NovelToon NovelToon
PRIA

PRIA

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang
Popularitas:16.3k
Nilai: 5
Nama Author: Arif C

Novel ini menceritakan tentang seorang pria bernama Raka yang berusaha untuk memperbaiki pandangan orang lain terhadap dirinya.

Raka yang sudah pernah mendekam di penjara, mendapat banyak cemoohan dari orang sekitar bahkan keluarganya sendiri.

Apakah mungkin Raka bisa memulihkan nama baiknya yang sudah buruk di pandangan orang-orang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arif C, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

"Hore kita akan berjualan roti lagi!" seru Rama. Raka mengembangkan senyumnya lagi.

“Ingat, Rama. Kamu harus sekolah. Jadi kamu tidak perlu membantu Papa untuk membuat atau menjualkan roti," kata Raka.

Rama teringat jika memang sudah seharusnya dia berangkat ke sekolah.

"Tetapi aku ingin membantu Papa," ujar Rama.

"Lain kali saja kalau kamu libur, Rama," tandas Raka sambil membelai pipi anak itu.

Kemudian Sarah pun pulang dengan membawa banyak belanjaan. Raka merasa senang ketika sang istri bisa memenuhi semua kebutuhan bahan yang diperlukan untuk membuat roti.

"Terima kasih banyak, Sarah. Kamu sudah banyak sekali membantuku," ucap Raka.

"Ini tidak seberapa, Raka. Kamu juga sudah banyak berbuat baik untukku dan anakku," balas Sarah sambil tersenyum.

"Sebagai kepala keluarga aku memang harus melakukannya, Sarah," kata Raka.

"Dan sebagai seorang istri, aku juga harus membantu suamiku," timpal Sarah. Raka terperanjat mendengarnya.

Sarah juga kaget saat mendengar apa yang keluar dari mulutnya.

'Astaga, kenapa aku berkata demikian? Jangan sampai Raka mengira kalau aku mulai mencintainya, pikir Sarah.

'Pemikiran Sarah membuktikan kalau hatinya mulai terbuka untukku. Semoga saja Sarah sebenarnya sudah mulai membuka hatinya untukku dan mencintaiku seutuhnya, harap batin Raka.

Lalu pada keesokan harinya, seperti biasa Raka akan bangun lebih awal. Kemudian dia pun mempersiapkan bahan untuk membuat roti.

Tak lama kemudian Sarah ikut terbangun. Dia lalu membantu Raka. Sebenarnya Raka merasa keberatan ketika sang istri membantunya. Sebab Sarah sudah sangat sibuk dengan banyak pekerjaannya.

"Sudahlah, Sarah. Jangan membantuku lagi, beristirahatlah sampai waktunya kamu berangkat!" kata Raka. Sarah menggelengkan kepalanya.

"Tidak, Raka. Aku juga ingin belajar untuk mahir membuat roti seperti ini. Siapa tahu kita bisa mengembangkan usaha ini bersama sampai besar, dan memiliki kios roti sendiri," ujar Sarah.

Raka jadi ikut membayangkan saat dia meraih kesuksesan dengan memiliki kios roti.

"Wah bisa aku bayangkan, Sarah. Aku memiliki kios roti sendiri. Tentunya aku tidak akan berjualan di jalanan lagi," tutur Raka. Sarah pun mengamininya.

"Oleh karena itu, kita harus semangat untuk bisa mewujudkan impian itu, Raka," balas Sarah.

"Aku juga ingin memiliki ruko sendiri, di mana aku bisa menjual barang daganganku," ungkap Sarah.

"Dan aku harap bisa memiliki brand pakaianku sendiri seperti impianku dahulu," imbuh Sarah.

"Amin, ya Allah. Semoga saja impian kita tercapai, Sarah. Tetapi yang paling penting adalah kita bisa membesarkan ramah dengan budi pekerti yang baik," tandas Raka.

Sarah tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Raka. Dan ketika mereka tengah mengemas roti.

Rama belum juga terbangun. Kemudian Raka dan terlibat perbincangan. Raka menceritakan masa lalunya ketika dia tidak bisa melihat anak kembarnya yang diberitakan meninggal oleh pihak keluarga Laras.

"Oleh karena itu, aku sangat menyayangi Rama. Sebab aku sangat merasakan bagaimana pahitnya kehilangan dua orang anak sekaligus yang aku dambakan, apalagi saat itu aku sedang berada di penjara," tutur Raka.

Sarah pun merasa bersimpati kepada Raka.

'Apakah kamu yakin kalau kedua anak kembarmu itu memang benar-benar meninggal dunia, Raka?" tanya Sarah. Raka pun kaget mendengar pertanyaan Sarah.

"Kenapa kamu berpikir begitu, Sarah?" tanya Raka.

"Apakah kamu tahu di mana letak kuburan dua anak kembarmu itu? Apakah kamu tidak curiga ada yang disembunyikan oleh pihak mantan istrimu?" cecar Sarah. Raka pun terpekur mendengarnya.

"Mereka memang tidak pernah memberi tahukan di mana makam kedua anak kembarku itu," jawab Raka.

"Sebab mereka sudah terlalu benci kepada diriku," ungkap Raka dengan nada pelan.

"Kalau begitu tanyakan saja di mana mereka memakamkan dua anakmu itu, Raka. Agar kamu bisa berziarah," saran Sarah.

"Tetapi jika mereka tidak mau memberitahukannya. Kamu patut mencurigai," tandas Sarah.

"Memang apa yang harus kucurigai, Sarah?" tanya Raka dengan nada polos, ia benar-benar tidak memahami pemikiran sang istri.

"Siapa tahu kedua anak kembarmu itu memang masih hidup. Namun mereka tidak ingin mempertemukan denganmu," Perkiraan Sarah membuat Raka kembali kaget.

'Astaga, kenapa Sarah bisa sampai berpikiran seperti itu? Aku saja tidak pernah sampai terpikir ke sana, pikir Raka.

"Kenapa kamu bisa sampai berpikir seperti itu, Sarah?" Raka masih bertanya. Sarah malah tersenyum.

"Kamu lihat saja diriku. Aku menceritakan kepada Rama jika ayah kandungnya sudah meninggal dunia, karena aku tidak ingin mempertemukan Dewa dengan Rama," jawab Sarah.

"Mungkin saja, hal itulah yang dilakukan oleh keluarga mantan istrimu," terang Sarah.

Raka semakin kaget ini apa yang dikatakan oleh Sarah, dia merasa kalau apa yang disampaikan Sarah memang ada benarnya.

"Kamu benar juga, Sarah. Ada baiknya aku bertanya kepada Laras di mana makam kedua anak kami, agar aku bisa berziarah," pikir Raka.

“Itu lebih baik, Raka. Daripada kamu tidak mengetahui bagaimana nasib kedua anakmu itu," timpal Sarah.

"Entah mengapa aku berpikiran jika kedua anak gemarmu itu masih hidup," Pemikiran Sarah membuat harapan timbul di hati Raka.

'Bisa saja Sarah benar. Kalau sebenarnya kedua anak kembarku itu masih hidup. Aku harus bisa menyelidikinya, pikir Raka. Kemudian Rama pun terbangun.

"Kenapa Papa dan Mama tidak membangunkanku?" tanya Rama sambil mengusap matanya.

Raka dan Sarah tersadar mereka larut dalam pembicaraan, sehingga lupa untuk membangunkan Rama.

"Maaf, Sayang. Kami sedang sibuk membuat roti," ucap Sarah.

Dia kemudian memeluk putranya dan memandikan Rama. Karena di hari itu juga ramah harus berangkat sekolah.

Dan Sarah pun juga harus membawa dagangan bajunya dan roti buatan Raka. Sebenarnya Raka tidak tega jika Sarah harus berjualan dengan banyak barang.

"Bagaimana kalau aku menemanimu, Sarah? Sungguh aku tidak tega membawamu banyak barang untuk dijual," tawar Raka. Sarah menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu, Raka. Aku bisa melakukannya sendiri. Kamu beristirahatlah saja di rumah," jawab Sarah.

Tetapi Raka benar-benar tidak tega dengan sang istri, sehingga dia bersikeras untuk menemani Sarah.

"Aku berjanji, Sarah. Aku hanya menunggu pembeli datang. Sebab aku juga belum boleh banyak bergerak," bujuk Raka. Pada akhirnya Sarah setuju dengan keputusan Raka.

"Baiklah kalau begitu, kita antarkan Rama terlebih dahulu ke sekolahnya. Baru kita berangkat berjualan," tandas Sarah. Raka merasa senang dia bisa mulai berjualan lagi

Mereka pun sarapan pagi dengan nasi goreng yang dibuat oleh Sarah. Semangat membara berkobar di sanubari Raka dan Sarah untuk mewujudkan impian mereka.

Ya Allah, kabulkanlah doa kami untuk bisa membuat usaha yang kami rintis ini lebih maju dan bisa memberdayakan banyak orang,' harap Raka dalam hatinya.

Kemudian mereka pun mengantar Rama ke sekolah. Tentunya Ra.a merasa senang karena dia diantar oleh kedua orang tuanya, walaupun Raka bukan ayah kandung.

Setelah mengantar Rama, Sarah dan Raka pun pergi menuju ke alun-alun kota itu.

Sarah sebenarnya merasa cemas jika ada preman lain yang akan mendatangi mereka.

1
@Tie
ini diucapkan apa cuma dlm pikiran?tp ada ditimpali sm raka,apa raka bs baca pikiran?
@Tie
hatinya
siskaa putri
sepertinya menarik
Tester
Saya adalah pemberi komentar pertama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!