Bertahun-tahun aku berusaha melupakan kenangan kelam itu, namun mimpi buruk itu selalu menghantuiku bahkan setiap malam. Akupun tidak bisa bersentuhan dengan laki-laki. Entah sampai kapan ini akan terjadi. Ku kira selamanya tidak akan ada pria yang masuk dalam hidupku. Hingga dia datang dan perlahan merubah kepercayaanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Kerja Juna
Juna dan Yudi telah selesai makan siang. Mereka langsung kembali ke kantor karena akan ada pertemuan dengan staf.
"Pak, kenapa tadi anda bersikap seperti itu saat direstoran? Bukannya restoran itu adalah hasil kerja sama anda dengan teman anda? " tanya Yudi yang tidak mengerti dengan alasan dari sikap Juna
"Ya. Aku memiliki bagian di restoran itu, jadi aku ingin restoran dengan pekerja yang layak dan bisa diandalkan. Aku hanya ingin melihat respon dari karyawan saja. Ternyata dia sama sekai tidak bisa membujuk tamu atau menjelaskan alasannya. "
Juna menanggapi sambil membaca dokumen. Dia seperti tidak peduli dengan apa yang dikatakan Yudi.
"Oh, bagaimana dengan apa yang ku minta? Apa kamu sudah mengumpulkan para staf?"
Juna mengalihkan pandangannya dari dokumen dan menatap Yudi untuk menunggu jawaban atas pertanyaannya.
"Ya, Pak. Saya sudah memberitahu mereka untuk rapat dan juga meminta bagian dapur untuk menyiapkan sampel menu hidangan yang diberikan pada tamu. "Yudi menjelaskan dengan sikap yang tegas karena Juna terlihat seperti orang yang tidak suka bertele-tele.
"Baiklah. Kalau begitu mari kita ke ruang konferensi sekarang!"
"Baik, Pak"
Juna beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar ruangan diikuti Yudi dibelakangnya. Semua orang memperhatikan mereka berdua selama dalam perjalanan menuju ruang konferensi. Wajah Yudi mungkin sudah tidak asing bagi mereka, tapi tidak untuk Juna. Ini adalah hari pertamanya menginjakkan kaki di hotel keluarganya setelah sejak kecil dibesarkan diluar negeri oleh orang kepercayaan kakeknya.
"Eh siapa pria tampan yang bersama pak Yudi itu? Sepertinya ini pertama kali aku melihatnya." bisik salah satu staf bagian kamar.
"Entahlah. Ini juga pertama kalinya aku melihat wajahnya. Atau mungkin dia adalah tamu VVIP yang dilayani langsung oleh pak Yudi?" Rekannya menanggapi dengan sikap antusias yang sama.
"Apa iya? Ya, itu mungkin saja sih." Kedua staf bagian kamar itu berlalu pergi untuk melanjutkan pekerjaan mereka tapi sesekali mereka masih memperhatikan Juna dan Yudi yang berjalan semakin jauh dari mereka.
Juna dan Yudi telah tiba diruang konferensi. Terlihat para staf sudah menunggu kedatangan mereka disana.
"Selamat siang semuanya. " Yudi menyapa terlebih dahulu untuk membuka acara.
"Selamat siang!" Semua staf yang hadir menanggapi dengan serempak.
"Langsung saja kita mulai pertemuannya. Saya mengadakan pertemuan ini untuk memperkenalkan pemimpin baru hotel kita. Ini pak Arjuna Danendra, beliau yang akan mengelola hotel kita ini kedepannya." Yudi memperkenalkan Juna sambil menunjuk dengan sopan.
Juna yang sejak tadi duduk diam memperhatikan, kini berdiri untuk memperkenalkan diri.
"Selamat siang semuanya. Senang bisa bergabung disini bersama kalian. Saya harap kedepannya kita bisa bekerja sama dengan baik untuk mengembangkan hotel ini. " Juna sedikit mengucapkan kalimat pembuka sebagai perkenalannya.
Prok prok prok
Semua orang bertepuk tangan mendengar kata-kata yang diucapkan Juna.
"Karena saya baru pertama kali mengelola hotel ini, saya ingin bertanya kepada kalian semua, kira-kira apa yang kurang dari hotel kita dan perlu diperbaiki?"
Semua orang saling menatap satu sama lain untuk berkompromi.
"Saya rasa fasilitas kita masih kurang. "
"Mungkin pelayanan kita yang kurang baik jadi hotel kita tidak terlalu ramai. "
"Hotel didekat sini memiliki sistem layanan kamar yang berbeda dengan kita. "
Satu persatu staf yang hadir mulai mengeluarkan pendapat mereka sambil mengacungkan tangan. Juna mendengarkan pendapat mereka satu persatu dengan baik sebelum menanggapinya.
"Bagus. yang kalian semua katakan tadi memang bisa menjadi alasan hotel ini mengalami penurunan selama beberapa tahun tapi itu masih belum bisa dipastikan. Ini adalah hidangan yang disediakan hotel kita. Bagaimana pendapat kalian tentang menu makanannya?"
Juna menjelaskan dengan sikap tenang dan berwibawa. Dia juga meminta pendapat stafnya mengenai makanan yang ada di hotel mereka.
Semua orang kini memperhatikan makanan dan minuman yang ada dihadapan mereka, mulai dari makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup.
"Sejak kecil aku sudah tinggal diluar negeri. Makanan seperti ini sungguh sudah biasa disana, tidak ada yang spesial. Jadi, aku ingin bagian dapur mulai memikirkan menu baru yang menarik. Atau mungkin kalian bisa membuat inovasi baru dari makanan yang ada agar memiliki daya tarik tambahan. Begitupun dengan bagian pelayanan kamar, kalian harus belajar lagi bagaimana menata setiap kamar agar lebih menarik dan membuat tamu merasa nyaman. Dan untuk bagian marketing, aku ingin kalian memikirkan sebuah even dalam waktu dekat yang dapat menarik minat pengunjung untuk datang ke hotel kita. Kita harus membuat acara yang dapat menarik minat banyak orang. Aku akan menunggu ide kalian secepatnya. Tentu saja akan ada hadiah untuk ide terbaik yang akan digunakan nantinya. Apa ada yang ingin kalian tanyakan? " Juna berhenti bicara dan menatap wajah staf satu persatu untuk melihat respon mereka. Setelah tidak ada tanggapan apapun, dia kembali bicara
"Karena tidak ada yang bertanya, aku anggap kalian semua sudah mengerti. Aku tunggu ide kalian secepatnya. Kalian bisa sampaikan lada Yudi. Kurasa pertemuan kita sampai disini saja. Selamat siang."
Juna bergegas keluar dari ruang konferensi setelah dia selesai bicara diikuti Yudi yang mengikutinya dari belakang.
"Apa menurutmu ini akan berhasil? Kita sudah lama bekerja disini dan selama ini tidak pernah ada even disini yang menarik perhatian pengunjung. Kalau pun ada mereka tidak pernah sampai menginap dihotel."
"Kamu benar. Apa pemimpin baru kita bisa bertahan disini?"
"Entahlah. Semoga saja dia bisa memberikan kontribusi yang bagus pada hotel kita. "
Para staf saling berkomentar satu sama lain membicarakan Juna dan hotel mereka.
...****************...
Sementara itu dikantor Nasya.
Nasya dan karyawan yang lain sedang mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing. Tiba-tiba datang dua orang pria dewasa kisaran usia 40 tahunan masuk ke ruang mereka.
"Perhatian semuanya. Perkenalkan, ini direktur baru kita, pak Wira. Beliau yang akan menggantikan pak Ben kedepannya. "
Seorang manajer memperkenalkan atasan barunya pada stafnya.
"Selamat siang semuanya."
"Selamat siang, Pak."
Pak Wira menyapa stafnya dengan memberi salam. Dibalas salam kembali dengan serempak oleh stafnya.
"Semoga ke depannya kita bisa bekerja sama dengan baik mengembangkan perusahaan ini."
Pak Wira bicara sambil memperhatikan wajah setiap stafnya. Pandangannya terkunci pada Nasya.
"Wah, gadis itu sangat cantik." Pikirnya dengan seringai tipis dibibir yang tidak diketahui orang lain.
"Baiklah, silahkan lanjutkan pekerjaan kalian. Kami akan berkeliling ke bagian lain. "
"Baik, Pak!"
Wira dan manajernya pun beranjak pergi meninggalkan ruang kerja Nasya.
Drrt drrt drrt
Ponsel Nasya berdering sesaat setelah Wira keluar. Nasya meraih ponselnya dan melihat nama yang tertera dilayar.
"…"
Nasya terdiam tanpa mengatakan apapun dan hanya melihat latar ponselnya. Setelah cukup lama dibiarkan dan terus saja berdering, akhirnya Nasya memutuskan menerimanya.
"Halo, Bu?"
Sapa Nasya begitu dia menerima teleponnya.
"Sya, apa kabar? Kamu sehat kan?"
Ibu Nasya bicara dengan lembut disertai senyum yang terasa aneh ditelinga Nasya.
"Ya, Bu. Ada apa menghubungiku? Langsung katakan saja!" Nasya menanggapi sang ibu dengan sikap yang malas.
"Kapan kamu akan pulang kerumah? Sudah lama sekali Ibu tidak melihatmu?" ujar Ibu Nasya yang terdengar canggung.
"Kerumah siapa? Nenek udah gak ada, kenapa aku harus pulang?" tanya Nasya dengan sikap yang tenang.
"Kamu tidak merindukan Ibu? Ibu sangat merindukanmu."
Nasya terdiam tanpa menanggapi ucapan sang ibu.
"Bu, aku sedang kerja. Nanti kita bicara lagi. Tut tut tut. " Nasya langsung menutupnya tanpa menunggu jawaban sang ibu.
"Kembali ke rumah yang seperti neraka itu? Aku Gak akan pernah sudi kembali ke sana. Meskipun aku harus tinggal di kolong jembatan sekalipun"
Gumam Nasya setelah panggilannya teleponnya ditutup.
tapi tetep suka karena sifat laki²nya tegas no menye² ...