**Sinopsis:**
Luna selalu mengagumi hubungan sempurna kakaknya, Elise, dengan suaminya, Damon. Namun, ketika Luna tanpa sengaja menemukan bahwa mereka tidur di kamar terpisah, dia tak bisa lagi mengabaikan firasat buruknya. Saat mencoba mengungkap rahasia di balik senyum palsu mereka, Damon memergoki Luna dan memintanya mendengar kisah yang tak pernah ia bayangkan. Rahasia kelam yang terungkap mengancam untuk menghancurkan segalanya, dan Luna kini terjebak dalam dilema: Haruskah dia membuka kebenaran yang akan merusak keluarga mereka, atau membiarkan rahasia ini terkubur selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alim farid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
elise menatap damon dengan tajam dari sofa. Suasana malam yang biasanya tenang berubah menjadi sedikit tegang setelah elise mengetahui kabar tak terduga. Dia baru saja mendengar dari seorang karyawan bahwa adik kesayangannya, Luna, magang di perusahaan suaminya. damon, yang sibuk dengan iPad di tangannya, tampak tak terpengaruh oleh pandangan istrinya.
"Adikku magang di kantormu, damon?" tanya elise, suaranya lembut namun penuh tanya. Dia memutar sedikit tubuhnya untuk lebih menatap damon, berharap mendapat penjelasan yang lebih dari sekadar respons singkat.
"Ya, baru mulai hari ini," jawab damon tanpa menatap elise, seolah percakapan ini bukanlah hal penting. Pandangannya masih terpaku pada layar iPad.
elise menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan gelombang kekhawatirannya. “Dengar, damon, aku minta kau menjaga adikku baik-baik. Dia sangat dimanja di rumah, dan aku tidak ingin dia diperlakukan tidak adil di kantor. Pastikan karyawanmu tidak mempersulitnya. Dia terlalu lembut untuk dihadapkan dengan masalah-masalah yang keras.”
damon mengangguk ringan tanpa mengalihkan perhatian dari iPad-nya, "Tenang saja, elise. Tanpa kau minta pun, aku sudah berencana menjaganya."
elise tersenyum sinis, merasa ada yang aneh dalam nada suaminya. "Kau menyukainya, bukan?" tanyanya tiba-tiba, matanya tak lepas dari ekspresi damon yang sedikit berubah.
damon akhirnya mengangkat wajahnya dari layar. “Dari mana kau tahu?” Dia terlihat sedikit terkejut, tapi mencoba menyembunyikannya.
elise tertawa kecil, “Aku menemukan fotonya di bawah bantalmu, damon. Kau benar-benar tak pandai menyembunyikan rahasia, ya?”
Mata damon mendadak menyipit. "Kau masuk ke kamar pribadiku?" suaranya terdengar dingin. “Sudah kubilang, jangan pernah masuk ke sana.”
"Aku hanya penasaran, damon. Seorang pria dingin sepertimu, aku pikir kau benar-benar tidak tertarik pada wanita. Tapi ternyata aku salah besar.” elise tersenyum licik, tapi di balik senyum itu ada kekhawatiran yang dalam. Bagaimana mungkin damon bisa begitu terobsesi dengan adiknya?
"Bagaimana kalau aku menghamilinya?" Pertanyaan damon meledak di udara, membuat elise menatapnya dengan ekspresi terkejut yang tak bisa dia sembunyikan.
“Kau gila? Luna masih kuliah, masa depannya masih panjang. Jangan sekali-kali berpikir untuk merusaknya!” seru elise, suaranya naik beberapa oktaf. Dia tidak percaya damon bisa berbicara seperti itu tentang adiknya yang polos.
"Tapi Luna begitu menggoda, elise. Aku tidak bisa menahannya. Dan kemarin, dia juga tampak menikmati perhatian yang kuberikan." Mata damon bersinar dengan kilatan hasrat yang menakutkan. elise terdiam, hatinya bergemuruh. Apa maksud damon dengan ‘perhatian’ itu?
“Kau sudah menyentuhnya?” tanyanya, suaranya bergetar. “Kau dan Luna, kalian sudah...?”
damon tersenyum tipis. “Belum sejauh itu, hanya sedikit bermain-main. Tapi aku tahu dia menikmatinya.”
elise merasa dunia di sekelilingnya runtuh. Dia tidak bisa membiarkan adiknya jatuh ke dalam perangkap ini. “Aku tidak akan membiarkan kau merusak hidupnya, damon. Kau bisa merusak siapa saja, tapi bukan Luna.”
damon terdiam sejenak, memikirkan kata-kata elise. Dia tahu bahwa hubungan ini berbahaya, tapi hasratnya pada Luna sudah melampaui logika. “Aku tidak akan menyakitinya, elise. Aku serius tentang ini.”
elise memandangnya dalam-dalam, mencoba mencari kepastian di mata dingin suaminya. “Kalau kau serius, buktikan. Rekam kata-katamu. Jika suatu hari nanti kau menyakitinya, kau harus menyerahkan semua yang kau miliki padanya.”
damon tertawa kecil, lalu mengangguk. “Baiklah, rekam ini. Jika aku menyakiti Luna, semua hartaku akan menjadi miliknya.”
elise terdiam, tak percaya damon benar-benar menyetujuinya. Hati kecilnya berharap, semoga kata-kata pria itu bukan sekadar janji kosong.