NovelToon NovelToon
Menjadi Selamanya

Menjadi Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:21.4k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Divi hampir menyerah saat pengajuan pinjamannya ditolak, dengan alasan Divi adalah karyawan baru dan pengajuan pinjamannya terlalu besar. Tapi Divi memang membutuhkannya untuk biaya operasi sang ibu juga untuk melunasi hutang Tantenya yang menjadikan Divi sebagai jaminan kepada rentenir. Dimana lagi dia harus mendapatkan uang?

Tiba-tiba saja CEO tempatnya bekerja mengajak Divi menikah! Tapi, itu bukan lamaran romantis, melainkan ada kesepakatan saling menguntungkan!

Kesepakatan apa yang membuat Arkael Harsa yakin seorang Divi dapat memberikan keuntungan padanya? Lantas, apakah Divi akan menerima tawaran dari CEO yang terkenal dengan sikapnya dingin dan sifatnya yang kejam tanpa toleransi itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 5. Rolling and Action!

Divi kini berdiri di dalam sebuah ruang kerja, dia tidak pernah menyangka sama sekali bahwa ternyata Arkael adalah pemilik rumah sakit tempat dimana ibunya dirawat sudah beberapa hari ini. Beberapa kali Divi mencoba membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba diserang musim kemarau.

“Jadi, bagaimana?” Suara Arkael dengan warna suaranya yang deep voice menyadarkan Divi dari kecemasannya. “Kamu hanya punya dua pilihan, menerima kontrak pernikahan itu, atau bawa ibumu keluar dari rumah sakit ini dan bayar hutangmu.”

“S-saya…ehem,” Divi berdeham, tenggorokannya super

kering. “B-boleh saya minum dulu, Pak?” tanya Divi.

Arkael tentu saja tidak memberikan respon apa-apa, dia hanya menatap Divi, datar, tajam dan dingin.

“Ya, silahkan.” Bimo yang menjawab. Setidaknya, asistennya Arkael terlihat masih lebih bersahabat dan manusiawi dari pada bosnya.

Setelah tiga tegukan air mineral itu membasahi tenggorokannya, Divi akhirnya benar-benar harus menjawab dan memilih pilihan sulit yang ada di depan matanya.

“Baik, Pak. Saya terima tawaran Bapak.” Jawab Divi akhirnya. Meskipun hatinya sangat berat, dia harus melakukan hal yang dia tentang. Mempermainkan sebuah ikatan pernikahan tidak termasuk dalam daftar hidup yang ingin dia capai, meskipun belum ada satu pun dari daftar yang ditulisnya sudah dilakukannya.

“Tapi, Pak.”

Arkael menaikkan sebelah alis matanya, terlihat sangat mengantisipasi kalimat menggantung Divi.

“Apa benar Bapak akan membiayai seluruh biaya operasi dan pengobatan Ibu saya?”

“Kamu meragukan kata-kata saya?” Jelas, ini kali pertama seseorang meragukan janji yang sudah Arkael buat tepat di depan wajahnya.

“S-saya nggak meragukan, Pak. Hanya memastikan saja.”

Kata Divi sambil meringis tersenyum.

Arkael menggerakkan punggungnya agak condong ke depan, menatap Divi yang duduk di seberangnya merasakan aura mencekam yang lebih menakutkan dari pada berada di dalam wahana rumah hantu.

Pria dengan sepasang alis yang tebal dan sepasang mata yang setajam elang itu pun terlihat lebih menyeramkan dari pada hantu-hantu yang ada di dalam wahana rumah hantu yang pernah Divi masuki dulu saat berkencan dengan Bayu.

“Saya bukan tipe orang yang mengingkari janji.” Kata

Arkael tajam. “Kamu hanya perlu bersandiwara seperti apa yang tertulis pada kontrak, di depan media, publik, keluarga saya, termasuk di depan ibumu sendiri.”

Glek!

Tiba-tiba Divi mulai merasakan beban sebesar gaban numpang tidur di atas pundaknya.

“Maaf, Pak, tapi… setelah kontrak selesai, apa yang harus saya katakan pada ibu saya?”

Arkael mendengkus, “Itu bukan urusan saya.”

Kenapa Divi merasa hidupnya selalu saja sial!

Sepertinya kesialan itu dimulai sejak ayahnya yang memutuskan untuk meninggalkan mereka demi pelakor berbokong silikon. Ah, kenapa semua laki-laki harus menyebalkan! Ayahnya, Bayu dan kini pria tampan yang mengintimidasi dirinya, memanfaatkan kesulitan hidup Divi demi kepentingannya sendiri tanpa peduli bagaimana nantinya kontrak itu akan membuat Divi mungkin kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan jodohnya, tanpa peduli bagaimana nantinya hati Ibu bersedih karena anaknya menjadi janda, meski Arkael menanggung semua biaya hidupnya dan ibunya.

Tapi, Divi memang tidak lagi bisa memilih, satu-satunya jalan kini yang ada di depan mata adalah uang dan kekuasaan yang dimiliki Arkael yang bisa memberikan jalan keluar untuk ibunya, karena satu-satunya kerabat yang dipunya oleh sang ibu malah menjadikan Divi jaminan hutang pada rentenir tua bangka, dan kini tantenya itu entah dimana.

“Tapi, Bapak bener ya, nggak akan menyentuh saya?”

“Cih! Kamu itu bahkan tidak mendekati tipe saya.”

Divi meraih pulpen di atas meja, dan akhirnya menggerakan tangannya di atas surat perjanjian itu.

Ibu…maafin Divi, Divi terpaksa.

* * *

“Kita mau kemana, Pak?” Tanya Divi. Mereka masih di dalam rumah sakit, mereka bertiga kini berjalan di dalam koridor dari kamar-kamar perawatan mahal di rumah sakit itu.

“Bertemu dengan Kakek Pak Kael.” Bimo yang menjawab, karena sepertinya Arkael sedang cosplay sakit sariawan.

“Kakek Pak Kael?”

“Ya, namanya Tuan Argam, beliau sangat ingin Pak Kael menikah, jadi pastikan kamu terlihat tulus mencintai Pak Kael.”

Lagi-lagi Divi merasakan tenggorokannya kering. Dia tidak menyangka, sandiwara ini akan dimulai saat ini juga. Mereka tiba di depan sebuah pintu kamar perawatan. Arkael tiba-tiba saja mengulurkan tangannya pada Divi.

“Kondisikan ekspresimu, jika Kakek saya tidak percaya dengan sandiwaramu, maka kontrak batal dan ibumu akan keluar dari rumah sakit ini.” Ancaman Arkael sungguh kejam, bagaimana mungkin pria itu mengancam Divi dengan nyawa ibunya?

Divi menarik napas panjang kemudian menyambut uluran tangan itu dengan canggung dan takut.

Arkael mengernyit sejenak begitu merasakan betapa dinginnya telapak tangan Divi, dia seperti menggenggam bongkahan es batu alih-alih telapak tangan yang bahkan tidak lebih besar dari telapak tangannya.

“Semangat!” Bimo masih sempat membisikan kata itu sebelum dia membukakan pintu.

Seorang lelaki berusia lanjut tengah duduk di atas kasur, pria itu terlihat tengah menikmati makan malamnya saat dua pria dan satu perempuan masuk dan menyapanya.

“Siapa yang kamu bawa itu, Ar?” tanya Tuan Argam.

“Calon istri.”

Hah? Divi tertegun, dia sampai menengok melihat Arkael dengan tatapan tak percaya, bagaimana pria yang sejak kali pertama mereka bertemu selalu bicara dengan nada datar, terkesan dingin itu tiba-tiba saja berubah menjadi lembut dan hangat, bahkan sorot mata tajam itu pun juga lenyap!

Pria itu bagaikan dua orang yang berbeda.

Divi masih tertegun, dan tambah tertegun kala Arkael menengok kepadanya dan memeregokkinya yang sedang menatapnya dengan tatapan tak percaya, apa lagi kini Arkael tersenyum padanya. Senyum sungguhan, bukan senyum meremehkan atau senyum menyeringai. Bukan, tapi senyum seorang pria kepada perempuan yang dicintai.

Gilak! Aktingnya patut mendapatkan penghargaan.

“Sayang…”

Wah! Bahkan sampai ada panggilan mesra seperti itu.

“Eh, iya, maaf, aku cuma selalu suka saat kamu bicara lembut begitu.” Balas Divi tak kalah lembutnya.

Dalam hati Bimo menggeleng salut pada dua orang di depannya itu.

“Halo Kakek, namaku Divi, salam kenal, Kakek.” Kata

Divi seraya mengulurkan tangan untuk meraih tangan Tuan Argam dan mencium punggung tangan lelaki itu dengan sopan yang tidak berlebihan, pas!

Tuan Argam tentu saja menatap Divi dengan tatapan penuh kecurigaan, pasalnya, baru satu minggu yang lalu, Arkael masih saja mencari-cari alasan untuk memenuhi permintaan sang kakek, juga mencari alasan untuk selalu menolak perjodohan yang diatur mamanya, tapi kini, tiba-tiba saja datang, membawa perempuan yang diperkenalkan sebagai calon istri.

Tuan Argam memundurkan mejanya, yang dengan sigap disingkirkan oleh Bimo ke samping tempat tidurnya. Dia duduk bersila dengan kedua tangannya yang dilipat di depan dada.

Meski keriput jelas menandakan usia Tuan Argam, tapi bukan berarti Tuan Argam kehilangan kharismanya, bahkan  dalam balutan baju pasien.

“Jadi,” Tuan Argam bersuara. “Berapa kamu dibayar untuk berpura-pura menjadi calon istri bocah itu.”

“Kakek…” Suara Arkael terdengar protes.

Bimo terus saja memantau, mungkinkah Tuan Argam tidak mempercayai sandiwara ini?

“Dibayar?” Divi mengulang, dia memasang wajah bingung seolah menuntut penjelasan dari Arkael. Wah, kali ini Bimo ingin mendaftarkan Divi sebagai artis pendatang baru yang berbakat. “Apa kamu pernah membayar seseorang untuk menggantikan posisiku? Hanya karena…” kata-kata Divi menggantung, dia memejamkan mata, seperti seseorang yang sedang mengendalikan emosinya. Begitu dia membuka mata, tangan Divi melayang memukul dada Arkael, matanya sudah berkaca-kaca.

“Jahat sekali!”

“Sayang…”

“Kakek maaf, aku permisi sebentar.” Divi membungkukkan tubuhnya sopan, mencium kembali punggung tangan Tuan Argam sebelum pergi keluar dari kamar itu.

“Sayang! Divi!” Panggil Arkael dengan nadanya yang putus asa. Kemudian dia menatap kakeknya dengan tatapan kesal. “Kenapa Kakek harus begitu? Argh!” Arkael mengusap wajahnya kasar.

“Sulit membawa Divi untuk mau bertemu dengan Kakek, karena dia selalu merasa nggak sederajat dengan kita, dan Kakek malah ngomong seperti itu! Lihat saja, kalau sampai Divi berpikiran macam-macam dan minta putus, aku nggak akan menikah sampai kapan pun!” Ancam Arkael dengan nada kesal kemudian menyusul Divi keluar dari kamar itu.

Untuk sejenak, Bimo menahan napas, dia menunggu bagaimana reaksi Tuan Argam dengan perasaan was-was. Sepanjang yang Bimo tahu, Tuan Argam bukan orang yang gampang percaya begitu saja.

“Bimo,” Panggil Tuan Argam.

“Saya, Kek.” Bimo mendekat.

“Kamu pasti punya dokumen data diri dari perempuan

itu, kan?” tanya Tuan Argam dengan ekspresinya yang tenang, tapi justru patut dicurigai.

“Punya, Kek.” Wah, gawat ini, kalau sampai Kakek mencari tahu…

“Siapkan prosesi akad nikah untuk dua bocah itu.

Hahahaha. Aku suka gadis itu, dia gadis yang sopan! Cicitku nanti akan menjadi orang yang hebat! Hahahaha!”

.

.

.

Bersambung~

1
Boma
loh kemana arkael thor,masa di dapur ada yg nyulik
Boma
lanjut,bobol gawangnya
Umie Irbie
siiiiiiiaaaaaap🤣
Boma
ulat bulu datang
Boma
😄😄ketauan boong,pasti kecelakaanya di sengaja
Boma
maksudnya ini apa ya,apa kecelakaan di sengaja biar divi maubalik lgi ke arkael
Muri
kok ada yaaa ayah bejat kaya gitu sama anak kandungnya sendiri.
Boma
mau ya divi moga kael mau nerima kamu sepenuhnya,walau pun kamu gak perawan lgi
Umie Irbie
yaaaah...divi udah ngg prawan sama ayah nya sendiri😏😫 kirain bisa di gagalin 😒😩 ternyata tetap di pake,😩😒😫 iyaaa itu mah ngg pantas untuk kael
Boma
ya ampun ayah kandung iblis itu mah
Boma
terus berjuang el,untuk meyakinkan divi
Boma
pasti divi salah paham,di kiranya akan mengakhiri pernikahan kontraknya
Boma
padahal kakek cuma ingin tau perasaan kael yg sesungguhnya
Boma
mending jujur aja divi,kalo perasaan itu ada,tapi sllu menepisnya,karna tak sepadan dgn arkael,moga kakek merestuimu divi
Boma
pasti rana,makin runyam
DwiDinz
Siapa tuh yg nguping? Rana atau divi? 🤔
Boma
kamu aja yg ambil,biar nanti terbiasa😄
Umie Irbie
kok ayah siiii thoooor 😱🤔🤔 punya
traumakah ????
Umie Irbie
othooooor random bangeeeet dewhhh,. masa rumahnya kael yg mewah ada tokek 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤪
Umie Irbie: wahhahahahahaha,. 🤣🤣🤣🤣🤣 di hotel pulaaaa 😒😒😒🤣🤪
Kiky Mungil: mending kalo di rumah, tapi ini di hotel kak, eh, tokeknya juga mau ikut bobo dihotel kayaknya 😅😅😅
total 2 replies
Boma
kirain ada yg ngetuk pintu,eh toke😄ada2 saja
Kiky Mungil: tokeknya jadi room service 😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!