Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Sesuai yang di janjikan oleh Teguh sebelumnya, hari weekend ini dia menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya. Meskipun cuti sekolah lumayan panjang tapi ia hanya bisa mengajak anaknya di hari Sabtu atau Minggu saja. Ia mengajak mereka semua bermain di Playground yang ada di salah satu mall ibukota. Anak anaknya terlihat senang begitu pun dengan Alvaro kecil yang sudah menginjak 6 bulan. Teguh menemani Aqilla bermain perosotan sementara Miranti menemani kedua anak lelakinya bermain pasir kinetik di area sand art. Saat bersama Teguh, Miranti tidak pernah protes dan melarang Aqilla untuk ikut karena pasti suaminya itu akan marah. Akan tetapi tetap saja ia akan bermain dengan anak lelakinya saja.
Setelah puas bermain mereka pun makan aneka olahan masakan khas jepang yang berada di dalam mall juga dan terakhir di lanjutkan dengan membeli aneka mainan. Aqilla memilih boneka beruang yang berukuran sedang dan juga Lego.
"Sudah puas kan main sama belanjanya, Aqilla seneng gak?"tanya sang papa.
"Aqilla seneng banget pah,makasih yaa pah udah ajak jalan-jalan sekarang waktunya kita pulang"ujar Aqilla dengan wajah berbinar.
Sepanjang perjalanan Aqilla tak berhenti tersenyum,ia merasa sangat senang sekali hari ini. Ia bisa merasakan suasana keluarga yang diimpikan nya,persis seperti cerita teman temannya saat berlibur dengan keluarganya. Dengan memeluk boneka beruang yang baru dibelinya tadi,Aqila pun tertidur dengan pulas di bangku belakang begitu pun dengan Adnan. Keduanya tampak sangat kelelahan.
Masih dalam suasana cuti sekolah, sore ini Aqilla sedang bermain di teras bersama semua bonekanya. Saat tengah bermain Miranti memanggilnya dengan nada tinggi dari dalam rumah. Aqilla dengan terburu menghampiri nya dan meninggalkan bonekanya begitu saja.
"Saya ma... Aku tadi lagi main di depan. Kenapa mama manggil"
"Pake tanya lagi, main terus aja yaa kerjaan kamu bukannya belajar. Beresin mainan kamu sekarang dan masuk kamar. Cepat belajar sana biar jadi orang pinter dan gak muat malu kamu"
"Tapi kan ma, aku lagi cuti sekolah gak ada tugas juga. Gak papa yaa ma aku main bentar aja"
" Gak bisa,kamu pikir main bisa buat kamu pinter. Pokoknya mama gak mau tau, mama kasih kamu jatah 3 jam sehari untuk main sisanya belajar. Atau kamu mau mama hukum lagi" ucapnya tegas sambil melotot ke arah Aqilla.
"Iyaa ma aku belajar, tapi jangan hukum aku. Aku bakal beresin mainannya" dengan terburu Aqilla lantas berbalik lagi ke teras untuk mengambil semua bonekanya.
Namun saat ia kembali ternyata boneka beruang kesayangan tidak ada. Dia mencari di halaman rumah dan tak kunjungi menemukan nya. Hingga akhirnya ia melihat bonekanya berada di seberang jalan. Saat hendak menyebrang bersamaan dengan Teguh yang baru saja pulang dari pabrik mebelnya. Ia lantas menepikan mobilnya dan menghampiri Aqilla.
"Aqilla, mau kemana kamu nak? Jangan nyebrang sembarangan banyak kendaraan lewat kalau kamu ketabrak gimana nanti"ujarnya sedikit panik.
"Papah tadi aku lagi cari boneka aku tapi gak ada rupanya dia ada di seberang jalan sana pah. Gak tau siapa yang tarok padahal tadi aku tinggal di teras" jelasnya.
"Ya udah kamu diem disini aja biar papa yang ambil yaa. Lain kali jangan Sampek kamu keluar dari halaman rumah bahaya sayang."
Aqilla pun menunggu di depan gerbang sementara sang papa yang akan mengambil boneka nya di seberang jalan yang lumayan lebar. Tanpa mereka sadari Adnan dan Miranti tengah memperhatikan di balik jendela dengan wajah kesal. Saat sudah di tengah jalan tiba-tiba saja sebuah motor melaju dengan sangat kencang dan tak terkendali sehingga menabrak tubuh Teguh yang tak sempat mengelak. Ia pun langsung terkapar dengan darah yang mengucur deras di bagian kepala.
"Akh....papa...."teriak Aqilla dengan sangat histeris melihat sang papa berlumuran darah di depan mata kepalanya sendiri. Ia langsung berlari menghampiri Teguh yang sedang sekarat. Sementara Adnan dan Miranti yang sedari tadi menyaksikan pun berlari panik.
"Tolong....tolongin papa qilla. Papa harus kuat papa jangan tinggalin qilla. Qilla gak mau sendirian pa... siapapun tolong papa qilaa huhuhu..."Isak tangis gadis kecil itu sangat memilukan sementara sang ayah sudah terbaring dengan mata yang tertutup. Tak ada satupun warga yang berani mengambil tindakan,hanya menelpon ambulans yang sebentar lagi akan datang.
" Yaa tuhan papa... Kenapa papa bisa seperti ini. Pasti ini gara gara kamu kan Aqilla. Kamu yang udah buat papa jadi celaka dasar anak tak berguna"Miranti langsung menarik lengan Aqila kasar dan mencubit tangan nya. Tanpa perduli jika sekarang ini dia sedang di saksikan oleh warga yang semakin ramai.
"Ampun maa...aku minta maaf. Ini bukan salah qilla,papa cuma mau ambil boneka qilla tapi papa malah di tabrak sama orang.. qilla gak salah ma" tangisannya pun semakin kuat.
"Yaa itu salah kamu juga awas aja kalau terjadi sesuatu sama suamiku,gak akan aku maafin kamu qilla"
"Sudah buk,jangan seperti itu kasihan juga anaknya. Sebaiknya kita segera bawa pak Teguh ke rumah sakit karena ambulance sudah dekat."ujar salah satu tetangga menenangkan.
Sesampainya di rumah sakit,Teguh segera di larikan ke IGD guna mendapatkan pertolongan segera. Namun, setelah 30 menit berlalu dokter pun keluar dengan wajah lesu. Tuhan berkehendak lain, Teguh sudah meninggal karena kehabisan banyak darah. Tangis Miranti, Adnan dan juga Aqilla pecah saat itu juga. Hingga Miranti pun pingsan karena syok.
"Ini semua gara-gara kamu,kamu pembunuh qilla. Kalau aja kamu gak suruh papa buat ambil boneka busuk kamu itu papa pasti masih ada. Kamu pembunuh kamu bukan adik aku,aku benci sama kamu."teriak Adnan di sela tangis nya.
"Aku bukan pembunuh bang,aku gak ada niat bikin papa kayak gini. Maafin aku...papa kenapa tinggalin qilla. Papa udah gak sayang sama qilla. Qilla sama siapa nanti pa.. gak ada lagi yang sayang qilla. Qilla takut sama mama pa...huhuhu.." Aqilla meringkuk di lantai menekuk kedua lututnya dan membenamkan wajahnya. Ia menangis sesenggukan hingga matanya sembab.
Jenazah Teguh langsung di bawa pulang untuk di kebumikan,sementara Miranti yang sudah sadar terus menangis meratapi kepergian sang suami. Padahal,ia yang sudah merencanakan untuk mencelakakan Aqilla. Tetapi malah Teguh yang menjadi korban. Dia terus menyalahkan Aqilla karena yang seharusnya dialah yang meninggal bukan suaminya.
penulis nya siapa
editor nya siapa
jumlah halaman nya berapa
tokoh utama nya apa
tempat tinggal nya dimana
memiliki keinginan apa
menghadapi kendala apa.