hingga sekarang, cemoohan orang tidak berhenti. Apa mereka tidak bosan?" omel Sari.
"Sudahlah Bu, lagian aku juga gak apa-apa. Sudah kebal dengan semua itu," sela Seruni.
Sari mengelus rambut Seruni. "Tapi ibu yang sakit Nak saat mereka menghina mu. Tapi ibu tidak ingin mencari masalah dan membalas dengan cara yang sama. Biarkan Allah yang membalasnya."
Seruni mengangguk, dia tidak pernah mengeluh dengan hidupnya yang seperti ini. Malah Seruni merasa bahagia karena tidak kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Setelah makan malam dan sholat isya, mereka pun beristirahat. Setelah lelah menjalani aktivitas di siang hari.
...****************...
Hari keberangkatan mereka ke Jakarta pun tiba. Sebuah mobil menjemput mereka untuk ke bandara.
Semua biaya mereka di tanggung, dari mulai tiket pesawat, penginapan, dan makan. Karena Seruni memenangkan lomba, jadi dia di undang khusus untuk mengikuti lomba di Jakarta.
"Maaf bapak, ibu, dan Seruni. Kami hanya bisa mengantarkan sampai di sini saja. Selebihnya akan ada yang mengurus kalian selama di Jakarta," ucap ketua penyelenggara perwakilan kota Surabaya. Saat ini mereka sudah tiba di bandara.
"Terima kasih Pak, tapi di sana pasti banyak saingan berat. Dan saya tidak yakin jika putri saya bisa memenangkan lomba itu," ujar Kosim.
"Kalah menang dalam lomba itu biasa Pak. Dan yang penting semangat dan tekad yang kuat. Saya yakin Seruni mampu melakukannya. Semangat Nak," ucap pria itu.
"Terima kasih Pak, saya berusaha semaksimal mungkin," ujar Seruni.
Mereka pun masuk ke dalam bandara, karena pesawat yang akan mereka tumpangi akan berangkat sebentar lagi.
Pak ketua penyelenggara tersenyum sambil melambaikan tangan. Dan di balas oleh Kosim dan Sari, sedangkan Seruni hanya tersenyum dan mengangguk.
Pesawat jurusan Surabaya Jakarta pun akhirnya take off. Ini pengalaman pertama mereka menaiki pesawat.
Karena biasanya Kosim dan Sari selalu menggunakan kereta untuk ke Jakarta. Dan belum pernah menggunakan pesawat.
"Kamu tegang Nak?" tanya Kosim.
"Sedikit Pak, ini pertama kalinya aku naik pesawat," jawab Seruni.
"Ya sudah, lagi pula perjalanannya tidak lama kok, hanya satu jam lebih," kata Kosim.
Seruni mengangguk, dia yang duduk di dekat jendela pesawat pun melihat pemandangan indah di luar.
Setelah menempuh perjalanan lebih kurang satu jam tiga puluh menit, akhirnya mereka tiba di bandara internasional Soekarno-Hatta.
Baru keluar dari bandara, mereka pun di jemput oleh orang yang akan mengantarkan mereka ke penginapan.
Kosim menghampiri pria yang memegang kertas yang bertuliskan nama Seruni. Lalu bertanya.
"Apakah bapak yang akan menjemput kami?"
Pria itu meneliti Kosim dari atas ke bawah lalu dari bawah ke atas. Pria itu harus berhati-hati, karena ia tidak ingin salah orang.
"Saya orang tua Seruni," tambah Kosim.
Lalu Kosim memanggil Sari dan Seruni dan memperkenalkan nya kepada pria itu. Pria itu akhirnya percaya lalu mempersilakan mereka ke mobil.
Mereka di bawa ke hotel untuk istirahat. Karena besok baru lomba tersebut di adakan. Jadi mereka harus istirahat secukupnya terlebih dahulu.
Seruni melihat sekeliling saat tiba di hotel. Banyak peserta lain yang berasal dari berbagai kota di Indonesia. Mereka juga datang bersama keluarga masing-masing.
Seruni tersenyum melihat mereka juga terlihat bahagia. Mungkin karena terpilih sebagai perwakilan dari kota-kota mereka. Dan juga bisa hadir bersama keluarga mereka.
"Ayo saya antar," kata pelayan hotel dengan ramah.
Kosim, Sari dan Seruni mengangguk lalu mengikuti pelayan itu menuju kamar mereka. Hanya tinggal satu kamar yang tersisa, tapi memiliki dua tempat tidur.
"Maaf Pak, Bu. Cuma satu kamar saja yang tersisa, yang lain semuanya sudah penuh. Dan mohon maaf juga atas ketidaknyamanan nya," ucap pelayan itu.
"Tidak apa-apa, yang penting ada tempat untuk menginap. Lagi pula kami di sini juga tidak lama," ujar Kosim.
"Silakan Pak, Bu." Pelayan itu memberikan kunci kamar kepada Kosim. Kemudian dia pamit karena masih ada pekerjaan lain yang perlu di kerjakan.
"Tidak apa-apa, 'kan Nak?" tanya Sari.
"Tidak apa-apa kok Bu," jawab Seruni.
Mereka pun masuk ke dalam kamar, Seruni bukannya duduk, tapi langsung menuju balkon. Dengan menggunakan kakinya, dia membuka pintu balkon.
Pertama kalinya dia melihat pemandangan kota Jakarta dan merasa takjub dengan bangunan-bangunan tinggi.
"Lihat apa?" tanya Sari yang sudah berada di dekat Seruni.
"Bu, nanti kita ke Monas ya? Aku pengen lihat dari dekat," ujar Seruni.
"Iya, nanti kita ke sana setelah selesai acara lomba." Bukan Sari yang menjawab, tapi Kosim.
Seruni begitu senang saat mendengar akan ke Monas. Bahkan dia hanya mampu menggambar Monas saja, tanpa pernah melihatnya dari dekat.
"Istirahat dulu ya? Persiapan untuk besok di acara lomba, kamu harus tampil maksimal," kata Sari.
Seruni mengangguk, tapi ia lebih memilih duduk di balkon untuk mencari inspirasi untuk lukisannya besok.
Sementara Kosim keluar untuk memesan makanan kepada pelayan. Dan mereka akan makan di kamar saja. Mengingat putri yang seperti itu, ia tidak ingin orang-orang merasa terganggu.
09
2138
lanjut lagi kak up
semangat, sehat selalu /Heart//Heart//Heart/
yg cuma buat malu 😀😀😀
kehendak Tuhan, jngan kau i gkari, yg pasti ny kau yg akan hancur sekar/ridwan 😁😁😁