NovelToon NovelToon
Gamer Siblings Who Become The World'S Apocalypse

Gamer Siblings Who Become The World'S Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Pemain Terhebat / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Isekai
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Alif R. F.

Samael dan Isabel, dua bersaudara yang sudah lama tinggal bersama sejak mereka diasuh oleh orang tua angkat mereka, dan sudah bersama-sama sejak berada di fasilitas pemerintah sebagai salah satu dari anak hasil program bayi tabung.

Kedua kakak beradik menggunakan kapsul DDVR untuk memainkan game MMORPG dan sudah memainkannya sejak 8 tahun lamanya. Mereka berdua menjadi salah satu yang terkuat dengan guild mereka yang hanya diisi oleh mereka berdua dan ratusan ribu NPC hasil ciptaan dan summon mereka sendiri.

Di tengah permainan, tiba-tiba saja mereka semua berpindah ke dunia lain, ke tengah-tengah kutub utara yang bersalju bersama dengan seluruh HQ guild mereka dan seisinya. Dan di dunia itu, di dunia yang sudah delapan kali diinvasi oleh entitas Malapetaka, orang-orang justru memanggil mereka; Kiamat Dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#5 – How To Communicate Telepathically

Masih di lantai 100, di dalam kamar mereka, Mikael baru saja menyadari bahwa seluruh sistem untuk mengendalikan NPC, yang biasanya harus diakses melalui jendela menu guild, kini juga menghilang.

Jezebel, sebagai wakil ketua, turut merasakan hal yang sama.

Mikael duduk di pinggir ranjang, memikirkan apa yang mungkin terjadi, dengan dagu bersandar di tangan dan tubuh sedikit membungkuk. Sementara itu, Jezebel mondar-mandir di hadapannya, bergumam pelan.

"Kita tidak bisa terus begini. Kita bahkan tidak tahu apakah para NPC bisa berkhianat atau tidak," ujar Jezebel dengan nada khawatir. Namun, di antara keluhan dan helaan napasnya, ekspresinya tiba-tiba berubah menjadi tenang.

Mikael yang memperhatikan perubahan wajah adiknya yang mulus pun berkomentar, "Sepertinya penekan emosi bekerja secara pasif. Setiap kali kamu merasakan stres, itu langsung menenangkanmu."

Jezebel berhenti sejenak dan menoleh. "Kamu juga merasakannya?"

Mikael mengangkat bahu. "Iya ... setiap kali aku merasa tertekan memikirkan semua ini, tiba-tiba saja hatiku kembali tenang."

Jezebel mendekati Mikael, lalu meraih pipinya, memutar wajahnya agar menatapnya. "Hmmm ... mari kulihat! Kamu memang selalu tenang, Kak. Waktu apartemen kita hampir kebakaran saja, kamu dengan santainya menutup api dengan baju basah."

"Ngghh ... aku rasa ini bukan soal ketahanan mental kita dari dunia sebelumnya," balas Mikael polos, sambil perlahan melepaskan tangan Jezebel dari pipinya. "Menurutku, peredaman emosi ini terjadi karena atribut mental kita dan resistansi mental pasif yang sangat tinggi."

"Masuk akal, masuk akal," angguk Jezebel setuju. "Tidak seperti di game, di mana setiap kali kita terkena status negatif, kita hanya mendapatkan notifikasi. Kemungkinan besar, di dunia ini kita akan mengalami efek yang nyata."

"Ya, itu sebabnya kita harus lebih berhati-hati," kata Mikael. "Untuk masalah kesetiaan para NPC, kita bisa memikirkannya nanti. Sekarang, kita harus mencari tahu lebih dulu tentang sistem permainan yang terbawa serta semua keterampilan dan mantra yang belum kita pahami."

"Soal keterampilan dan mantra, secara halus kita sudah mengonfirmasinya," jawab Jezebel, menyilangkan tangan. "Selain penggunaannya menjadi lebih mudah, keterampilan dan mantra juga tidak lagi memiliki jeda waktu. Kemampuan pasif lebih mudah diaktifkan, dan untuk tipe berkelanjutan, kita bisa menumpuk semuanya tanpa batasan. Sedangkan untuk tipe aktif yang memiliki durasi, sekarang tidak ada lagi durasi, dan kita bisa menonaktifkannya sendiri."

"Dengan kata lain, selama sumber energinya masih ada, kemampuan aktif akan terus berjalan sampai kita menonaktifkannya. Yang berarti, aku yang memiliki Divine Essence tak terbatas bisa menggunakan kemampuan aktifku tanpa khawatir kehabisan," jelas Mikael.

"Iya ... dan aku juga bisa menggunakannya tanpa batas, karena Infernal Mana-ku juga tidak terbatas, hehehe," Jezebel terkekeh, mengingat sebagian besar sihirnya menggunakan Infernal Mana, bukan Mana murni.

"Selain itu, semua mantra dan keterampilan yang sebelumnya tidak ada di quick slot, sekarang bisa digunakan. Bahkan versi level rendahnya, yang di dalam game tidak bisa digunakan lagi karena sudah digantikan oleh versi yang lebih tinggi, kini juga bisa digunakan."

Jezebel tersenyum lebar dan mengangguk, merasakan kebenaran dari kata-kata Mikael. "Itu berarti, semua keterampilan dan mantra dari job-class yang lebih rendah juga bisa kita gunakan?"

"Benar," Mikael mengangguk.

Ia kemudian berdiri dari pinggir ranjang, berjalan ke arah jendela. Sambil membelakangi Jezebel, ia berbicara lagi dengan nada lega, "Tampaknya, dibandingkan dengan apa yang hilang dari kita, apa yang kita dapat ini lebih seperti anugerah daripada kutukan, bukan?"

Jezebel semakin tersenyum lebar dan menjatuhkan dirinya ke atas ranjang. "Hehe, betul, Kak, betul sekali. Sekarang aku merasa lebih lega."

Mikael melamun, menatap keluar jendela sambil bersandar dengan kedua tangan di sana. Jezebel, yang kini berbaring santai, ikut melamun sambil menatap langit-langit kamar.

Sambil berbaring, Jezebel memikirkan cara berkomunikasi jarak jauh jika terjadi sesuatu. Ia mulai menggunakan berbagai gestur, membayangkan bagaimana mereka mengirim pesan jarak jauh dengan menggeser dua jari, hingga akhirnya mencoba cara komunikasi telepati.

Ketika membayangkan dan meniatkannya, Jezebel merasakan suara samar di pikirannya. Ia mencoba mengendalikannya dengan jarinya. Pertama, ia menekan keningnya, dan suara itu semakin keras. Ia menggeser jarinya ke pelipis kanan, suara menjadi lebih jelas. Sampai akhirnya, jarinya mencapai bagian bawah daun telinga, dan keheningan muncul.

Di tengah keheningan itu, ia merasakan seutas benang imajiner yang tersambung ke kepala Mikael. Seakan memiliki tangan lain dari dalam kesadarannya, ia memegang benang tersebut.

"Halo, Kak, apakah kamu mendengarku?" ucap Jezebel dalam pikirannya.

Mikael terkejut dan menoleh. "Tadi... apakah kamu mengatakan sesuatu?"

Jezebel tersenyum bangga. "Hehe, itu telepati. Coba saja."

Jezebel menjelaskan caranya, dan mereka berdua berhasil berkomunikasi melalui telepati.

Tak lama setelah itu, Mikael menemukan cara berkomunikasi dengan para NPC, yaitu dengan menekan daun telinga kirinya.

Jezebel mencoba metode yang sama pada telinga satunya. "Ada banyak sekali benang," katanya sambil memilih salah satu benang yang bertuliskan nama Morgana.

"Halo..." Jezebel mencoba.

"Halo, Master, apakah Anda membutuhkan sesuatu?" balas suara seorang NPC wanita melalui telepatinya.

Jezebel terkejut, lalu menatap Mikael. "Sepertinya... para NPC bisa langsung menggunakan ini."

Mikael menatap Jezebel serius. "Hmmm, tampaknya para NPC memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik. Atau jangan-jangan, mereka sudah menemukan ini lebih dulu daripada kita."

"Ya, sepertinya begitu," jawab Jezebel sambil bangkit berdiri. "Mungkin aku harus memeriksanya langsung. Jika mereka lebih tahu, tidak ada salahnya bertanya. Selain itu, karena dunia ini masih asing bagi kita, aku harus mempersiapkan sesuatu di sana."

Mikael mendekat, memegang kedua bahu Jezebel. "Kalau begitu, cepatlah kembali. Karena sesungguhnya, kita tidak benar-benar mengenal mereka di dunia ini. Selama ini, kita hanya tahu mereka sebagai NPC. Aku khawatir kamu akan kenapa-kenapa."

Jezebel tersenyum kecil, menatap kakaknya dengan penuh rasa syukur. "Iya, Kak, aku akan cepat kembali."

Keduanya saling menempelkan kening sebelum akhirnya berpisah. Jezebel keluar dari kamar, meninggalkan Mikael sendirian di dalam.

***.

Bersambung…

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!