NovelToon NovelToon
Soulmate

Soulmate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: sJuliasih

Perjalanan kisah romansa dua remaja, Freya dan Tara yang penuh lika-liku. Tak hanya berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka juga harus menelan kenyataan pahit saat harus berpisah sebelum sempat mengutarakan perasaan satu sama lain. Pun mereka sempat saling melupakan saat di sibukkan dengan ambisi dan cita-cita mereka masing-masing.

Hanya satu yang akhirnya menjadi ujung takdir mereka. Bertemu kembali atau berpisah selamanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sJuliasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Tak seperti hari biasa, Freya terbangun saat berkas fajar sudah menampakkan pesona jingganya di ufuk timur. Bertemu dengan pangeran berkuda putih berwujud wajah Tara dalam mimpinya semalam, berhasil membuat Freya terlelap hingga begitu nyenyak.

Deringan alarm yang berbunyi berkali-kali saja sampai tak mampu membuatnya kembali ke alam nyata. Kini usai menyelesaikan ritual mandinya, gadis berkulit putih itu tampak tergesa mengenakan seragam sekolahnya.

Sementara di dapur, Tari, sang bunda sudah berkali-kali meneriaki namanya agar bergegas keluar kamar.

"Buruan Frey..." lagi-lagi Tari mengomel seraya menyiapkan sarapan untuk anak gadisnya.

"Iya bun." sahut Freya dan lekas berlari menuju ke meja makan.

"Lama bener sih. Ngapain aja kamu di kamar?" Tari mengintrogasi dengan nada kesal.

"Freya kesiangan bangun, bun." bisa-bisanya gadis itu menyengir tak bersalah.

"Mana ada calon orang sukses bangunnya kesiangan!" sindir Tari yang membuat Freya hanya berdecak.

Di tengah menikmati nasi goreng buatan sang bunda, Freya mengambil ponsel dari dalam tasnya saat benda pipih itu berdering. Dengan cepat ia menggeser icon hijau begitu melihat nama seseorang tertera di sana.

Andre : Masih di rumah kan Frey?

Freya : Iya, masih sarapan gue. Kenapa?

Andre : Gue jemput ya.

Freya : Kerasukan apa lo pagi-pagi gini?

Andre : Gue itu abis nganterin adek gue. Kebetulan gue mau ngelewatin jalan rumah lo.

Freya : Yaudah boleh deh. Hitung-hitung hemat uang bensin.

Andre : Siap-siap lo ya. Gue otw.

Freya : Aman. Oiya tapi nanti pulangnya anterin gue lagi ya. Kan gue nggak bawa motor.

Andre : Memang nggak tau diri ya lo Frey.

Bukannya merasa tersindir apalagi marah, Freya hanya tertawa begitu Andre mengakhiri panggilannya.

Buru-buru Freya menghabiskan sarapannya. Dengan lima kali suapan, nasi goreng itu pun habis tak tersisa.

"Bun, Freya berangkat ya!" Freya berteriak karna Tari tengah berada di garasi.

"Nggak salam nih?" sahut Tari tak kalah berteriak.

Setengah berlari Freya menghampiri sang bunda yang mulai berjibaku pada pekerjaannya.

"Freya berangkat ya bun." ujarnya seraya mencium tangan sang bunda dengan takzim.

"Frey...." suara Andre sudah terdengar di pelataran rumahnya.

"Mau berangkat sama Andre?" tanya Tari.

"Iya bun." sahutnya dan bergegas menemui Andre.

"Buruan Frey, entar telat kita." tukas Andre.

Freya hanya mengangguk lalu dengan sedikit sungkan, ia mulai duduk di jok belakang motor sport milik sahabatnya.

"Kita berangkat ya, Tan." pamit Andre saat melihat Tari berdiri di depan garasi.

Tari pun tersenyum. "Iya, hati-hati ya Ndre." sahutnya.

Berhubung sudah tak memiliki banyak waktu untuk berbasa-basi, bergegas Andre melajukan motor sport berwarna biru eletrik itu.

Setelah beberapa menit, motor itu pun tiba di sekolah. Terlebih dahulu Andre memarkirkan kendaraan roda itu di area parkir khusus para siswa.

"Astaga Ndre, dasi gue ketinggalan." Freya baru menyadari hal itu ketika bercermin di spion motor Andre.

"Kepala lo kalo nggak nyatu sama leher mungkin juga bakalan ketinggalan." Andre merespon dengan kalimat hiperbola.

"Jadi gimana nih Ndre? Mana hari ini ada razia seragam lagi." Freya terlihat panik. Tak biasanya ia ceroboh seperti itu.

"Pake dasi gue aja!" seseorang yang berada di belakang Freya dan Andre menyodorkan dasinya.

Sontak mereka berdua pun menoleh ke belakang. Tanpa mereka sadari, ternyata Tara datang di waktu yang bersamaan dengan mereka.

'Tara?! Pangeran berkuda putih gue' batin Freya seraya melamun menatap wajah Tara.

"Frey..." Andre menyenggol lengan Freya yang membuat lamunan gadis itu buyar seketika.

"Ini pake punya gue aja." ujar Tara lagi.

"Lo gimana?" tanya Freya merasa tak enak.

"Tenang aja. Gue nyimpen dasi cadangan di loker." jawab Tara.

"Gue pinjem dulu ya. Entar pulang sekolah gue balikin." Freya pun meraih dasi di tangan Tara.

"Yaudah gue duluan ya Ndre. Mau ke toilet gue." tukas Freya lagi. Dan Andre pun hanya menganggukkan kepalanya.

Kepergian Freya membuat Tara tak mengalihkan pandangannya sedikit pun. Lelaki itu terus menatap punggung Freya tanpa mengedipkan mata.

"Nggak ke kelas lo?" Andre membuka suara.

"Lo kenapa bisa bareng sama Freya?!" bukannya menjawab, Tara malah balik bertanya.

"Memangnya ada yang salah ya kalo gue barengan sama sahabat gue?" Andre berkata ketus.

"Lo sahabat Freya? Kok gue nggak tau!"

"Kudet banget lo!"

Tara terdiam sejenak. Ia sedikit syok dengan pernyataan sepupunya barusan.

"Yaudah ya, gue mau ke kelas. Udah bel itu." ujar Andre dengan malas.

"Mulai besok, lo nggak perlu jemput Freya lagi!" Tara memperingati dengan tegas.

"Kenapa? Cemburu lo? Suka lo sama Freya?!"

Lagi-lagi Tara terdiam. Andre yang sejak kecil memang tak akrab dengan Tara, akhirnya memilih berlalu dari hadapan sepupunya itu. Membiarkan Tara sendiri, mencari tau tentang kebenaran perasaannya terhadap Freya.

Di kelas, Freya sudah duduk anteng di kursinya menunggu kehadiran guru mata pelajaran biologi.

"Guys, bu Martha tadi nge wa gue, katanya beliau nggak bisa masuk hari ini karna nyokapnya masuk rumah sakit. Jadi bu Martha nyuruh kita buat kelompok belajar dan kerjain tugas halaman 207, bab 7." Vincent selaku ketua kelas berdiri di depan kelas dan menyampaikan pesan dari gurunya.

"Bab 7, yang tentang reproduksi manusia itu kan Cent?!" Reno memastikan.

"Semangat banget lo kalo udah ngebahas begituan!" cercah Hana.

"Iya dong. Naluri gue sebagai cowok nggak bisa membohongi. Ya nggak Ndre?" sambung Reno.

"Ngapain lo ngajak-ngajak gue?!" sahut Andre dengan ketus.

"Yaudah guys, dari pada kalian ribut, lebih baik kerjain tugas dari bu Martha." ujar Vincent lalu kembali ke kursinya.

Hana dan Andre pun bergegas memindahkan kursi mereka ke meja Freya dan Risa. Kalau soal membuat tugas kelompok mereka pasti selalu bersemangat. Bagaimana tidak, ada Freya yang pastinya selalu mereka andalkan.

"Dari tadi gue berasa nyium aroma parfum cowok deh. Tapi kayak familiar banget di penciuman gue." ungkap Risa seraya mengendus satu persatu sahabatnya.

"Si Andre kali." sahut Hana.

"Aroma parfum Andre mah nggak begini." tukas Risa lagi semakin mengendus seragam milik Hana, Andre lalu Freya.

"Lo pake parfum cowok Frey?" tanya Risa saat ia mendapati aroma parfum itu berasal dari dasi yang di kenakan Freya.

"Nggak." jawab Freya singkat.

"Tapi kok.... Mana aroma nya persis banget lagi sama aroma parfum Tara."

"Ya iya lah, kan itu memang dasinya si Tara." Andre akhirnya membuka suara.

"Hah?! Serius lo Ndre?" mata Risa dan Hana membulat dan hampir saja terlepas dari tempatnya.

"Demi apa lo nggak bercanda kan Ndre?" Risa mendesak Andre berkata jujur.

"Lo tanya aja sama Freya." balas Andre seolah acuh.

"Beneran Frey, itu dasinya Tara?!"

Freya mengangguk pelan.

"Wah... Nggak bisa di biarin nih. Lo diem-diem nikung gue sama Hana ya Frey!"

"Siapa juga yang nikung lo. Gue itu cuma di pinjemin dasi sama Tara. Lebay banget sih reaksi lo." balas Freya tanpa menatap Risa yang duduk di sebelahnya. Ia sibuk membalik lembaran demi lembaran buku biologi yang ada di hadapannya.

"Lo di pinjemin Tara, Frey?!" Hana seolah tak yakin dengan apa yang baru saja di dengarnya.

Lagi-lagi Freya mengangguk.

"Udah deh, lebih baik lo berdua nyerah aja. Si Tara juga nggak bakalan kepincut sama lo Ris, apalagi sama lo Han. Lo berdua bukan tipenya Tara." tukas Andre secara blak-blakan.

"Terus tipenya Tara yang kayak gimana? Kayak Freya? Iya?!" Risa tak terima.

"Kalo memang si Tara sukanya yang modelan kayak Freya, lebih baik kita mundur aja nggak sih, Ris. Jangankan menang, seimbang aja kayaknya susah." Hana yang sadar diri langsung menimpali.

"Bener banget kata Hana. Sadar diri itu penting, Ris." Andre menyetujui ucapan Hana.

Risa pun tampak kecewa. Dengan lemas ia menyenderkan tubuhnya di kursi.

"Frey, kalo lo jumpa sama Tara sampein kata-kata gue ini ya. 'Seandainya memang nggak bisa di miliki, tolong lah gantengnya di kurangin." ujar Risa menatap Freya dengan sendu.

"Kenapa jadi sad girl gini lo Ris." celetuk Andre.

"Stop ya guys. Lo pada nggak capek apa ngomongin Tara terus? Mendingan lo kerjain ini tugasnya bu Martha." ujar Freya.

"Kan ada lo Frey." kata Hana dengan santai.

"Udah hapal banget gue sama gelagat lo Han." gumam Freya.

Waktu istirahat pun tiba, sebagian siswa berlomba menuju ke kafetaria sekolah. Tak terkecuali Freya and the geng's. Mereka berempat dengan girangnya mengitari koridor, bahkan tak peduli jika harus menapaki anak tangga beberapa kali.

"Guys, gue ke toilet bentar ya." ucap Freya.

"Gue temenin ya!" tukas Risa.

"Nggak usah, Ris. Berani kok gue. Lo bertiga ke kafetaria aja duluan. Nanti gue nyusul." sambung gadis dengan poni model wispy bangs itu.

Hana dan Risa mengangguk. Sedangkan Andre hanya mengacungkan satu jempolnya. Freya dan ketiga sahabatnya itu pun berpisah di pertigaan koridor.

Dengan santai Freya berjalan menuju ke toilet siswi yang berada di dekat uks. Tanpa Freya duga, seseorang dari arah yang berlawanan dengan sengaja menabrak bahunya dan menumpahkan coffee latte tepat di seragam sekolahnya.

"Uppsss.... Sorry." Intan menatap Freya dengan sinis.

"Sengaja kan lo?!" pekik Freya tak terima.

"Siapa suruh lo menghalangi jalan gue." ujar Intan tanpa merasa bersalah sedikit pun.

"Mata lo buta apa rabun? Jalan lebar begini ngapain gue menghalangi jalan lo!" sahut Freya dengan kesal.

"Berani banget lo. Nggak tau lo siapa gue?" Intan berkacak pinggang seolah menantang Freya.

"Nggak." jawab Freya singkat dan membuat Intan semakin marah.

"Dasar belagu! sadar diri lo. Orang nggak mampu kayak lo nggak cocok sekolah di sini." cerca Intan.

Freya diam, bukan mengalah pada Intan. Melainkan pada egonya.

"Jangan karna Tara ngedeketin lo, terus lo merasa di atas angin. Inget, lo itu cuma anak penerima beasiswa.!" sambung Intan semakin menyudutkan Freya.

"Udah selesai lo ngomong?" Freya memasang raut wajah datar. Bahkan tak ada kemarahan yang tersirat di matanya.

"Dasar lo ya! kayaknya lo harus di kasih pelajaran!" dengan ringannya Intan hendak melayangkan tamparan ke pipi Freya.

"Intan!!!" suara Tara menghentikan aksi gadis berwajah tirus itu.

"Ta... Tara..?!" Intan tersentak melihat Tara sudah berdiri di depan uks.

***

1
korokoro
kaget banget Tara, jangan nakal main cubit pipi aja/Scowl/
Julia H: namanya juga modus kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!