Seorang gadis korban pemerkosaan sampai hamil sehingga dia mau tidak mau harus menikah dengan pria yang sudah beristri karena bayi yang dikandungnya membutuhkan sosok seorang ayah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
Mahira mengetuk pintu dan menahan hawa dingin yang menyiksa. Tak selang berapa lama kemudian sang pemilik rumah keluar.
"Budhe Ngatmi? Kok di rumah nenek saya?" Tanya Mahira.
"Mahira, ini rumah saya. Kamu tidak di beritahu jika rumah ini sudah di jual? Saat nenek mu meninggal kamu kok nggak pulang?"
DEGH
"Meninggal? Nenek meninggal? Kapan?" Semua ini membuat Mahira terhuyung, Bu Ngatmi yang merupakan tetangga nya membantu untuk masuk ke dalam rumah.
Bu Ngatmi membuat kan teh hangat untuk Mahira yang masih shock.
Mahira menatap sekeliling rumah nya dulu yang sudah jauh berbeda dan lebih bagus.
"Ini di minum dulu!" Ucap Bu Ngatmi.
Mahira pun meminum nya , ia masih tampak kebingungan.
"Nenek mu meninggal 2 bulan yang lalu, dia jatuh di kamar mandi. Kami heran kok kamu nggak pulang, apa sudah lupa sama Nenek mu? Pakde mu apa tidak mengabari mu? " Tanya Bu Ngatmi.
"Pakdhe tidak mengabari saya bahkan seminggu yang lalu pakdhe bilang kalau Nenek sehat sehat saja tapi anehnya saat saya meminta video call pakdhe selalu menolak." Jelas Mahira sembari menitikkan air mata.
Bu Ngatmi memeluk Mahira, dia turut bersedih. Bu Ngatmi juga bercerita jika setelah sang nenek meninggal, rumah ini di jual oleh pamannya, dan Bu Ngatmi langsung membelinya.
"Lalu Pakdhe saya tinggal di mana?" Tanya Mahira.
"Dia pindah tak jauh dari sini ." Jawab Bu Ngatmi.
Kenapa Pakdhe tega sekali? Ini rumah ibuku, ibuku sampai menjadi TKW untuk membangun rumah ini. Batin Mahira.
"Ini masih shubuh, kamu istirahat dulu. Nanti jika matahari sudah muncul. Budhe akan antar ke rumah Pakdhe mu." Kata Bu Ngatmi.
Bu Ngatmi mengantar Mahira masuk kamar, di dalam kamar Mahira hanya bisa menangis meratapi nasibnya. Dia justru harus kehilangan neneknya, dia sudah tidak mempunyai siapa siapa.
*
"Pakdhe, Ini Mahira, " ucap Mahira sembari mengetuk pintu rumah yang sudah terlihat modern.
Bu Ngatmi langsung pulang setelah selesai mengantar Mahira sampai di depan rumah Pamannya.
Tak berselang lama kemudian seorang perempuan yang menjadi istri pakdhe nya membuka pintu.
"Mahira????"
"Budhe, Pakdhe ku mana?" Teriak Mahira.
Tak lama berselang, pria yang berusia 50 tahunan itu keluar. Ia sangat terkejut melihat kedatangan Mahira. Bukannya disuruh masuk malah di usir.
"Ngapain datang ke sini? Pergi kamu!!!"
"Pakdhe kenapa tidak mengabari jika nenek sudah meninggal???" Tanya Mahira.
"Bukannya kamu sudah lupa sama Nenek? Mentang mentang sudah menjadi istri orang kaya bisa lupa sama kami."
Mahira terkejut dengan ucapan paman nya Setega itu padanya.
"Pakdhe, saya tidak pernah lupa dengan kalian, saya terus menelpon Pakdhe namun pakdhe sering menolak nya.
Mahira di dorong untung saja tidak terjatuh, suara paman nya sangat lantang sampai tetangga keluar untuk melihat asal suara..
Pamannya yang semakin malu menyuruh Mahira pergi sebelum melaporkan nya kepada kepala desa jika Mahira orang jahat.
Istri Pakdhe nya hanya terdiam tak bisa melakukan apapun. Ia adalah pencetus ide untuk menjual rumah peninggalan ibu Mahira untuk membayar hutang.
Air mata Mahira terus menetes, Mahira kini sudah tidak mempunyai siapa siapa lagi untuk pulang.
Dia berjalan sambil memeluk tas nya. Tetangga yang melihatnya tidak tega, mereka menuntun Mahira untuk mampir ke rumah dan memberikan minum.
Apa aku harus mencari keberadaan ayah biologis ku? Tapi aku tidak tahu wajah nya seperti apa.!
Kenapa hidup ku seperti ini? Tidak ada yang menginginkan aku.
Mahira duduk di ruang tamu, semua orang memperhatikan nya . Untung saja mereka semua sangat ramah dan baik pada Mahira.
Mereka membiarkan Mahira jauh lebih tenang. Mereka tahu jika ibu hamil mudah shock.
Di luar, mobil mewah terhenti. Nando keluar dengan panik . Lalu menghampiri kerumunan warga yang ingin melihat keadaan Mahira.
Nando membelah kerumunan itu dan melihat Mahira terduduk diam dan lesu ..
"Sayang...."
Mahira terkejut melihat kedatangan Nando.
"Maaf semuanya, dia istri saya. Maaf sudah membuat keributan." Ucap Nando.
Nando berjongkok di depan Mahira sambil memohon untuk ikut pulang. Semua warga melihat ketulusan Nando sebagai suami.
Mahira menahan tangisnya, ia bergetar tak tahu harus bagaimana.
"Sudah Mbak, ikut si Mas saja. Disini juga mau apa? Pakdhe mu seperti itu." Ucap kepala desa.
Nando tersenyum lalu menggenggam tangan Mahira dengan erat.
"Ayo pulang sayang! Kita bicarakan di rumah."
Mahira mengangguk, ia kemudian berpamitan kepada warga yang ada di situ dan meminta maaf karena sudah membuat keributan.
Mahira segera ikut dengan Nando masuk mobil. Tapi sebelumnya dia menatap rumah paman nya yang tertutup rapat.
"Mahira, sudah! Ayo masuk!!" Pinta Nando sembari membukakan pintu mobil.
Mahira masuk dan Nando duduk di samping nya . Pak Ibnu melajukan mobilnya meninggalkan desa itu.
Nando yang tidak pernah tinggal di pedesaan merasa kedinginan.
"Mas bisakah kita mampir ke makam keluarga ku? Tanya Mahira
"Tahu jalannya? Tapi sebentar saja ya, dingin sekali disini." Jawab Nando.
Mahira menunjukkan jalan ke arah makam yang terdapat makam keluarga nya .
Mereka melewati perkebunan yang ditanami sayur mayur. Disana sangat sejuk dan diselimuti kabut yang seolah turun.
Para penduduk terlihat bercocok tanam.mereka merupakan para petani sayur yang menggantung kan kehidupan mereka dengan bercocok tanam diladang.
Mahira menatap kaca luar sudah lama ia tidak melihat pemandangan seperti ini.
Setelah sampai di makam umum. Mahira turun dengan di ikuti Nando. Mahira masuk ke area pemakaman yang rimbun dengan pepohonan yang tinggi. Dia mencari makam ibundanya dan tentu saja tepat di sampingnya terdapat makam nenek nya yang masih tampak baru.
Mahira berusaha berjongkok untuk membersihkan rerumputan namun perutnya yang besar membuat nya kesusahan.
"Kamu mau apa,Rah?"
"Aku mau membersihkan rumput."
Nando menyuruh Mahira untuk berdiri, Nando dengan sigap membersihkan makam mertua nya. Mahira yang melihat terheran.
"Ini pertama kalinya aku membersihkan kuburan, orang tuaku masih hidup jadi belum pernah aku merasakan seperti ini" Ucap Nando.
"Maaf jika merepotkan Mas."
"Tak masalah, mereka mertua ku."
Nando melanjutkan membersihkan makam keluarga Mahira. Nando juga membaca nama yang terukir di batu nisan . Dari masing masing makan terdapat salah satu nama yang seolah tak asing di pikiran nya
"Ra, ini makam siapa?" Tanya Nando.
"Itu makam ibuku."
Nando mendadak sakit kepala, ia memegangi kepala nya seolah terlintas seorang gadis yang tengah menemani nya di suatu tempat.
Nando mencoba mengingat dengan jelas namun semakin di ingat semakin membuat nya sakit.
"Mas, mas kenapa?" Tanya Mahira panik.
"Mahira bisakah kita pulang? Aku tidak enak badan."
Mahira pun mengangguk, ia mengajak Nando keluar dari area pemakaman dan tak lupa untuk mencuci tangan dan kaki dari air yang mengalir.