NovelToon NovelToon
Indigo X Zombie Apocalypse

Indigo X Zombie Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Zombie / Hari Kiamat / Hantu / Roh Supernatural / Penyelamat
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

Kisah tentang tiga anak indigo yang berjuang demi hidup mereka di dalam kiamat zombie yang tiba tiba melanda dunia. Mereka mengandalkan kemampuan indigo mereka dan para hantu yang melindungi mereka selama mereka bertahan di tempat mereka, sebuah rumah angker di tengah kota.

Tapi pada akhirnya mereka harus meninggalkan rumah angker mereka bersama para hantu yang ikut bersama mereka. Mereka berpetualang di dunia baru yang sudah berubah total dan menghadapi berbagai musuh, mulai dari arwah arwah penasaran gentayangan, zombie zombie yang siap menyantap mereka dan terakhir para penyintas jahat yang mereka temui.

Genre : horror, komedi, drama, survival, fiksi, misteri, petualangan.

Mohon tinggalkan jejak jika berkenan dan kalau suka mohon beri like, terima kasih sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 5

“Ugh,” Reno yang ketiduran membuka matanya, “huh,” dia melihat suasana di dalam rumah seperti berkabut, dia menoleh ke tirai dan melihat sinar matahari masuk dari sela sela tirai.

“Loh sudah pagi....tapi ini asep apa ?” tanya Reno dalam hati.

“Wi...Wi....bangun Wi.....Wi ?”

Reno menoleh, dia melihat Dewi sudah tidak ada di sebelahnya, yang ada hanyalah Felis yang masih tidur, tiba tiba pundak Reno di sentuh seseorang, Reno menoleh dan melihat Felis sedang berdiri di sebelahnya. Dia langsung menoleh melihat ke arah Felis yang sedang tertidur dan melihat kembali Felis yang berada di luar tubuhnya.

“Ada apa Felis ?” tanya Reno.

Felis kembali menarik tangan Reno dan memintanya berdiri, Reno berdiri dan berbalik, dia langsung kaget karena melihat pintu dapur hancur terbuka, Felis berlari ke arah pintu dan menunjuk keluar sambil menoleh dengan wajah cemas melihat Reno. Tentu saja Reno langsung berlari mendekati Felis dan melihat keluar. Reno langsung kaget setengah mati karena melihat omnya yang bernama om Didi sedang menikmati menyantap tubuh Dewi yang terbaring kaku dengan wajah terlihat sangat ketakutan dan sudah tidak bergerak. Reno langsung menutup mulutnya, dia mundur perlahan dan berjalan kembali menuju tubuh Felis, namun ketika dia ingin meraih tubuh Felis tiba tiba Felis menarik tangannya, Reno menoleh dan melihat Felis menunjuk dirinya sendiri yang terbaring di sofa.

Reno menoleh, ternyata leher Felis yang terbaring di sofa sudah terkoyak dan sudah meninggal dunia.

“Ke..kenapa jadi begini...gue ketiduran semalam,” ujar Reno dalam hati sambil menutup wajahnya.

“Graaah,” terdengar suara erangan di pintu belakang, Reno menoleh dan melihat om Didi yang sudah menjadi zombie melangkah masuk dan sedang melihat ke arah dirinya, tangan Reno kembali di tarik oleh Felis yang menunjuk ke arah pagar di depan rumahnya, langsung saja Reno mundur dan berbalik berlari membuka pintu keluar menuju teras, Reno langsung memegang pagarnya, kakinya menendang dinding supaya dia mendapat tenaga lebih untuk membuka pagar, “greek,” pagar terbuka sedikit, Reno memaksakan diri masuk ke celah pagar yang terbuka karena om Didi sudah menyusulnya keluar dari rumah dan sudah di teras.

“Ayo...ayo....cepeeeet dikiiit lagiiiiii,”

Akhirnya Reno berhasil keluar, “klang,” “graaaah,” tangan om Didi keluar dari celah pagar berniat menangkap Reno, “wuaaaah,” Reno langsung terjatuh dan terduduk, “byek,” tangannya memegang sesuatu di tanah, dia menoleh dan dia baru menyadari kalau dia duduk di tubuh zombie yang sudah terpotong potong dan jalanan penuh dengan genangan darah kental yang sudah sebagian mengering. “Waaaaaa,” Reno langsung melompat berdiri, Felis menarik tangan Reno dan mengajak Reno berlari ke arah yang dia tunjuk, yaitu arah keluar gang menuju jalan raya. Tanpa pikir panjang, Reno berlari menuju ke arah yang di tunjuk Felis bersama Felis yang menggandengnya.

“Aduuuh...temen gue mati....gue sendirian dong sekarang, ga di rumah lagi...gimana ini, kemana sih papa, mama dan nenek ? apa jangan jangan beneran udah ke isekai lagi, jangan dulu dong,” ujar Reno dalam hati sambil berlari.

Akhirnya mereka sampai di ujung gang, pemandangan di depan Reno sangat mengerikan, banyak sekali tubuh bergeletakan di jalanan dan warna merah menghiasi hampir semua dinding juga jalanan.

“Ini...gila, gue harus kemana nih ?” tanya Reno dalam hati.

“Bangun Ren...oi Ren,”

Reno menoleh melihat Felis di sebelahnya yang juga sedang melihat dirinya, tiba tiba mulutnya terbuka, “Ren...bangun Ren...udah pagi,” terdengar suara Dewi keluar dari mulut Felis. “Hah, maksudnya apa lagi nih,” ujar Reno dalam hati sambil melihat Felis dan jongkok di depannya. “Mau bangun ga lo,” ujar Felis, tiba tiba mulut Felis terbuka sangat lebar dan menelan dirinya.

*****

“Whoaaaaaah,”

Reno terbangun dan langsung terduduk di lantai, dia melihat Dewi sedang membungkuk di depannya dan sepertinya dia baru menarik tangannya, Reno menoleh dan melihat Felis masih tertidur di sofa yang ada di sampingnya.

“Wi....lo masih hidup,”

Reno berdiri dan langsung memeluk Dewi di depannya, wajah Dewi langsung memerah dan terlihat sangat kaget,

“Oi..apa apaan lo, lepas ga....lepas oi,” ujar Dewi mendorong Reno.

“Gue seneng lo masih idup, gue seneng,” balas Reno yang semakin erat memeluk Dewi.

“Plak,” terdengar suara nyaring karena telapak Dewi mendarat telak di pipi Reno, langsung saja pelukan Reno terlepas dan dia jatuh terduduk sambil memegang pipinya.

“Adaaaaw...kenapa lo tabok gue lagi,” ujar Reno.

“Dah sadar lom lo, barusan lo mimpi,” balas Dewi sambil memeluk dirinya sendiri dan menatap Reno dengan marah.

“Oh...mimpi ya...gila kok nyata banget ?” tanya Reno.

“Itu kerjaan Felis,” jawab Dewi sambil memalingkan wajahnya dari tatapan Reno.

“Oh...gitu...eh sebentar, Felis ?” tanya Reno.

“Iya, sekarang gue tanya, lo mimpinya apa ?” tanya Dewi.

“Gue mimpi ngeliat om gue lagi makan lo, trus Felis nyuruh gue kabur ke luar gang....trus tiba tiba Felis nelen gue dan gue bangun,” jawab Reno.

“Nah, sama, bedanya kalau di mimpi gue, lo yang di makan om lo,” balas Dewi.

“Begitu, pantes bokap, nyokap dan nenek gue ga ada,” balas Reno.

“Yap, kakek gue juga ga ada,” balas Dewi.

Reno berdiri, dia mengintip ke ruang makan, ternyata papa, mama, nenek dan kakek Dewi masih duduk tenang di meja makan dengan tatapan lurus ke depan dan wajah tanpa ekspresi. Reno kembali dan duduk di sofa tepat di sebelah Felis, kemudian dia mengelus kepala Felis.

“Apa artinya mimpi kita ?” tanya Reno.

“Kalau dari yang gue liat, kayaknya om lo bakal jadi zombie dan mengancam keselamatan kita bertiga,” jawab Dewi.

“Hmm...bener juga, ok, lo tunggu sini, gue coba samperin dia di rumah depan,” ujar Reno.

Namun ketika Reno ingin berjalan menuju pintu belakang untuk keluar, Dewi menarik tangan Reno dari belakang,

“Lo gila ya, di mimpi gue yang di makan itu elo,” ujar Dewi.

“Lah di mimpi gue yang di makan elo,” balas Reno.

“Braaak,” terdengar suara pintu hancur di kejauhan, Reno dan Dewi langsung saling melihat satu sama lain, keduanya langsung berlari ke dapur untuk mengintip lewat jendela. “Grooo,” terlihat om Didi yang berkepala botak sedang berjalan dengan perlahan mendekati pintu pembatas.

“Dia kesini Ren...dia kesini Ren...gimana nih,” ujar Desi panik sambil menggoyangkan pundak Reno di sebelahnya.

Reno menoleh melihat sekeliling, dia melihat pintu, kemudian dia berbalik dan melihat meja makan yang terbuat dari kayu jati dan besar,

“Bantu gue,” ujar Reno bergegas ke meja makan.

Dewi langsung melesat mengikuti Reno, keduanya berdiri di sisi meja makan dan melihat empat hantu yang mengikuti mereka masih duduk tenang dan diam tidak bergerak.

“Pa, ma, nek, kek, maaf ya, darurat, angkat Wi,” ujar Reno mengangkat sisi meja di paling ujung. “prang,” “klang,” piring dan alat makan yang sudah tahunan berada di atas meja, berjatuhan ke lantai dan pecah.

“Maaf ya semua,” tambah Dewi yang juga mengangkat mejanya.

Keduanya langsung menggotong meja ke pintu dan membaliknya, kemudian mereka mengganjal pintu menggunakan daun mejanya,

“Kurang nih, cari lagi yang lain, cepet,” ujar Reno.

“I..iya,”

Dewi berlari masuk ke dalam, “brak,” “groooo,” terdengar om Didi sudah masuk ke pintu pembatas dan semakin mendekati tempat mereka berada.

“Wi...cepet,” ujar Reno.

“Iya apa lagi dong,” balas Dewi panik.

“Sofa...sofa, cepet, gue tahan meja ini,” ujar Reno.

Dewi menggendong Felis dan mendudukkannya di kursi, kemudian dia menarik sofanya dengan susah payah, Reno mengganjal mejanya dengan kaki dan mejulurkan tubuhnya untuk mengintip keluar jendela, dia melihat om Didi sudah sangat dekat dan hampir keluar ke ruang kosong, dia menoleh melihat Dewi yang masih kesusahan menarik sofa, “ck,” Reno berdecak, dia langsung melepas mejanya dan membantu Dewi menarik sofa, kemudian dia mendirikan meja nya kembali dan mengganjal bagian bawahnya menggunakan sofa. “brak,” pintu yang di ganjal di gebrak seseorang, Reno dan Dewi menahan sofa yang mengganjal meja supaya tidak bergeser.

“Groooooo,” terdengar suara om Didi mengerang tepat di balik pintu, “duaak,” pintu sekali lagi di pukul oleh om Didi dengan kencang, “graaah,” dia meraung, sepertinya dia mengetahui ada manusia di balik pintu yang menghalanginya. “Duaaak...buaaak,” tubuh Reno dan Dewi yang menahan sofa terguncang guncang namun mereka tetap menahan sofanya supaya tidak bergeser.

“Tahan Wi,” ujar Reno.

“Iya...lo juga,” balas Dewi.

“Sriing,” tiba tiba keduanya merinding mendadak, keduanya menoleh ke arah kursi kursi ruang makan, ternyata empat hantu yang duduk diam tidak bergerak sedang menoleh melihat mereka dengan wajah tanpa ekspresi.

“Ah elah, bantuin napa, jangan ngeliatin doang,” ujar Reno.

“Diem sih, konsen,” balas Dewi.

Reno melirik kembali ke kursi kursi tempat para hantu itu duduk, matanya langsung membulat karena para hantu itu sudah menghilang. Dia menoleh lagi ke sofa, ternyata para hantu itu berjalan menembus sofa, meja dan keluar dari pintu. “Graaaaaaah,” “crak...crek...krak...krek,” terdengar suara yang sangat mengganggu pikiran di balik pintu. Reno dan Dewi saling menoleh melihat satu sama lain dengan bingung. Beberapa saat kemudian, tekanan yang mendorong mereka berhenti dan suasana menjadi hening.

“Loh...udah ?” tanya Reno.

“Cek gih, gue bantu doa,” jawab Dewi.

“Gimana kalo lo aja yang cek, gue yang bantu doa,” balas Reno.

“Barengan aja gimana ?” tanya Dewi.

“Ok barengan,” jawab Reno.

Dengan perlahan, mereka melepaskan pegangan tangan mereka dari sofa, Reno menggeser sofanya, kemudian keduanya menggeser meja yang besar dan berat itu. Keduanya berdiri di depan pintu dan saling menoleh melihat satu sama lain. “Satu....tiga...buka...barengan,” ujar Reno. “Klek,” tangan keduanya menekan pegangan pintu ke bawah, mereka membuka pintunya dengan perlahan dan mengintip, setelah melihat keadaan di luar, Reno langsung membuka pintunya lebar lebar, di depan Reno dan Dewi, hantu ayah Reno, ibu Reno, nenek Reno dan kakek Dewi sedang berdiri melihat ke pintu dan tersenyum melihat keduanya, Reno melihat ke bawah,

“Astaga,” ujar Reno sambil menutup mulutnya.

Dewi langsung memeluk lengan Reno dan membenamkan wajahnya ke pundak Reno karena tidak berani melihat pemandangan di depannya. Di bawah kaki ke empat hantu itu, tubuh om Didi sudah terpecah pecah, kedua lengan dan kakinya terlepas kemudian kepalanya berdiri di perutnya yang sedikit gemuk. Darah menggenangi lantai bagai genangan air, namun kepala om Didi, mulut dan matanya masih bergerak gerak tapi tidak mengeluarkan suara apa apa.

“Gilaaaaaa,” ujar Reno.

“Masuk Ren...masuk,” balas Dewi.

Keduanya langsung berlari masuk ke dalam dan menutup kembali pintunya, mereka langsung berlari ke wastafel tempat cuci piring dan langsung “oeeeeek,” keduanya mengeluarkan isi perut mereka bersamaan. Setelah membersihkan mulut mereka, mereka berjalan kembali ke ruang tengah, Reno dan Dewi menoleh, para hantu itu sudah kembali duduk di kursinya dengan wajah tanpa ekspresi walau mejanya sekarang tidak ada karena berada di sebelah pintu. Reno dan Dewi yang lemas langsung duduk di lantai tepat di kanan dan kiri kursi tempat Felis tertidur. “Haaaah, cape,” keduanya melepas tegang dan menarik nafas lega.

1
Yulitasari Daniel
tetap sehat Thor agar bisa up terus
Fitri
jangan jangan pak yohan yang jahat
anggita
like👍☝iklan. moga novelnya lancar.
Mobs Jinsei: makasih kak dukungan nya /Pray/
total 1 replies
anggita
reno, dewi, podo" sama" 🤫
anggita
👋😡 pembukaan cerita marah nampar orang.
heyza. 617
bikin cerita kok setengah setengah buruan update
Mobs Jinsei: update tiap malam kak
total 1 replies
Aryanti endah
Luar biasa
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya kak /Pray/
total 1 replies
FJ
padahal aku dah berpikir, emang bisa dibuka?
Mobs Jinsei: Tembus kak
total 1 replies
adib
wah genre baru... makasih thoe
Mobs Jinsei: sama sama kak, semoga suka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!