Sabar bukan berarti lemah,bertahan bukan berarti bodoh.Itulah ungkapan Arumi menjalankan rumah tangganya.
Sejak menikah, Arumi harus banting tulang cari nafkah untuk suami, anak dan juga mertuanya.Tapi apa yang di dapatkan Arumi, hanya perlakuan kasar dari suaminya
Setelah mendapatkan kekerasan rumah tangga.
Apakah Arumi masih akan mempertahankan rumah tangganya?
Jika ingin tahu kelanjutan ceritanya ikutin terus ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selviana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Akhir dari kesabaran.
Melihat Arumi di gendong oleh Angga membuat Jessi mendengus kesal di samping Elsa.Sebagai karyawan yang menaruh hati pada bosnya tentu saja Jessi cemburu.Entah kelebihan apa yang dimiliki wanita itu sampai bosnya begitu peduli dan perhatian pada Arumi.
Tetapi Jessi tidak tinggal diam begitu saja, wanita itu justru mengambil kesempatan dengan memotret mareka berdua lalu di kirim pada Gerry yang merupakan tetangganya.
Sementara Angga membawa Arumi ke ruangan pribadi miliknya dengan membaringkan tubuh Arumi di sofa.
"Arumi, sadarlah!" Angga menepuk wajah Arumi dengan lembut.
Tak lama, Arumi sadar dengan membulatkan kedua matanya dengan sempurna.Dia begitu terkejut melihat Angga begitu dekat dengan wajahnya.
"Apa yang telah Pak Angga lakukan padaku?"tanya Arumi yang menganggap bosnya itu sudah melakukan hal mesum padanya.
"Kenapa sih kamu selalu berpikiran negatif thinking sama aku,Rum? Padahal, aku ini hanya menolong kamu yang lagi pingsan di dalam toilet," jelas Angga supaya Arumi tidak salah paham.
"Pak Angga, tidak berbohong,'kan? Seperti halnya tadi pagi," ragu Arumi.
"Eh ..kamu ini ya, jangan cuma satu kebohongan yang aku lakukan, menganggap ini juga suatu kebohongan.Mending sekarang kamu istirahat! Wajah kamu itu terlihat pucat."
Tetapi Arumi merasa tidak nyaman di ruangan itu,apalagi mereka bukan muhrim.Di tampah lagi berbagai cibiran yang sudah di dapatkan dari karyawan lainnya.
"Aku sangat berterima kasih karena Pak Angga sudah menolongku.Tapi, aku harus keluar dari sini! Aku tidak ingin karyawan lainnya berburuk sangka terhadap aku lagi."Arumi memaksakan diri bangkit dari sofa.
Sebenarnya tadi pagi, wanita itu belum sempat makan membuat tubuhnya jadi lemas tak bertenaga.Karena sudah tak sanggup lagi menahan bobot tubuhnya hingga akan tumbang.Namun, Angga segera menahan tubuh Arumi hingga mereka saling bertatapan mata begitu lekat.
"Ehemm..."
Terdengar suara deheman membuat Arumi menjauh dari Angga.Tetapi pria itu menatap tajam ke arah Jessi yang main nyolong masuk saja di ruangannya.
"Bisa tidak kalau masuk,ketuk pintu!" omel Angga terhadap jessi.
"Maaf,Pak Angga! Aku datang ke kesini ingin memberikan makanan ini!" Jessi menyodorkan makanan itu ke arah Angga.
" Letakkan saja makanan itu di sana!" titah Angga.
Kemudian Jessi meletakkan makanan itu di atas meja kerja Angga.
" Sudah,Pak."
" Ya sudah kamu boleh pergi!"
" Tapi,Pak Angga.Aru---"
" Apa lagi ? Cepat keluar! " usir Angga.
' Ck,Pak Angga ini benar pilih kasih.Arumi saja dibiarkan di ruangan pribadinya sementara aku diusir," batin Jessi mendengus kesal.
Setelah kepergian Jessi.Angga mengambil makanan tersebut lalu di berikan pada Arumi.
" Ini makanan untukmu! Di makan!"
"Aku tidak lapar,"tolak Arumi.
Ketika perut Arumi berbunyi hingga wanita itu ketahuan berbohong oleh Angga.Hal itu membuat Angga tertawa.
"Tuh... cacing aja di perut kamu minta makan.Ayo di makan!Atau mau aku suapin!"ucap Angga.
" Tidak perlu! Aku bisa makan sendiri," tolak Arumi dengan rasa malu karena ketahuan bohongnya hingga mengambil makanan tersebut lalu dimakan.
Sementara Angga menatap Arumi yang nampak begitu kelaparan.Entah kenapa jantung dia berdetak begitu kencang saat wanita itu ada di sampingnya.
'Apa benar ya aku menyukai Arumi? Tidak! Sadar Angga, Arumi itu punya suami," batin Angga pada dirinya sendiri.
Setelah selesai makan, Arumi merasa lebih mendingan hingga pamit keluar dari ruangan pribadi Angga karena ingin melanjutkan pekerjaan.Hal itu, di setujui oleh Angga sebab ada meeting dengan klien.
Tak lama, mereka berkumpul di ruang meeting.Sementara Arumi di minta menjelaskan setiap rincian produk yang akan dikelola oleh perusahaan.Di saat wanita itu melakukan presentasi,Angga kembali menatap Arumi.
" Awas! Jaga mata,jaga hati'' ucap Al yang duduk di samping Angga.Pria itu selalu memperingatkan pada bosnya untuk tidak selalu menatap istri orang.
"Bisa diam tidak!"
"Iyah deh Bos..aku diam."
Tak lama,meeting berjalan dengan lancar tanpa gangguan.Arumi mendapatkan tepuk tangan karena presentasinya luar biasa.
++++++++
Sementara Gerry yang mendapatkan notif kiriman foto melalui WhatsApp hingga melihat foto tersebut yang ternyata itu istrinya sedang di gedong oleh pria lain.Melihat hal itu,Gerry sangat marah hingga pergi meninggalkan pangkalan tukang ojek lalu pulang ke rumah.
Bruuk...
Tidak bisa mengendalikan amarah, Gerry sampai membanting TV yang ada di rumah.
Sarita yang sudah tiba di rumah bersama Aqilah ,melihat TV di hancurkan oleh Gerry.Sementara Aqilah bersembunyi di belakang Sarita karena takut melihat ayahnya yang sedang marah.
"Apa-apaan ini, Ger?" Kamu merusak TV kesayangan Ibu. Kamu simpan di mana otak kamu, hah...?" bentak Sarita dengan tatapan tajam.
Sementara pria itu tidak membiarkan ibunya terus mengomel dengan memarahi dirinya seperti anak kecil hingga menceritakan apa sebenarnya terjadi.Setelah mendengarkan, Sarita langsung terdiam karena memaklumi kemarahan Gerry saat ini karena melihat foto menantunya sedang di gendong oleh pria lain dan itu sangat keterlaluan.Ternyata kelakuan menantunya di rumah dan di luar sangatlah berbeda.Di rumah begitu kalem dan di luar sana begitu ganjen dengan pria lain.
" Aqilah,cepat masuk ke kamar!" titah Sarita.
Karena terlalu kecil bisa memahami hal itu hingga Aqilah menuruti perkataan Sarita untuk pergi ke kamar.
+++++++
"Assalamualaikum,aku pulang." Arumi mengucapkan salam saat memasuki rumah.
Tetapi Gerry bersama ibunya tidak menjawab salam tersebut.Justru kedatangan menantunya, wanita itu langsung melayangkan tangan ke wajah Arumi.
Plakk!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Arumi yang dilakukan oleh ibu mertuanya."Dasar menantu tidak tahu diri! Seharusnya kamu bersyukur putraku mau menikahi dirimu.Tapi kamu justru membalas dengan pengkhianatan," tuduh Sarita pada menantunya dengan tatapan tajam.
Sementara Arumi menahan air matanya untuk tidak menangis.Wanita itu hanya menyentuh pipinya yang terasa sakit dan perih lalu di tatap ibu mertuanya dengan tatapan sendu.
"Aku tidak pernah mengkhianati mas Gerry,Bu?" sanggah Arumi.
Gerry yang begitu emosi segera mendekati istrinya."Oh...sekarang kamu sudah pintar berbohong ya?! Lalu foto ini apa, hah..?"bentak Gerry dengan menunjukkan foto yang di kirim Jessi, tepat di wajah Arumi.
"Foto itu benar aku,Mas.Tapi----"
Plakk...
Arumi belum selesai menjelaskan, Gerry langsung menamparnya. Aqilah yang berdiri di balik pintu kamarnya melihat bundanya di sakiti hingga anak kecil itu mendekat.
" Hikss...hiks... jangan akiti ,Bunda!" Aqilah menangis dengan memeluk kaki ayahnya lalu anak kecil itu mengambil kesempatan menggigit kaki Gerry.
"Aw....dasar anak sialan, rasakan ini!" Gerry melayangkan tangan ke wajah Aqilah, tapi Arumi segera menangkis tangan suaminya.
"Sudah cukup ya ,Mas! Aku bersabar bukan berarti aku lemah selama ini.Aku hanya memberikan kamu waktu untuk berubah.Tapi, nyata kamu semakin menjadi seperti pria monster yang tidak punya hati nurani.Aku tidak akan tinggal diam jika kamu berani menyakiti putriku.Aku sudah memutuskan, aku mau kita cerai!" tegas Arumi untuk berpisah dengan Gerry.
Gerry terkejut dengan apa yang di katakan Arumi.Entah keberanian dari mana istrinya mengatakan hal seperti itu padanya.
sebenarnya Gerry yg tlg mencuri wang ibunya...🤣🤣🤣