Karena Taruhan, Hidupku Jadi Rusak!

"Hai Akira, kau sudah tiba?" Sapa Yumi dengan wajah yang penuh kepura-pura melirik tangan Abnan yang menggenggam pergelangan tangan Akira terlihat begitu mesra.

Diam-diam Yumi menggertak gigi menahan geram karena merasa ia kalah oleh wanita tidak ada apa-apanya seperti Akira.

"Iya, aku dengan Kak Abnan baru saja tiba." Jawab Akira dengan tetapan penuh arti seolah mengatakan 'aku menang, itu tandanya aku bisa mendapatkan uang taruhannya'

Yumi tersenyum penuh arti ketika dia menyadari kalau tatapan Akira sedang menagih janjinya.

"Hai Kak Abnan? Kau terlihat begitu nyaman dengan Akira, sepertinya Kak Abnan menyukai temanku ini," Kata Yumi dengan sorot mata mulai berbeda.

Abnan menarik pinggang Akira memeluknya mesra, "Kalau iya kenapa? Apa masalah buat kamu?" Datar Abnan dengan gaya arogannya.

Yumi sudah hampir meledak berusaha untuk tidak terpancing emosi.

"Ah, sepertinya Kak Abnan terlalu berlebihan." Berusaha menyembunyikan amarah.

Abnan hanya diam tak menjawab ucapan Yumi.

"Akira, ini untuk mu." Kata Yumi memberikan jus yang sudah dia bubuh sesuatu ke dalam jus tersebut.

"Terima kasih." Jawab Akira mengambil jus di tangan Yumi segera meneguk setengah dari jus tersebut.

Yumi tersenyum penuh arti melihat Yumi yang meminum setengah dari jus yang dia berikan.

"Yumi, kemari sebentar." Terdengar suara Siska yang memanggil Yumi.

"Aku ke sana dulu ya Akira, Kak Abnan." Pamit Yumi pergi dengan senyuman puas karena sebentar lagi dia pasti akan mempermalukan Akira seperti yang sudah dia rencanakan.

Obat yang di berikan Yumi pada Akira mulai bereaksi. Akira merasa aneh pada tubuhnya yang seperti kepanasan.

Ada apa dengan tubuh ku? Batin Akira.

"Kak, aku ke toilet sebentar ya, Kak." Pamit Akira pada Abnan.

"Ayo aku antar." Kata Abnan takut kalau Akira tersesat dalam hotel.

"Tidak usah Kak, aku bisa pergi sendiri. Kakak tolong aja pegang minuman aku dulu." Akira memberikan jus yang masih ada setengah pada Abnan.

"Kamu tidak takut sendirian?" Tanya Abnan karena dia sangat mengkhawatirkan Akira jika sendirian berada di tempat asing.

"Tidak Kak, biar aku sendirian saja." Akira bergegas pergi karena ia merasa tubuhnya seperti ada sesuatu yang menuntut.

Abnan yang takut Akira tersesat. Segera meminum sisa Akira yang masih ada dalam gelas hingga tuntas. Setelah itu Abnan menyusul mencari keberadaan Akira yang sudah menghilang di balik beberapa tamu undangan dalam acara ulang tahun Ona.

Akira sudah tiba di toilet dengan perasaan yang dia sendiri tidak tahu ada apa dengannya. Jantungnya terus saja berdebar-debar seperti baru berlari maraton.

Ya Allah. Ada apa dengan ku? Batin Akira semakin berkecamuk tak karuan.

Akira mencuci wajahnya berkali-kali. Ia juga bahkan membasahi sebagian tubuhnya.

Setelah selesai. Akira segera keluar dari toilet.

Di luar toilet ternyata ada Abnan yang menunggunya.

"Kau sudah selesai?" Tanya Abnan berusaha untuk menekan perasaan yang sama seperti dirasakan Akira.

"Sudah Kak, aku mau segera pulang." Kata Akira langsung berjalan cepat tanpa menunggu jawaban Abnan karena tubuhnya mulai hilang kendali.

Abnan juga tak bertanya lagi, menyusul Akira dengan langkah panjangnya. Tubuhnya mulai di basahi keringat yang bercucuran.

Terlihat Yumi ke sana kemari mencari keberadaan Akira.

"Yum, lo ini kenapa sih?" Tanya Siska aneh melihat tingkah laku Yumi.

"Sis, apa lo liat Akira nggak?" Tanya Yumi gelisah karena ternyata tadi Yumi sempat melihat Abnan meminum sisa jus Akira.

"Liat sih, tadi aku liat dia keluar dari hotel dengan Abnan yang menyusul di belakangnya. Kira-kira mereka berdua mau kemana ya? Kan acara juga belum dimulai," Ujar Siska mengerut.

Jangan sampai terjadi sesuatu pada mereka berdua, bisa rusak semua rencana ku! Batin Yumi segera menyusul keluar tanpa peduli pertanyaan Siska padanya.

Di lain sisi. Abnan dan Akira sudah tiba di mobil.

Abnan segera menghidupkan mobil dan memasang AC hingga mobil itu hampir membeku saking dinginnya.

Tapi mereka berdua, masih saja merasa panas seperti tak ada obat dari rasa panas mereka.

"Kak, ayo kita pulang sekarang. Aku mau mandi, aku merasa panas sekali." Kata Akira tanpa sadar mulai membuka pakaiannya.

Abnan yang juga ikut meminum obat perangsang yang Yumi sengaja siapkan untuk Akira, tak bisa menahan lagi gair*h yang semakin bergejolak di dadanya.

Segera pria itu menurunkan sandaran kursi mobil yang diduduki oleh Akira, dan menyerang wanita itu. Akira yang juga tak berdaya tentu saja tak menolak Abnan, karena tubuhnya juga sangat menuntut untuk di sentuh.

Terjadilah sesuatu yang tidak diinginkan oleh Akira mau pun Abnan. Mereka melakukan itu karena tuntutan dari obat perangsang yang mereka minum.

Yumi menutup mulut menggunakan kedua telapak tangannya saat melihat apa yang dilakukan oleh Abnan dan Akira di dalam mobil. Yumi sampai lupa bernafas melihat adegan yang tidak pernah dia bayangkan.

Yumi jelas melihat Abnan yang bercinta dengan Akira di depan matanya langsung. Tubuhnya bergetar tak ingin sampai Abnan dan Akira akan menikah karena Abnan yang sudah terlanjur menyentuh Akira.

Tidak! Itu tidak bisa dibiarkan! Aku akan berusaha untuk melakukan apa saja! Agar mereka berdua tidak akan di nikahkan! Abnan itu hanya milikku! Dia hanya pantas menjadi milikku! Batin Yumi yang tidak akan membiarkan Abnan menikahi Akira, apalagi Yumi yang sangat tahu kalau Abnan mencintai Akira. Tentu saja pria itu tidak akan berpikir dua kali untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tapi, Yumi tidak akan pernah membiarkan itu terjadi!

***

Akira mulai tersadar dari tidurnya. Berusaha membuka netra karena merasa kedinginan. Mobil Abnan masih hidup, tentu saja AC-nya masih nyala.

Setelah kedua mata Akira terbuka dan kesadarannya sudah mulai terkumpul. Dia melihat dirinya yang pol*s, dengan Abnan yang juga tertidur di sisinya dalam keadaan sama sepertinya.

Akira berusaha mengingat kembali apa yang terjadi barusan. Seperti filem, kejadian tadi berputar di ingatannya dan dia ingat dengan jelas apa yang baru dia lakukan.

Ya Allah, ibu! Apa yang sudah aku lakukan! Akira mulai menangis ketakutan memakai pakaiannya satu persatu merasa begitu perih di bagian ke wanitaannya.

Usai memakai pakaiannya. Akira segera keluar dari mobil, dan di luar ternyata Yumi masih menunggunya.

"Apa yang sudah kau lakukan Akira!" Kata Yumi pada Akira.

Dengan mata yang basah tak bisa menghentikan tangisan, tubuh bergetar ketakutan, Akira tidak mampu menjawab pertanyaan Yumi karena takut luar biasa.

Yumi mengambil ponselnya dan memperlihatkan rekaman pada Akira adegan yang Akira lakukan tadi pada Abnan.

Tangisan Akira semakin deras saat melihat adegannya yang sangat menjijikkan baginya.

"Kau lihat bukan! Apa sudah kau lakukan!" Kata Yumi tak menyembunyikan lagi sikap munafiknya selama ini menjadi teman Akira.

Akira bahkan sampai terperanjat melihat perubahan Yumi yang sangat drastis.

"Ikut denganku! Dan dengarkan semua apa yang aku inginkan! Jika kau tidak mau mendengarku! Maka jangan salahkan aku, kalau video rekaman mu ini akan tersebar di seluruh dunia yang akan menghancurkan masa depanmu!" Kata Yumi mengancam Akira.

Akira yang pada saat itu masih syok berat, hanya bisa mengangguk mengikuti semua keinginan Yumi.