NovelToon NovelToon
Eternal Fog

Eternal Fog

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Sci-Fi / spiritual / Sistem / Persahabatan
Popularitas:905
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Kabut berbahaya yang disebut dengan Eternal Fog kerap kali menyerang kota. Tingkatan berbahaya dan jenis yang ditimbulkan kabut tersebut berbeda-beda. Ada beberapa warna yang membedakan jenis-jenis kabut tersebut. Ada pun penyebab Eternal Fog adalah semburan napas dari monster yang disebut Strano dan menghuni area di luar kota yang disebut Danger Mori. Oleh karena itu, keamanan kota dijaga oleh para Occhio. Sebutan untuk para pembasmi Strano dan Eternal Fog.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23 Dia Pahlawan

"Hari yang cerah untuk pengumuman yang cerah. Selamat untuk lima belas occhio yang lulus dari jelas pelatihan atau kelas A. Lihat gelang tipis masing-masing. Jika hologram wajah kalian terdapat tanda centang, itu artinya lolos. Jika silang, artinya gagal," ucap Lais dengan penuh semangat.

Seluruh occhio kelas A itu langsung melihat gelang masing-masing. Tak berselang lama, seorang perempuan berambut warna-warni didorong oleh lelaki bertubuh kekar dengan penuh amarah pada raut wajahnya.

"Bayar berapa kamu, dasar perempuan lemah!" gertaknya pada Shiroi. Ginela dan Shajar yang berada di dekatnya langsung membantu untuk berdiri.

Lais melihat kejadian itu. Namun itu tidak peduli dan langsung ke luar dari kelas. Masih ada tiga occhio elit di dalamnya.

"Hei, jaga sikapmu!" tegas Ginela.

Tiga occhio elit itu hanya menonton. Salah satunya adalah Floryn. Menyaksikan perseteruan yang mereka ketahui penyebabnya. Jika saja Sunniva ada di sana, maka ia pasti akan langsung menengahi. Sebenarnya, semua atas rencana Eliot yang tidak diberitahukan alasannya. Pria itu sangat memaksa agar Shiroi diloloskan menjadi salah satu dari lima belas occhio terpilih untuk lulus dari kelas A. Bagaimana tidak semua yang tidak terpilih marah. Pasalnya, Shiroi memang tidak berkembang sama sekali. Ia masih sering pingsan dan sakit saat latihan. Ia juga tidak pernah diturunkan untuk misi di Danger Mori.

Seketika semua wajah murka mengarah pada Shiroi, kecuali teman-teman sekamarnya yang memang sudah seperti sahabat.

"Kenapa kalian membiarkan dia lolos?" tanya si lelaki badan kekar itu tegas pada tiga occhio elit di depan sambil menunjuk Shiroi.

Perempuan itu hanya tertunduk. Bukan salahnya jika ia terpilih. Sebab ia juga tidak menyangka jika terpilih. Ia bahkan selalu terbayang akan terjebak di kelas A selamanya.

"Karena fotonya terdapat tanda centang," jawab Floryn seadanya. Wanita berusia tiga puluh tiga itu menatap datar, mirip tatapan Archie. Atau lebih tepatnya, Archie yang mirip Floryn.

"Tapi dia lemah, senior!"

"Kemarin dia pingsan lagi."

"Tidakkah ada yang salah pada penilaian ini?"

"Ini tidak adil!"

"Sejak awal Shiroi memang tidak layak menjadi bagian dari occhio. Ia lolos atas belas kasihan Eliot. Sekarang apakah ia terpilih karena belas kasihan kalian juga?"

"Kenapa kami kalah dari dia yang baru masuk beberapa bulan lalu. Sedangkan banyak dari kami yang sudah bertahun-tahun mengendap di kelas A."

Protes demi protes mulai beriringan menerpa. Kali ini semua mendekat pada tiga occhio elit di depan. Shiroi hanya diam di tempat. Ditemani Ginela. Juga tiga belas occhio lainnya yang terpilih. Tidak ikut protes, yang penting mereka terpilih. Bahkan semua teman kamar Shiroi juga ikut protes kali ini. Itu membuat Shiroi sedih. Tapi ia tak pantas meminta mereka tetap mendukungnya. Sebab bagaimana pun, mereka tetaplah saingan.

"Tolong, kembali ke tempat masing-masing!" pinta seorang occhio yang berdiri di dekat Floryn. Seorang pria bertubuh kekar dan tinggi. Mungkin usianya sudah mendekati empat puluh.

"Shiroi tidak layak, senior."

"Dia akan menyusahkan jika di kelas inti."

"Pertimbangkan lagi dengan adil. Mana mungkin para occhio elit seperti kalian membiarkan perempuan lemah itu terpilih."

"KEMBALI KE TEMPAT MASING-MASING!" tegas si pria tinggi dan kekar tadi. Membuat semua occhio yang protes kembali ke tempat dengan wajah kecewa.

Saat semua tenang, Shiroi mengangkat tangannya. Ketiga occhio mempersilakan Shiroi berbicara. Banyak mata yang menatap tajam padanya.

"Aku tidak menyangka jika terpilih. Bahkan aku berpikir akan menetap di kelas A selamanya karena aku tidak ada perkembangan sama sekali. Jika kalian merasa aku tidak layak, justru aku jauh lebih merasa demikian dibanding siapa pun. Sejak mengetahui betapa kerasnya kehidupan di sini bagi orang lemah sepertiku, aku sering berpikir untuk ke luar dari keanggotaan occhio dan pulang ke rumahku sambil memeluk boneka yang lucu. Usiaku sudah lebih dari seperempat abad. Tapi kemampuanku jauh di bawah kalian. Bahkan tanpa dipaksa kalian pun aku akan tetap berpikir untuk mundur. Jadi, Senior. Bolehkah aku tetap di kelas A dan membiarkan satu orang terbaik lainnya untuk menggantikan posisiku?" ungkap Shiroi dengan penuh perasaan.

Senyap sejenak. Wajah Penuh amarah mulai terlihat sejuk. Tatapan tajam pada Shiroi tidak ada lagi. Kini tersisa tatapan penuh harap agar satu kursi kosong itu menjadi tempat mereka.

"Hanya orang bodoh yang memilih mundur dari persaingan ketat," celetuk Floryn.

Shiroi tertunduk. Ginela menepuk punggung Shiroi. Ia senang karena terpilih, tapi ia sedih dengan keadaan Shiroi.

"Karena aku masih perlu berlatih lebih kuat lagi. Jadi, tolong sisakan satu tempat untuk satu orang terbaik di kelas ini di antara yang tidak terpilih." Shiroi meminta sekali lagi.

"Tidak ada siapa yang akan menggantikan siapa. Semua keputusan tidak bisa diubah. Shiroi tetap menempati posisi lima belas besar," timpal Eliot yang muncul tiba-tiba di depan pintu. Kemudian masuk dan bergabung bersama tiga occhio lainnya. "Aku yang memaksa agar Shiroi terpilih."

"Kenapa senior memilihnya?" Kali ini Shajar yang bertanya. Ia sudah menunjukkan sikap tidak terima karena Shiroi terpilih, sekali pun mereka sudah menjadi teman dekat sejak menempati kamar yang sama.

"Aku sudah mengenalmu selama tiga tahun lebih, Shajar. Dulu, kamu lolos tes masuk occhio dengan peringkat tinggi. Tapi kamu masih mengendap di kelas pelatihan sampai. Kenapa kamu sulit berkembang walaupun menjadi occhio dengan peringkat tinggi kala itu? Karena kamu selalu merasa lebih hebat dan cepat berpuas hati. Kamu mudah meremehkan orang lain dari belakangnya. Padahal di depan kamu seperti seorang teman yang baik dan perhatian. Shiroi, selama ini Shajar sering iri denganmu. Sekali pun kamu dekat dengannya. Ia senantiasa merendahkanmu dari belakang." Eliot berkata.

Wajah Shajar merah. Ia tidak terima dengan ucapan Eliot. Bagaimana pun, selama ini ia memang sungguh dekat dan akrab dengan Shiroi. Walaupun perkataan Eliot yang bilang ia sering membicarakan Shiroi dari belakang juga benar. Itu bentuk pelampiasan karena Shiroi tampak lebih beruntung daripada dirinya. Sekarang, ia kembali gagal dan justru Shiroi yang lolos. Padahal, ia dikenal sebagai occhio paling lemah dari yang paling lemah.

"Pertemanan kami tidak palsu!" tegas Shajar.

Eliot tersenyum miring, "Shiroi akan menyelamatkan banyak manusia. Ia akan menjadi pahlawan. Lebih dari occhio elit sekarang. Bahkan Lais, Floryn, Sunniva dan yang lainnya saja tidak mampu. Shiroi adalah pahlawan sebenarnya."

Bukan hanya para occhio kelas A yang menatap heran. Tiga occhio elit di dekatnya juga turut kebingungan. Pasalnya, setiap rapat Eliot hanya memohon agar Shiroi terpilih tanpa menyebutkan sedikit pun alasan. Eliot hanya menjanjikan bahwa Shiroi akan berguna.

"Teruslah berlatih, Shajar. Hingga kamu mampu menjadi pahlawan bersama Shiroi."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!