NovelToon NovelToon
Petals Of Greedy

Petals Of Greedy

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Perperangan / Masalah Pertumbuhan
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fadly Abdul f

Ini merupakan cerita kelanjutan, pelengkap ending untuk cerita Pelahap Tangisan dan baca cerita pertamanya sebelum cerita ini.

Di sebuah kota terdapat seorang gadis, dia dikaruniai keluarga beserta kekasih dan hidup selayaknya gadis remaja. Hidupnya berubah drastis dikarenakan kekasihnya meninggal sewaktu tengah bekerja, disebabkan itu Widia sangatlah terpukul akan apa yang terjadi dan tidak sanggup menerimanya. Dalam keadaan kehilangan arah, tiba-tiba saja boneka yang diberikan kekasihnya hidup dan memberitahu jikalau jiwa kekasihnya masih bisa tinggal di dunia.

Dengan harapan itu, Widia memulai perjalanan untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Akankah Widia mampu mengembalikan nyawa kekasihnya? Yuk! Ikuti petualangan Widia untuk merebut kembali sang pujaan hatinya. Tetap ikuti dan dukung cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fadly Abdul f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

05

Bab 05 Bunga Keserakahan

Mereka membisu seribu bahasa sebuah benda mati dan tidak bernyawa menggunakan kakinya untuk bergerak, pria ini mendekat perlahan. Tanpa menantikan kejutan lainnya. Tahu-tahu sosok lain muncul, dari balik tirai putih depan jendela terdapat siluet sebuah mahkluk berjalan.

"Apa itu...?"

Widia menanggapi gumaman ayahnya dengan menggigil ngeri. Dia mulai bersikap waspada, memungut boneka dan mengisyaratkan dengan gestur tangan kepada lelaki yang sedang kebingungan untuk keluar kamar. Mereka berdua melangkah perlahan, semasih belum mahkluk itu bersuara memukul-mukul jendela dengan moncongnya.

Suara geraman mirip gabungan suara nyaring dari motor rusak serta erangan harimau, menambah ketakutan Widia. Tiba-tiba...

"... Diia."

"Uwaaah!" Teriak Widia.

Boneka pada rangkulannya memberontak dan lepas dari tangan Widia. Bersamaan dengan itu drake muncul menabrak jendela, dia meraung keras dengan suara aneh seperti mesin bermaksud 'kan menerjang mereka berdua dan menyerang. Namun, boneka itu melompat ke leher mahkluk itu segera merobek mulutnya dan menggigitnya.

Drake yang mirip pada mimpi Widia dicengkeram boneka itu, mungkin karena kehabisan darah, naga kecil seukuran sepeda ini langsung terjatuh. Dalam keheningan ini, boneka menggeramus bangkai naga dan bagi ayah Widia pemandangan ini terasa menakutkan nan menyeramkan.

Meskipun begitu mendadak saja suara Sarah menggema dalam rumah, dia berteriak-teriak meminta seluruh keluarga berkumpul. Menghasilkan semua orang didalam kediaman merasa kebingungan, mereka pun berkumpul dalam ruang tamu, selain Widia menyimak dari kejauhan.

"Pah! Di luar ada banyak dinosaurus, percaya deh aku gak bohong!" Kata Sarah dengan panik.

Tentu saja. Anggota keluarga selain Widia serta ayahnya menganggapnya guyonan. Tidak lama kemudian betul apa kata Sarah, siaran TV berita mengatakan tentang kemunculan mahkluk aneh mirip dinosaurus diikuti suara sirine mulai terdengar. Alhasil terjadi sebuah kepanikan.

"Yah, ada satu di kamarku dah mati, tuh dimakan boneka yang dikasih Adii...!" kata Widia meninggikan suaranya.

Sarah bergetar ketakutan, "kakak dah gila, ya?! Ngomong yang bener, aku serius!"

"Ya enggak, aku serius, lho~" jawab Widia memberi kesan seperti setengah jahil.

Dari semua yang dilihat di mimpinya, ini semirip sebagian kecil pertikaian hebat kekasihnya dengan semua monster yang dihadapinya. Widia kembali menatap pada boneka masih melahap bangkai, jujur saja Widia bingung, orang-orang di rumah ini meminta segera membuang bangkai dan boneka menyeramkan ini sesegera mungkin.

Entah sebab panik mereka mulai bertikai sementara ayah memeriksa bangkai dan boneka itu, boneka seperti makin membesar selepas menelan daging-daging mayat di depannya. Berusaha untuk berpikiran jernih, dia membiarkan boneka pemberian menantu menyelesaikan urusannya, sebelum boneka berdiri sehabis sarapan pagi.

Sekarang tubuhnya setinggi dirinya ketika dia berumur 14 tahun. Dia memberi kejutan kepada orang-orang, namun seperti belum selesai memberi kejutan, mulutnya terbelah dengan cara menjijikan, ia mulai meraung-raung.

"Lindung menjaga..." ucap boneka terputus-putus, selesai meraung.

Suara drake lain dan jeritan warga-warga bertebaran saat mereka ketakutan menyaksikan boneka berkomunikasi, seketika dia segera mengambil sikap rendah. Dia mendadak berlari tanpa semua orang sempat bereaksi, akibat saking cepatnya. Boneka itu melompati pagar rumah dan memburu para drake yang berkeliaran di kota.

Widia membelalakkan mata sesudah menyadari sesuatu dan napasnya memburu. Dia buru-buru mengambil ponsel, menelpon rumah sakit yang merawat kekasihnya tidak menjawab panggilannya membuatnya semakin gelisah. Dengan terpaksa Widia bermaksud segera pergi.

"T-Tenanglah dahulu, kita masih tidak mengetahui kondisi yang terjadi. Jadi, tetaplah tinggal di rumah. Nanti ayah antarkan Widia usai semua situasi jelas..." bujuk ayahnya.

Widia menggigit bibirnya. Dengan emosi dia terburu-buru berkata, "Tapi aya---!"

"Jangan mikirin kasmaran kamu dulu, kak! Tadi itu apaan, jelasin dulu!" Ucap Sarah meninggikan suaranya.

Sementara itu...di kota yang dimana para tentara beserta kepolisian mengevakuasi warga, mereka menghabisi satu persatu drake. Tiba-tiba mereka bertemu boneka itu sedang memburu drake. Mengira dia penduduk lokal, satu regu tentara maju berupaya menyelamatkan dirinya.

Tanpa disadari para tentara ini disergap oleh sekumpulan drake. Mereka akhirnya kewalahan menghadapi sebuah sergapan tiba-tiba. Namun, boneka yang mengerti situasi mereka segera menurunkan badan dan meraih sikap sembari menunggu kukunya memanjang, dia berlari maju ke depan, dengan kecepatan luar biasa menerjang lawan.

"..."

Dia menusukkan kukunya dan merobek leher drake sekali tarik, pemandangan itu cukup mengerikan, ketika boneka menarik kembali tangannya dengan membawa satu tulang rusuk drake. Drake lain mulai terintimidasi. Tanpa ampun, boneka mengabaikan drake yang sedang mengigit kakinya dan menusukkan tulang itu pada kepala drake lain. Adegan brutal itu terus berlangsung hingga semua drake di sekeliling mereka mati dikoyak, dicengkeram, bahkan tewas dengan kepala dihancurkan.

Setelah tentara melepas pelatuk senjata, mereka kembali menatap boneka yang sedang memakan salah satu drake. Tentu saja mereka masih waspada. Beberapa dari mereka perlahan-lahan berjalan, mencoba melakukan percakapan dengan boneka yang lagi asyik makan siang.

"Apakah kau... mengerti bahasa kami?" Tanya salah satu tentara, tampaknya dia seorang komandan peleton yang dikerahkan untuk membasmi drake.

Boneka kini menjeda makan kemudian menoleh perlahan ke belakang. Dia membuka mulutnya yang tidak mempunyai lidah, sebatas gigi tajam mengelilingi rahang berkata, "tidak ancaman... aku ... ancaman tidak."

"Kamu ini apa sebetulnya?" Tanyanya sekali lagi.

Tidak lama dia berlari seakan tanpa memijak tanah. Dan dengan durasi singkat, dia kembali disisi Widia yang sedang berdebat melawan ibu dan adiknya melarangnya pergi memindahkan Adiira ke kediaman mereka. Terlebih setelah memberitahu tentang perkiraan Widia, mengenai apa yang dilakukan Adiira dan yang mampu dilakukannya.

Dengan helaan napas, ayah menarik boneka hidup segera duduk di sofa meskipun dilumuri darah. Sekali lagi karena ada darah Sarah merasa mual, dia pergi dengan tidak nyaman. Sedangkan ibu bersikeras agar dia memutuskan hubungan dengan Adii, supaya tidak ada hal-hal gaib lagi.

"Lagian kenapa kamu daritadi kelihatan tenang! Putri kita berpacaran sama penyihir, tau!"

"... kamu tahu, bukan kalo bapakku mantan polisi?" Tanya Aria kepada istrinya yang sedang mengutarakan keluhan.

Ibu menggebrak meja sambil membentak, "itu nggak ada hubungannya!"

Aria merasa curiga karena belum mempercayai ia selaku kekasih putrinya dan menyelidiki latar belakangnya, sehingga menemukan satu hal menarik. Dengan bantuan kakek Widia, dia mengetahui pemuda itu berasal dari keturunan pahlawan nasional yang digadang-gadang memiliki kemampuan dalam ilmu sihir dan semacamnya.

"Lalu apa?!" Bentak ibu, amarahnya meluap-luap terlukis dari ekspresi yang menahan kegelisahan dan marahnya.

"Penyihir emang ada. Negara kita juga menyembunyikan fakta kalo mereka ada," jawab Aria.

Ibu menggigit bibirnya sebelum memelototi suaminya itu dan berkata, "jadi kamu bilang, normal-normal aja kalo nikahin putrimu sama penyihir jahat begitu?!"

"Dari semua laporan, pacar putri kita ini selalu melindungi negara tanpa upah, itulah alasanku mendukung mereka sampai menawarkan dia pekerjaan dan posisi penting dalam perusahaan kita!" Bela Aria, menentang perkataan istri yang masih ditelan emosi tidak stabil karena syok.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!