NovelToon NovelToon
Tergila-gila Padamu

Tergila-gila Padamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: dochi_19

Benarkah mereka saling tergila-tergila satu sama lain?

Safira Halim, gadis kaya raya yang selalu mendambakan kehidupan orang biasa. Ia sangat menggilai kekasihnya- Gavin. Pujaan hati semua orang. Dan ia selalu percaya pria itu juga sama sepertinya.

...

Cerita ini murni imajinasiku aja. Kalau ada kesamaan nama, tempat, atau cerita, aku minta maaf. Kalau isinya sangat tidak masuk akal, harap maklum. Nikmati aja ya temen-temen

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dochi_19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Orang baru bagi Safira

Maura berjalan dengan ragu menyusuri kelas 2-A di lantai 1. Banyak pasang mata yang menatap dirinya. Wajar saja karena dia bak orang rendahan yang masuk perkumpulan kaum elit. Kelas A memang terkenal dengan status muridnya yang berasal dari kalangan atas juga kemampuan akademisnya yang hebat. Meskipun dengan perasaan minder, ia harus tetap berjalan. Dan sampailah ia di kelas yang dituju. Pintunya terbuka maka ia pun menengok ke dalam.

Seorang perempuan berambut panjang menghampiri Maura lalu bertanya, "ada keperluan apa, ya?"

"I-itu aku mau cari Gavin."

"Oh, bentar, ya." Perempuan itu lantas menuju kursi pojok paling belakang. Dia berbicara dengan Gavin.

Gavin pun berjalan menghampiri Maura. "Ada apa?"

"Ini." Maura menyerahkan kertas yang dipegangnya. "Aku gak tahu nomor ponsel kamu jadi aku kasih hasilnya langsung. Kamu lihat aja dulu."

Gavin menerima kertas itu. "Iya, nanti aku baca."

"Wah, siapa nih pengunjung Gavin hari ini?" Tiba-tiba saja Aditya datang kemudian merangkul pundak Gavin.

"Ngapain kamu ikut ke sini?" Gavin bertanya seraya melepaskan rangkulan Aditya.

"Emang lo gak tahu di grup chat cewek-cewek satu sekolah sibuk taruhan 'siapa yang akan ditolak Gavin kali ini'?"

Maura tersentak mendengarnya.

"Aku gak peduli hal seperti itu."

Aditya mengangguk lalu fokus pada gadis yang menjadi topik. "Jadi siapa ini?"

"Dia Maura. Rekan untuk lomba." Gavin menjawab.

"Oh, Maura. 'rekan' lomba, ya." Aditya memandang Maura dengan teliti. "Kamu perempuan yang waktu itu 'kan?"

"E-eh, iya. Kalau begitu aku pamit dulu." Maura pun pergi dengan terburu-buru.

"Itu cewek kebiasaan banget, ya, main kabur aja."

"Siapa yang gak bakal kabur kalau dituding gitu."

"Dituding apaan?"

"Yang kalian semua gosipkan."

"Oh, emang dia beneran gak ngasih surat cinta?"

"Enggak. Dia cuma nganterin materi lomba."

"Akhirnya para cewek di sekolah ini mulai sadar kalau Gavin itu bukan milik mereka."

Gavin menggelengkan kepala lalu berjalan masuk ke dalam kelas. Tapi dia teringat sesuatu.

"Tolong cariin kontak Maura dong, tadi lupa tanya."

Aditya kaget. "Hah, yakin lo mau nge-save kontak cewek?"

"Iya, itu biar jadi urusan aku."

.

.

"Sayang, kamu mau tambah lagi sayurnya?"

"Tidak perlu, tante. Safira sudah cukup." Safira menolak tawaran Mamanya Gavin.

"Mama dengar hari ini pengumuman seleksi masuk sekolah dan kamu peringkat pertama. Selamat, ya, sayang, calon mantu Mama ini memang terbaik." Amanda— Mamanya Gavin memuji.

Sebenarnya Safira dan Gavin sudah tahu sebelum hasilnya diumumkan secara massal hari ini.

Safira tersenyum dan Gavin yang melihatnya berujar, "jangan terlalu memujinya! Nanti dia besar kepala."

"Dasar. Jangan-jangan Gavin gak pernah muji kamu sayang?"

Safira menggeleng disertai senyuman jahil. "Tidak pernah."

"Aduh, malu-maluin banget. Apa otak Gavin isinya cuma rumus sama kamus bahasa? Cara membuat pacar bahagia aja gak bisa."

"Tenang saja tante, kak Gavin ini yang paling romantis." Safira tersenyum memandang Gavin lalu menggenggam tangannya yang berada di atas meja.

Amanda yang melihatnya tersenyum semringah. "Ah, kamu bisa aja. Biar Mama yang bereskan di sini, kalian main di kamar aja, ya."

"Ayo!" Gavin menarik tangan Safira yang menggenggamnya tadi.

"Makasih tante makanannya enak," ucap Safira sebelum mengikuti langkah Gavin.

Mamanya tersenyum jahil melihat kepergian keduanya.

Mereka berdua menaiki tangga menuju kamar Gavin.

Safira memasuki kamar Gavin untuk pertama kalinya setelah pindah rumah tahun lalu. Dia dibuat melongo dengan desain serta warna yang mendominasinya. Hitam dan abu-abu. Tanpa ada sentuhan warna lain. Barang-barang pun tidak banyak. Ada ranjang yang berada di tengah dan meja belajar dekat jendela. Walk in closet di sisi kanan dan sebuah pintu yang ia yakini kamar mandi di sisi sebelahnya. Sungguh berbeda dengan kamarnya tahun lalu.

"Wow!" ujar Safira tercengang.

"Kenapa?"

"Kamu yakin? Jauh berbeda dengan tahun lalu."

"Ya, aku ingin suasana baru."

Safira tertawa. "Mana ada orang yang ingin suasana baru merubah kamar jadi suram. Kamu ini lucu sekali."

"Aneh, ya." Gavin menggaruk kepalanya.

"Tapi aku suka kok." Safira melihat sekeliling dan berjalan menuju meja belajar Gavin.

"Aku pikir orang jenius bukunya bakal segudang."

"Sudah dipindahkan ke tempat lain."

Safira mengangguk lalu matanya menangkap sesuatu. "Apa ini?"

Gavin melihat apa yang dipegang Safira lalu melotot. "Kenapa ada majalah kaya gitu di sini?"

"Lo, ini 'kan kamar kamu."

"Aku gak pernah beli gituan."

"Terus kenapa bisa ada di sini?"

"Ya, mana aku tahu."

Gavin hendak merebut majalah itu tapi Safira dengan jahil mempermainkannya. Safira melemparkan semua majalah dewasa itu ke ranjang lalu melangkah mendekati ranjang dan merebahkan dirinya. Ia berbaring terlentang.

"Apa yang kau lalukan?"

"Ssstt, aku sedang mencoba sesuatu."

"Mencoba apa?" Gavin mendekati Safira.

Tanpa diduga Safira menarik baju Gavin hingga lelaki itu jatuh menimpa dirinya. Wajah mereka begitu dekat, hidung mereka saling bersentuhan. Gavin hendak beranjak tapi ditahan oleh Safira. Mereka pun berpandangan.

Safira tersenyum. "Mencoba hal yang romantis."

Gavin melotot. Dia tidak menyangka Safira akan bertindak sejauh ini. Dan gadis di bawahnya kini sudah menutup mata. Melihat hal itu lelaki mana yang akan menolak. Bisa dikatakan Safira itu gadis manis pujaan semua orang, termasuk dirinya. Tapi ia tidak bisa melangkah lebih jauh dari ini. Tidak sekarang. Ia pun memanfaatkan kelengahan Safira untuk segera berdiri dan mengambil majalah itu.

"K-kita main di ruangan lain saja." Gavin kemudian pergi keluar.

Safira menatap langit-langit kamar dengan kecewa.

.

.

Maura baru saja pulang dari kerja sambilannya di restoran. Dia ingin beristirahat sejenak sebelum membersihkan diri. Dia pun duduk di ranjang lalu membuka ponsel dan mendapati pesan dari nomor tidak dikenal.

GavinP : Ini aku Gavin

Maura : Oh, iya. Ada apa Gavin?

GavinP : Kapan kamu punya waktu? Aku ingin latihan

Maura : Aku gak tahu

GavinP : Maksudnya?

Maura : Pagi sampai sore di sekolah, setelah itu aku harus kerja

GavinP : Jadi, malam bisa?

Maura : Iya, aku usahakan

GavinP : Oke, besok malam aku tunggu di depan

Maura : Hah? Depan mana?

GavinP : Depan tempat kamu kerja lah. Kirim saja alamatnya

Maura : Oh, iya

Setelahnya Gavin tidak lagi mengirim pesan. Maura menunggu sekitar lima menit dan masih tidak ada pesan dari Gavin. Dia ingin menanyakan naskah yang tadi pagi. Ia pun berinisiatif mengirim pesan duluan.

Maura : Gavin?

Tidak lama Gavin pun membalas.

GavinP : Ada apa?

Maura : Aku ingin menanyakan naskah yang tadi pagi. Sudah dibaca?

GavinP : Sudah

Maura : Gimana?

GavinP : Ada yang kurang. Aku sudah mengoreksinya

Maura : Oh, iya. Makasih. Aku masih penasaran kenapa Miss Jessy memilihku padahal kelas kalian lebih pintar

GavinP : Kenapa tidak tanya langsung?

Maura : Sudah. Katanya aku orang yang sempurna untuk ini

GavinP : Ya, tidak semua orang di kelas A seperti bayanganmu

Maura : Gavin makasih ya 😁

GavinP : Untuk apa?

Maura : Untuk waktu itu. Dan malam ini

GavinP : Malam ini?

Maura : Ya, kamu berbaik hati mengikuti jadwalku

GavinP : Oh, ya

Maura : Aku harap lomba ini berjalan lancar

GavinP : Ya

Maura : Aku juga berharap kita bisa berteman baik setelah ini

GavinP : Sekarang juga bisa

Maura : Beneran?

GavinP : Ya

Maura : Makasih Gavin 😁

GavinP : Ya, cukup makasihnya

Maura : Oke. Aku mau mandi dulu lalu istirahat

GavinP : Ya

Maura : Selamat malam, teman

GavinP : Ya, malam

Maura tersenyum memandang pesan terakhir Gavin. Meskipun sekarang terkesan masih dingin, tapi ia berharap ke depannya mereka akan lebih dekat.

.

.

Tokk Tokk

Gavin mengetuk pintu ruang kerja Papanya. Tidak lama terdengar seruan dari dalam. Gavin pun masuk. Papanya hanya menyalakan lampu kecil yang membuat ruangan redup. Papanya sedang merokok lalu membuang puntungnya pada asbak, kemudian mengambil sebuah map dari atas meja.

"Duduk Gavin!"

Gavin pun duduk di sofa panjang dekat Papanya. "Ada apa?"

"Ini berkas dari Om Ivan. Karna sebelumnya kamu sudah banyak menguasai ilmu bisnis, sekarang dia meminta kamu mempelajari dasar dari bisnisnya." Papanya memberi penjelasan yang lebih seperti amanat perintah dari atasan.

"Ya."

"Nampaknya Om Ivan sudah mulai percaya sama kamu. Tinggal sedikit lagi kamu akan masuk ke perusahaannya. Mungkin tahun depan. Papa tidak sabar." Papanya mengoceh dengan khayalannya sendiri sambil sesekali tertawa.

"Sudah?" tanya Gavin seraya mengambil map itu.

"Maksud kamu?"

"Apa hanya ini?"

"Hei, ingat ya posisi kita itu di mana! Keluarga kita hampir bangkrut, dan kamu harus berkorban sedikit saat ini. Setelah semua yang aku dan Mamamu berikan, sekarang giliran kamu membantu kami."

"Ya, aku tahu. Tadinya aku berpikir setelah lulus sekolah mungkin semuanya akan berakhir, ternyata masih harus berlanjut." Gavin tersenyum sinis. Gavin pun berdiri.

Papanya nampak tersinggung kemudian ikut berdiri. "Memang kenapa? Kamu keberatan kalau harus menjadi anak pintar? Semua ini memang sudah menjadi bebanmu sejak lahir, jadi jangan mengeluh. Toh, kamu juga mendapat fasilitas yang setimpal sejak dulu."

"Papa pikir fasilitas itu setara dengan semua bebanku selama ini? Enggak Pa!"

Papanya mencemooh. "Lalu apa yang kamu pikir setimpal, hah? Fasilitas yang aku berikan sudah melebihi semua teman kamu di sekolah."

"Aku ingin semua harta keluarga Halim hanya menjadi milikku. Tanpa membaginya denganmu sepeserpun." Gavin berkata dengan dingin.

"Apa katamu barusan? Dasar kurang ajar!" Papanya berang dan hendak melayangkan pukulan. Gavin pun sudah bersiap.

"Papa!" Mamanya datang berteriak hingga pukulan itu pun tidak jadi dilayangkan.

Gavin lalu pergi begitu saja dari sana.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Amanda menatap kepergian Gavin.

"Anak itu sudah mulai kurang ajar. Ajari dia sopan santun!" Reksa menggerutu seraya duduk di sofa.

"Ujian kan sudah dekat, mungkin dia tertekan. Pokoknya jangan sampai dia stres. Kamu juga harus lebih sabar menghadapi Gavin."

"Iya, dia kan sama keras kepalanya denganmu."

"Enak aja."

Amanda mendekati Reksa lalu memijat bahu suaminya perlahan. "Urusan Gavin dan Safira biar aku aja yang tangani. Mereka sudah dekat denganku, jadi tidak akan sulit."

"Ya, aku serahkan sama kamu."

.

.

Malam ini Safira termenung menatap langit malam dari balik jendela ruang belajar yang terbuka. Ia tengah menunggu kabar. Entah itu akan jadi kabar baik atau buruk. Dalam enam belas tahun hidupnya, baru kini ia merasakan was-was. Jam tangannya pun berbunyi nyaring. Ia berusaha tenang dengan mengatur napas perlahan.

Tokk Tokk

Tanpa menunggu Safira menjawab, sang tamu masuk ke dalam.

"Ini berkas yang Nona minta." Pak Rudi menyerahkan amplop berwarna cokelat pada Safira.

"Ya, terima kasih. Apa Ayah sudah tahu?"

"Tuan sudah lebih dulu melihatnya."

"Kapan dia menghubungi perempuan ini?"

"Sekitar dua jam yang lalu."

"Baiklah. Pak Rudi bisa keluar sekarang." Sekretaris Ayahnya pun keluar sesuai permintaan Safira.

Safira mengeluarkan kertas dari dalam amplop itu dan membacanya. Ia merasa kecolongan. Dalam empat tahun ini ia selalu berhasil menghalangi perempuan diluaran sana untuk mendekati Gavin, tapi sekarang malah lelaki itu yang mengambil langkah. Dia tidak akan membiarkan orang lain merebut miliknya.

.

.

TBC

1
hayalan indah🍂
bagus
Dochi19_new: makasih kak, pantengin terus ya kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!