NovelToon NovelToon
Menyulam Rasa Di Balik Cadar Alina

Menyulam Rasa Di Balik Cadar Alina

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / CEO / Konflik etika / Romansa / Penyesalan Suami / Slice of Life
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Pearlysea

Meski sudah menikah, Liam Arkand Damien menolak untuk melihat wajah istrinya karena takut jatuh cinta. Pernikahan mereka tidak lebih dari sekedar formalitas di hadapan Publik.

Trauma dari masa lalu nya lah yang membuatnya sangat dingin terhadap wanita bahkan pada istrinya sendiri. Alina Zafirah Al-Mu'tasim, wanita bercadar yang shalihah, menjadi korban dari sikap arogan suaminya yang tak pernah ia pahami.

Ikuti kisah mereka dalam membangun rasa dan cinta di balik cadar Alina🥀

💠Follow fb-ig @pearlysea

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pearlysea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 5. Jangan buka cadarmu!

Liam keluar dari kamar mandi dengan wajah yang basah, tak memperdulikan Alina yang masih tertunduk di tepi ranjang, tanpa pria itu ketahui Mata Alina sudah basah oleh air mata.

Saat menyadari Liam sudah keluar, Alina buru-buru menyeka sudut matanya dengan jari, mencoba menyembunyikan luka yang tak pernah bisa ia sembunyikan sepenuhnya.

Alina kemudian bangkit perlahan dan berjalan menuju meja rias. Jemarinya meraih ikatan cadar yang menutupi wajahnya, siap untuk melepaskannya. Namun, sebelum ia sempat membuka, suara Liam berseru dingin.

"Jangan buka cadarmu," Liam melepas kemeja putihnya, pandangannya tak tertuju pada Alina.

Alina terhenyak, menghentikan gerak jarinya dan menjatuhkannya di pangkuan. Wanita itu memandang pantulannya di cermin lalu menoleh ke arah suaminya, mata mereka seketika bertemu dalam kebekuan.

"Kenapa?" tanya Alina suaranya bergetar pelan hampir berbisik.

"Aku pikir kau tak perlu membuka cadarmu di depanku, anggap saja aku ini orang asing," seru Liam, seraya membuka jam tangannya dan berjalan mendekati tempat tidur.

Sejak awal perkenalan mereka, Liam menolak melihat wajah Alina. Bukan karena meragukan kecantikannya, tapi karena dia tidak ingin melibatkan perasaannya. Keluarganya selalu memuji kecantikan Alina seperti mutiara dalam kerang. Namun bagi Liam, cinta adalah sesuatu yang berbahaya. Trauma masa lalu membuatnya membenci wanita, kecuali ibunya.

"Jadi kau akan selalu memperlakukan aku seperti itu?" Alina bertanya, suaranya lirih namun tegas.

Liam berbalik, menyunggingkan senyum sinis.

"Ya, karena begitulah kenyataanya Alina. Kita berdua sama sama terjebak dalam pernikahan yang tidak kita inginkan, bukan? Hubungan ini hanya formalitas dan jasa timbal balik, tidak lebih dari itu."

"Apa aku seburuk itu hingga kamu tidak ingin melihat wajahku?" seru Alina berusaha tegar,

"Ah, aku tidak tahu Alina. Aku hanya tidak ingin melihatmu. jadi, jangan pernah berpikir aku akan tertarik padamu, lalu menyentuhmu, karena itu takan pernah terjadi!" tegasnya penuh penekanan, Liam yang hanya mengenakan kaos Boxer pun mulai menaiki ranjang.

"Aku juga tidak ingin disentuh oleh pria arogan sepertimu, jadi jangan terlalu percaya diri!" Alina tak mau kalah, meski dia sebanarnya wanita yang lembut, tapi pantang baginya diam ketika harga dirinya terus di jatuhkan.

Liam mengangkat kedua Alisnya, tak menyangka dengan respon Alina. Namun kemudian, pria itu tertawa pelan, terkesan mengejek.

"Alina, tak kusangka wanita sepertimu bisa marah juga."

"Tidur di sofa." dia melempar bantal ke lantai, tepat di depan Alina. Alina menunduk, menatap bantal itu sejenak sebelum mendengus. Tatapannya menajam, kesal dan sakit hati bercampur. Setelah hening beberapa detik, ia membungkuk mengambil bantal tersebut.

"Kenapa tidak kau saja yang tidur di sofa? Ini kamarku!" ujarnya lantang, melempar bantal itu ke sofa.

Liam, dengan mata terpejam, menjawab santai.

"Memang kamarmu, tapi aku tamu di sini. Dan tamu adalah raja."

"Tamu yang kurang ajar pantas diusir," balas Alina tajam.

Liam membuka matanya, menatapnya dingin..

"Alina," suaranya pelan namun penuh ancaman.

"Terserah, ini kamarku. Kau bisa tidur di sini bersamaku atau tidur di sofa, setidaknya aku memiliki sedikit rasa kasihan," Alina melangkah mendekati ranjang dan perlahan menaiki kasurnya, tak perduli pada liam yang masih berbaring menatapnya tajam.

Rahang Liam mengeras, melihat pergerakan istrinya yang menaiki kasur, Liam segera bangkit.

"Hanya di malam ini aku bisa mengalah Alina, tapi di rumahku jangan harap kau bisa membantah dan melawanku!"

Liam beralih ke Sofa dan menjatuhkan tubuhnya dengan kasar di sana. Dia berbaring dan menutup mata dengan lengannya, berharap kekalutan malam ini segera berakhir.

Namun kenyataanya tidak memberinya ketenangan, justru hari-hari yang lebih berat menantinya di depan. Liam menarik napas panjang, suara helaan napasnya terdengar berat dalam keheningan. Alina, yang mendengarnya seolah memahami bahwa antara dia dan suaminya sama sama merasa tertekan dan menderita.

...[••••]...

Alina terbangun di sepertiga malam seperti biasa, tak menghiraukan Liam yang pulas di sofa, dia beranjak ke kamar toilet untuk mandi dan bersuc seperti kebiasaanya. Setelah itu ia pun mulai untuk mendirikan sholat malam dengan menggunakan cadar.

Awalnya dia ingin membangunkan suaminya, tetapi mengingat sikap arogansi suaminya, membuatnya mengurungkan niat. Alina mulai sholat sendiri lalu kemudian mengaji, mengaji dengan suara yang lirih dan pelan agar suaminya tidak bangun karena suaranya.

Beberapa puluh menit Alina tenggelam dalam bacaan Ayat suci A-Qur'an, suara Adzan shubuh pun berkumandang merdu dengan kalimat indah yang menyerukan bahwa sholat lebih baik dari tidur.

'Asholatu khoyruminan Naum!"

'Asholatu khoyruminan Naum!"

'Asholatu khoyruminan Naum!"'

Alina menoleh ke arah suaminya, bingung apakah dia harus membangunkannya atau membiarkannya saja?

Alina menggeleng berusaha untuk tak memperdulikan lalu kembali melanjutkan bacaannya hingga adzan selesai. Adzan hampir berakhir tetapi Liam tak juga membuka matanya, membuat Alina berpikir bahwa pria itu sepertinya tak pernah menunaikan kewajiban.

"Dia bahkan tidak bangun, padahal suara adzan begitu keras," gumamnya, sambil menatap suaminya yang berpindah poisisi membelakanginya.

"Bagus, sepertinya dia memang pria yang tak perduli pada dirinya sendiri!" gumamnya lagi.

Alina menarik napas panjang, berpikir sejenak. Walau bagaimana pun kan sekarang dia sudah menjadi seorang istri, dan Liam adalah suaminya yang sah di mata negara dan agama yang menuntut agar setiap pasangan memberikan hak hak mereka sebagaimana yang telah diwajibkan, tak terkecuali mengingatkan dan mengarahkan pasangannya melalukan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar.

Alina mendengus, dia mulai menyadari dan segera bangkit dari simpuhannya di atas sajadah. Dengan hati yang berat dan penuh kewaspadaan Alina mencoba membangunkan suaminya.

"Liam..." panggilnya pelan, namun suaminya masih tak bergerak.

"Liam, bangunlah ini sudah shubuh!" ucapnya. Liam masih tak merespon.

"Liam!" suaranya mulai agak keras, tetapi tatap saja pria itu tidak bangun seolah telingannya tuli di kencingi setan.

Alina menghela napas dan kali ini memberanikan diri untuk menyentuh bahu Liam dan mengguncangnya pelan, berharap suaminya akan bangun.

"Liam!" panggilnya agak keras seraya menepuk bahunya.

"Argh!" Pria itu mengeram membalikan tubuhnya dan mendorong tangan Alina yang sudah berani menyentuhnya. membuat wanita itu terhuyung kebelakang, Alina syok dan kaget dengan sikap kasar Liam yang tak ia duga.

"Beraninya kau mengangguku, Apa yang kau inginkan?" geramnya, matanya yang merah menatap Alina tajam.

Alina, yang masih terguncang, berusaha menahan perasaan terlukanya. "Aku membangunkanmu untuk sholat shubuh, kenapa kamu begitu kasar? aku melakukannya dengan baik baik!"

Liam menyeringai, penuh sinis.

"Karena aku benci orang orang yang menganggu tidurku, atau kau sengaja ingin mencari perhatian dariku?"

"Iti tidak benar!" Alina menyela dengan cepat.

Rahang liam mengeras lalu bangkit dari sofa, hingga mereka berdiri saling berhadapan.

"Kalu begitu, mulai sekarang dan seterusnya jangan pernah menganggu hidupku dengan keyakinanmu, jangan pernah mengingatkan aku tentang dosa karena aku tidak mempercayai semua itu, kau mengerti?!" pekik Liam, suaranya tak begitu keras namun penuh tekanan.

Alina tersentak dan menggenggam dadanya, pengakuan Liam benar benar membuat dadanya terhimpit sakit.

"Astagfirullah....Astagfirullah..Hal adziim" lirihnya, dalam ketundukan dan besarnya rasa kecewa Alina menitikan air mata.

Liam memandang istrinya, sadar ucapannya sudah membuat Alina menangis dalam diam, namun tak terpancar dari matanya rasa penyesalan. Dengan gerakan cepat, dia beranjak menuju kamar mandi, pintu tertutup keras di belakangnya, membuat Alina tersentak. Sisa keheningan terasa semakin mencekam, menyisakan kesedihan yang mendalam di hati Alina.

1
Sunaryati
Mungkin Alina jodohmu, Liam. Kau akan menyesal melepaskannya. Dia lain dari semua wanita yang menginginkau
Rita Riau
udah Alina, dengarkan apa kata suami angkuh mu itu, jika perlu juga ga usah sibuk bikin sarapan 🤔🤭🙄
Joko Medan
tpi kn thor, saat liam mandangi foto alina yg tersenyum. ap dy gk pkai cadar di foto itu??
Pearlysea🌻: Tidak pakai.Karena dalam syariati calon istri/suami berhak melihat wajah calon pasangannya sebelum menikah. Liam dulu melihat foto Alina hanya sekilas, tidak begitu memperhatikan wajahnya, karena ia takut terbawa perasaan dan tak benar benar ingin serius menjalani pernikahan karena trauma.
total 1 replies
Joko Medan
hahaha, aku suka candaan mu alina🤣🤣.

ayo la firaun, ad yg halal gk usah lgi mikiri msa lalu yg gitu2 az. mncoba mengenal alina psti sangt menyenangkn krna dy wanita yg cerdas. semakin k sini alina akn mnunjukn sikp humoris ny dn liam akn mnunjukkn sikap lembut walau pn msih datar.
Joko Medan
nth lah clara, kau itu spupu yg tulus atw modus😏. tpi aku suka dgn alina yg bisa langsung menebk sikp spupu ny itu. walaupn pernikhn ny bgitu, y alina mg hrus waspada. tetap la mnjdi wanita yg cerdas alina. agr kau sepadan dgn liam dgn kecerdasn mu walaupn bukn dgn karier mu😘.

haaa, liam dengar tu ap kta raka. smga raka, kau memg sahabt yg tulus y raka. cuci trus otak liam biar dia meroboh degn sendiriny benteng tinggi yg ud dy bangun.
Arza Zaeni Putri
lanjut tor
Arza Zaeni Putri
lucu evan 🤣
Sunaryati
Ayo terus pantang mundur untuk menyadarkan Liam, Alina. Mudah- mudahan berhasil
Joko Medan
menghadapi liam ni, hrus ditarik ulur. gk harus melulu kita yg ngalah.

doble up kk😄
Ma Em
Alina terlalu sabar menghadapi Liam Alina kalau Liam mengejek mu balas dgn perkataan yg menohok agar dia sadar jadi orang jgn terlalu arogan
Arza Zaeni Putri
lanjut tor
Ma Em
Luar biasa
Ma Em
Liam kamu sombong sekali semoga setelah kamu sadar dan mencintai Alina , Alina sudah tidak membutuhkanmu lagi dan pergi meninggalkan kamu dgn rasa sesalmu dan tdk bisa lagi untuk kembali pada Alina
Pearlysea🌻
😂😂😂
Ceriwis (Kurogane Haruka)
Jangan terlalu sensi entar kamu cintah lo😁😁
Joko Medan
klw aku jdi evan jga bakaln ngakak jungkir balik🤣🤣. seru x klw ud ad evan😂

gitu dong alina, gk usah sikit2 nangis
Pearlysea🌻: Semangatin terus si Alina kak, biar gak cengeng😂
total 1 replies
Sunaryati
Semoga tuduhan skandal mereda, Liam menghargai Alina dan mereka bisa menjalani rumah tangga sesungguhnya bukan sandiwara
Joko Medan
yd, alina kmu ikuti az permainn liam. mulai skarang kmu hrus jdi wanita kuat dn smart. jangn mudah cengeng atw emosi. mg smua itu gk mudah, tpi ikuti az alurny.
Joko Medan
cocok kq thor.

sok cuek, sok perhatian. liam liam, awas kau y 😏

lanjut thor.
Joko Medan
lnjuy thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!