NovelToon NovelToon
Memeluk Luka

Memeluk Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Cinta setelah menikah / Pengganti / Cerai / Keluarga / Angst
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: fromAraa

terkadang tuhan memberikan sebuah rasa sakit kepada para hambaNya sebagai perantara, agar mereka lebih dekat dengan tuhannya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fromAraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

rumahku

Rasa syukur itu, aku tak akan pernah berhenti mengucapkannya kepada tuhan. atas kembalinya rumahku, atas anugerah Nya menitipkan sebuah insan kecil dalam ragamu, dan atas kehadiran dirimu dalam hidupku..."

✓✓✓

keduanya menempati rumah yang dari awal sudah menjadi milik jovandra dan ibu nya. nilam tak pernah mengajukan protes terhadap suaminya jika itu memang untuk kebaikan keduanya, sebaliknya jovandra pun bersikap demikian.

setiap detik, setiap menit, setiap jam, jovandra tak pernah tak memperhatikan wanitanya, wanita yang selalu menemani jalan hidup jovandra selain mendiang sang ibu.

jovandra tak pernah memberi batasan apapun kepada nilam selagi tak menyangkut hal-hal buruk, begitupun juga sebaliknya.

seperti sekarang, jovandra masih membiarkan istrinya bekerja selama nilam belum mengandung anak mereka. nilam yang ber profesi sebagai dokter spesialis anak itu pun hanya menuruti apa kata suaminya, lagipula semua itu untuk kebaikan dirinya sendiri.

"mas jo, hari ini aku mau bawa mobil sendiri aja, boleh?" nilam bertanya dengat sangat hati-hati kepada jovandra yang masih sibuk mengunyah sarapan miliknya itu

jovandra mengangguk pelan dan menyempatkan untuk menatap sang lawan bicaranya. "its okey, mas hari ini juga harus ke kantor transit di bogor sebentar, sebenernya kalo mas nganter kamu dulu juga ngga masalah, ngga ada yang berat selagi itu menyangkut tentang kamu"

nilam tersenyum, "ngga apa, makasih atas segala perhatian kamu buat aku"

"why? itu udah jadi kewajiban aku sebagai suami kamu, lagi pula kalo bukan buat kamu, buat siapa lagi?" setelah mengatakan itu, jovandra menghela nafasnya, mencoba mengatur nafas yang ia hembuskan karna tiba-tiba saja ia mengingat mendiang sang ibu.

nilam mengusap lembut tangan suaminya, seakan selalu mengerti apa yang sedang dirasakan oleh jovandra

"yang penting kamu hati-hati, mas ngga mau ya ada apa-apa sama kamu"

"iya mas iya, lagian kaya baru sekali aja aku bawa mobil"

"tetep aja, pokoknya kamu harus hati-hati la"

nilam mengangguk sembari tersenyum, "oh iya mas, sebelum ke rumah sakit aku mau mampir ke tempat ibu dulu"

jovandra meletakan alat makannya, membersihkan sisa makanan serta meminum air yang sudah di sediakan oleh mbak sani

"kenapa tiba-tiba?"

"kenapa tiba-tiba?" ulang nilam

jovandra mengangguk, tubuhnya ia condongkan ke arah sang istri guna lebih fokus untuk berbincang dengannya

"iya, kenapa tiba-tiba kamu mau ke tempat ibu sekarang? maksud mas, apa ngga mau bareng aja sama mas ke tempat ibu nya?"

"niatnya aku mau ajak kamu juga, tapi kamu bilang hari ini harus ke bogor kan jadi aku dateng sendiri dulu aja, nanti kalau waktu kamu udah senggang baru kita kesana berdua, lagian aku udah lama ngga ke tempat ibu"

jovandra mengangguk mengerti, "ya sudah nanti mas belikan bunga buat kamu bawa ke tempat ibu" final jovandra

bukan hanya nilam, memang satu tahun belakangan ini jovandra semakin jarang mengunjungi makam sang ibu karna terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

menjadi pemilik salah satu ekspedisi yang sudah punya cabang di beberapa daerah membuat laki-laki jangkung itu semakin disibukan dengan pekerjaannya yang kian hari kian menumpuk.

tak hanya jovandra pula, nilam juga disibukan dengan pekerjaannya yang kini harus piket di beberapa tempat. maka tak heran jika keduanya jarang mendapatkan momen untuk bersama, berbeda dengan dahulu sebelum menikah.

✓✓✓

tak terasa tiba-tiba saja sudah hampir 2 tahun umur pernikahan mereka sejak pengucapan janji suci keduanya diatas altar.

susah senang selalu dihadapi bersama, keluh kesah selalu di tanggapi bersama, tak pernah ada yang mampu membantah hati satu sama lain, keduanya benar-benar menjalani hidup mereka sesuai janji suci yang sudah terucap dahulu.

pagi ini nilam merasa tak enak badan, seperti biasanya saling merawat ketika diantara mereka ada yang merasa kurang vit untuk menjalani hari seperti biasa.

"kenapa la? butuh bantuan mas?"

jovandra yang tampak mulai mencemaskan nilam, saat melihat wanitanya berulang kali memasuki kamar mandi pribadi mereka yang ada di dalam kamar sembari menutup mulutnya.

nilam tak menjawab, ia masih sibuk mengeluarkan isi perutnya yang sedari kemarin seperti ingin mengeluarkan sesuatu.

karna sudah sangat khawatir, jovandra ikut masuk ke kamar mandi, mendapati istrinya yang bersimpuh di depan closet membuat dirinya semakin merasa khawatir.

"kenapa la? ngga enak badan? sini biar mas bantu"

setelah keduanya selesai dengan urusan nilam yang terus merasakan mual, jovandra memutuskan untuk membawa nilam ke rumah sakit, tentunya dengan sedikit perdebatan karna nilam yang selalu mengelak bahwa dirinya hanya kelelahan dan butuh istirahat saja.

saat sampai di rumah sakit, dokter umum yang memeriksa kondisi nilam mengatakan bahwa mereka harus ke dokter kandungan. dan benar saja, saat jovandra membawa nilam ke dalam ruangan dokter kandungan, dokter itu mengatakan bahwa nilam sedang mengandung janin yang umurnya 15 minggu.

tentu saja itu adalah satu kabar baik untuk keduanya, terharu sekaligus merasa sangat bersyukur karna kini mereka sudah diberikan kepercayaan oleh tuhan untuk dititipkan sebuah ruh bayi di dalam rahim nilam.

jovandra tak henti-hentinya memeluk nilam karna merasa sangat bahagia setelah mendapat kabar itu.

"kenapa si? mas jo seneng ya karna bakal jadi calon ayah?"

"kenapa kamu tanya begitu? tentu aja mas seneng dong, apalagi itu kamu, wanita yang sangat mas sayangi dan mas cintai melebihi diri mas sendiri"

nilam tersenyum haru melihat sikap jovandra kepadanya, nilam memang merasakan kehangatan jovandra sejak pertama kali mereka mulai menjalin hubungan dulu kala, tapi nilam baru kali ini melihat laki-laki itu begitu merasa hidup kembali sejak kehilangan sang ibu.

kini keduanya duduk di ruang keluarga, setibanya di rumah setelah cek kandungan, jovandra menelfon asisten pribadinya untuk izin sehari karna ada urusan mendadak. tentu saja hal itu membuat nilam geleng-geleng kepala dibuatnya.

"pokoknya di trimenster pertama ini kamu ngga boleh banyak gerak dan ngga boleh banyak melakukan banyak aktivitas yang bikin kamu capek termasuk kerja."

baru saja nilam akan memprotes ucapan suaminya, tapi jovandra sudah terlebih dahulu menyela niat istrinya yang ingin mengajukan protes

"kamu denger apa kata dokter tadi kan la?, pokoknya mas ngga mau terjadi apa-apa sama kamu dan calon anak kita. nanti kalau kamu pengen kerja lagi kalo udah trimenster ke-2&3, atau kalau perlu mas buatin tempat praktik aja buat kamu di rumah?"

apa lagi ini? nilam bukan tak senang diperhatikan oleh suaminya sendiri, tapi kali ini suaminya sudah terlampau over protective kepada nilam. bukan apa-apa, tapi justru nilam merasa lucu melihat laki-laki yang selalu terkesan manja dan dingin itu kini berlaku over protective karna rasa sayangnya yang begitu besar untuk istri serta calon anaknya.

"iya iya, aku bakal diem di rumah nungguin mas jo pulang kerja" final nilam

jovandra yang sedikit merasa tenang mendengar jawaban istrinya, mengeratkan pelukan mereka, mengecup lama kening wanita nya.

✓✓✓

sudah terhitung cukup lama jovandra tak mengunjungi tempat ini, tempat dimana ia bisa menangis tanpa harus ditahan, tempat dimana ia bisa membicarakan segala keluh kesahnya selama ini, tempat dimana sang ibu di kebumikan.

jovandra meletakan satu buah bucket bunga tulip putih di atas pusara sang ibu

"bu...gimana kabarnya?"

selalu saja begini, jovandra tak pernah bisa membendung air matanya ketika sudah sampai ditempat ini. seakan ibu selalu menunggu anak semata wayangnya menyambangi raga yang sudah tak dapat di rengkuh dan merengkuhnya lagi.

"maaf karna anakmu ini terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai lupa buat berkunjung ke rumah ibu..."

tangis yang awalnya terdengar seperti raungan, kini sudah mulai mereda.

"jovan bukan belum ikhlas ibu pergi dulu, tapi seandainya ibu masih sama jovan disini, pasti kita bakal jadi keluarga yang bahagia banget meskipun tanpa ayah..." jovandra menjeda perkataannya sebentar

"nilam hamil bu, jovan bakal jadi calon ayah..."

isakan itu kembali terdengar dalam sunyi nya area pemakaman sore ini. isakan yang semakin lama menjadi raungan kembali terdengar, pundak yang selalu terlihat kuat di depan istrinya, kini pundak itu bergetar hebat setelah menyambangi pusara milik sang ibu.

jovandra belum yakin atas dirinya sendiri, atas ketabahan hati serta jiwanya setelah sang ibu pergi. jovandra hanyalah seorang laki-laki yang masih dan selalu berusaha untuk menjadi lebih kuat menjalani jalan takdir tuhan ke depannya.

✓✓✓

seperti ucapan jovandra beberapa bulan yang lalu, kini nilam sudah mulai diperbolehkan untuk bekerja kembali, meskipun nilam menolak untuk dibuatkan tempat praktik sendiri di dalam rumah mereka. dengan syarat tak boleh membawa mobil sendiri ke rumah sakit, dan jovandra memilih untuk mencarikan supir untuk nilam kalau-kalau jovandra lembur dan tak sempat menjemput istrinya.

nilam menyetujui itu, lagipula itu bukanlah sebuah hal buruk baginya.

"pak tarno, hari ini kita mampir ke tempat ibu dulu ya?" ucap nilam kepada supir di depannya

"baik buk...ibuk mau beli bunga dimana? biar saya berhenti dulu"

"di tempat biasa aja pak, bias sekalian satu arah sama tempat ibu"

pak tarno, supir baru di keluarga jovandra dan nilam yang baru bekerja sekitar 4 bulan itu, beliau adalah laki-laki yang umurnya terlihat lebih tua sedikit dari ayah jovandra.

meskipun belum lama bekerja bersama jovandra, tapi pak tarno sudah sangat hafal dengan kegiatan-kegiatan nilam. terlebih lagi nilam dan jovandra sangat nyaman ketika berinteraksi dengan beliau.

nilam mulai berjalan menuju pusara ibu mertuanya dengan membawa satu bucket bunga mawar putih. sesampainya di depan pusara, nilam mengerutkan keningnya kala ia melihat sebuah bucket bunga tulip putih yang bertengger di atas pusara ibu mertuanya.

tapi nilam tak mengindahkan hal itu, nilam tau kalau bunga itu sudah pastilah suaminya yang membawa. bunga itu belum terlihat layu, bahkan masih terlihat segar seperti baru diletakan disini, tapi ketika melihat tangkainya yang sudah terkena banyak tanah, nilam tahu bahwa jovandra datang kesini kemarin.

nilam meletakan bunga yang ia bawa disamping bunga tulip milik jovandra,

"ibu gimana kabarnya? maaf kalo ibu ngerasa bosen sama nilam yang sering dateng kesini..."

"bu...tolong doakan nilam dan jovandra selalu dari atas sana, ya? terutama buat mas jo...tolong selalu kuatkan dia dari atas sana, biar mas jo selalu inget sama dirinya sendiri, supaya mas jo bisa sepenuhnya percaya lagi sama dirinya sendiri."

berbeda dengan jovandra, nilam lebih bisa menahan air mata yang sedari tadi berlomba-lomba untuk turun membasahi pipinya.

"bu, kandungan nilam sudah umurnya sudah memasuki bulan ke-6, ibu harus lihat betapa protektifnya mas jo kalo sudah menyangkut soal calon buah hati kami" nilam tertawa sedikit diakhir kalimatnya ketika teringat tingkah jovandra yang begitu lucu di matanya saat over protective kepadanya.

"nilam pamit dulu ya bu, udah sore pasti mas jo udah mau pulang, anak ibu itu harus lihat istrinya begitu udah sampai rumah" lagi-lagi nilam terkekeh menanggapi ucapannya sendiri.

nilam perlahan berjalan meninggalkan pusara milik irene, bertepatan saat nilam memasuki mobil, saat itulah air hujan turun membasahi kota jakarta. membuat para insan yang hidup diatasnya sedikit merasa sejuk karna akhir-akhir ini hujan tak berkenan untuk turun membasahi kota ini.

✓✓✓

saat sampai rumah, nilam mengerutkan keningnya karna keadaan rumah yang sepi, hanya terlihat mbak sani yang sedang membersihkan dapur. memang biasanya terasa sepi, karna hanya ada 4 orang di sana, tapi saat ini sepi itu lebih terasa karna tak ada sosok jovandra di sana.

biasanya saat nilam pulang, suaminya selalu duduk di ruang keluarga menunggu dirinya sembari menyesap secangkir kopi buatan mbak sani. tapi kini, laki-laki jangkung itu tak terlihat di sana

"non ila baru pulang?"

nilam melihat jam di ponselnya, 16.42 apa dirinya pulang terlalu awal? atau bahkan terlalu sore?

nilam berjalan ke arah meja makan sembari tersenyum kepada mbak sani, "tadi mampir ke tempat ibu dulu mbak, mas jo belum pulang kah? kok sepi?"

"mas andra sudah pulang dari tadi siang non, katanya ngga enak badan...sudah saya kompres tapi belum mau makan, katanya mau nunggu non ila pulang saja" jelas mbak sani

nilam langsung bergegas masuk ke kamar mereka, sebenarnya kamar utama ada di lantai dua, tapi karna usia kandungan nilam yang kian hari kian membuat perutnya buncit, jovandra memutuskan untuk pindah ke kamar bawah sementara sampai istrinya melahirkan.

benar saja, pemandangan pertama kali yang nilam lihat saat masuk kamar adalah suaminya yang sedang meringkuk dibalik selimut tebal dengan sebuah handuk kecil di atas keningnya.

samar-samar dengkuran kecil terdengar di telinga milik nilam, nilam menghampiri suaminya, duduk di pinggiran kasur guna mengecek kembali kondisi jovandra.

suhu tubuhnya 40° masih sama seperti saat mbak sani mengukurnya tadi. nilam mengusap lembut rambut suaminya, membuat sang empu membuka mata karna merasakan sebuah telapak tangan yang membelai surai miliknya.

netra sayu milik jovandra perlahan membuka, tak bergeming sedikitpun saat melihat wanitanya sudah berada di dekatnya. jovandra malah memeluk pinggang nilam dengan sebelah tangannya sembari mengusap perut buncit itu.

"mas jo pusing? atau kenapa?" tanya nilam yang masih mengusap surai suaminya

jovandra menggeleng, sepertinya sangat berat jika hanya untuk membuka mulutnya

"aku buatin bubur ya? habis itu kita ke dokter buat cek kondisi mas jo"

"ngga usah la, mas disini aja biar kamu yang rawat, mas cuma kangen sama kamu dan adek yang ada di perut kamu aja, kalo dibawa istirahat pasti juga sembuh"

kali ini jovandra sudah bisa menjawab pertanyaan istrinya sedikit panjang.

"ya udah kalo gitu biar aku bikin bubur dulu buat mas jo, ya?"

jovandra menggeleng, masih tak mau jika harus ditinggalkan oleh nilam meskipun hanya untuk membuat bubur ke dapur.

"kamu sini aja la temenin mas, mas pengen tidur dipeluk kamu"

"iya nanti nilam peluk tapi setelah mas jo makan ya?"

"ngga la, mau sekarang aja"

oke kali ini. nilam benar-benar menyerah, ternyata suaminya kalau tak enak badan menjadi manusia yang super manja kepada istrinya.

"ya udah tapi biar nilam mandi dulu sebentar, nilam kan habis kerja, tadi juga sempet mampir ke tepat ibu"

jovandra kali ini mengangguk, membiarkan nilam pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. tak butuh waktu lama bagi nilam untuk membersihkan diri, kini nilam sudah keluar dari kamar mandi dengan sebuah bathrobe berwarna putih yang membalut tubuh buncitnya itu.

"loh mas jo belum tidur? kirain udah tidur"

"mas kan udah bilang mau nungguin kamu la"

nilam hanya bisa terkekeh dan menggeleng melihat tingkah suaminya yang manja itu.

setelah nilam mengeringkan rambutnya, nilam membaringkan tubuh itu di atas kasur kingsize dengan jovandra, jovandra segera mendekat serta mendekap tubuh istrinya. benar saja, tak lama setelah jovandra memeluk tubuh nilam, terdengar dengkuran halus yang berasal dari jovandra.

✓✓✓

pagi ini nilam bangun lebih pagi dari pada biasanya. punggung telapak tangannya menyentuh kening milik jovandra guna memastikan apakah demam suaminya sudah turun atau belum. dirasa sudah tak separah kemarin, nilam menghela nafasnya lega. nilam segera beranjak dari atas tempat tidur menuju ke kamar mandi.

setelah membersihkan tubuhnya, nilam keluar kamar menuju ke dapur rumah mereka. sudah ada mbak sani yang sedang sibuk memasak untuk kedua majikannya.

"non ila butuh sesuatu? biar saya bantu"

"ngga usah mbak, mbak sani kan udah masak. ila cuma mau bikin bubur buat mas jo, demamnya udah turun jadi ila pikir mas jo udah mau makan setelah bangun nanti"

mbak sani mengangguk. sebenarnya pekerjaan pokok mbak sani hanya beberes rumah saja, tapi semenjak usia kandungan ila menginjak umur 6 bulan, jovandra meminta mbak sani agar membantu ila untuk memasak juga, tentu mbak sani tak menolak perintah tuannya, lagipula ia memang bekerja untuk keluarga jovandra.

saat ila sedang menuangkan bubur itu ke dalam mangkuk, sosok jovandra terlihat keluar dari kamar mereka berdua, laki-laki jangkung itu terlihat sangat pucat padahal baru semalam ia demam.

"loh mas, udah bangun? kenapa keluar kamar sih?" tanya ila yang khawatir melihat suaminya berjalan lunglai menuju meja makan

ila membantu jovandra untuk duduk, "kenapa? butuh apa? biar aku bantu"

"aku bangun, ternyata kamu udah ngga ada di kamar, ya udah aku cari keluar. bosen juga di kamar terus dari kemaren"

ila hanya tersenyum, berjalan ke arah pantry dapur untuk mengambil bubur buatannya yang sudah di siapkan, lalu memberikan bubur itu kepada jovandra.

jovandra memakan bubur buatan istrinya dengan perlahan, sedangkan nilam sibuk menyiapkan vitamin serta obat untuk suaminya itu.

"hari ini ngga usah kerja dulu lah la, temenin mas di rumah"

"ya sudah, nanti aku bilang ke dokter rissa buat izin sehari"

jovandra mengangguk, semangkuk bubur buatan nilam kini sudah tandas, jovandra segera meneguk air minumnya lalu meminum semua vitamin juga obat yang sudah disiapkan.

tak ada kegiatan yang spesial hari ini, hanya menonton drakor favorit nilam, bercengkrama, dan nilam menyuruh jovandra untuk istirahat karna suaminya belum sepenuhnya pulih.

To be continued...

1
Yaka
best quote🖐️🔥
Tajima Reiko
Aku jadi terbawa suasana dengan ceritanya, bagus sekali! ❤️
fromAraa: terima kasih/Pray//Pray//Pray/
total 1 replies
Shinn Asuka
Kakak penulis, next project kapan keluar? Aku udah kangen!
fromAraa: nanti yaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!