Penjara CEO Dingin

Hari ini Kanaya tengah dalam perjalanan bersama Leo menuju KUA di pusat kota dimana pernikahan mereka akan di lakukan tanpa kemeriahan seperti pernikahan yang di impikan banyak wanita begitu juga dengan Kanaya.

Sepanjang perjalanan Kanaya terlihat murung dan memilih untuk melihat ke luar kaca jendela mobil yang terus melaju dengan kecepatan sedang.

Diam-diam Leo memperhatikan gerak-gerik Kanaya ,ia sadar jika saat ini gadis itu sedang ke bingungan dan dalam keadaan prustasi harus menikahi dirinya.

" Kenapa kau terlihat murung sejak tadi?" tanya Leo.

Kanaya diam tak menjawab ataupun melirik ke arah Leo, dan tetap memandang keluar jendela yang sengaja ia buka.

" Kau sengaja tidak ingin menjawabku atau kau pura-pura tak mendengar?" kembali Leo berkata.

Kanaya masih tetap tak bergeming dan tetap pada posisinya ia malah menutup mata dan membiarkan angin menerpa wajahnya membuat beberapa helai rambutnya tertiup angin menutupi wajahnya

Sementara Leo yang melihatnya ingin sekali membenahi rambut Kanaya, namun ketika tangannya terulur tertahan begitu saja di udara .

Ia sendiri merasa bingung dengan sikap dirinya terhadap Kanaya ada rasa bersalah juga penyesalan terhadap gadis itu, sesaat ia seolah terpesona di tatapnya Kanaya yang meskipun tanpa polesan make up ia masih terlihat cantik dan juga memukau.

" Andaikan kita bertemu di situasi yang berbeda" batin Leonard.

Untuk beberapa saat Leo terdiam dan larut dalam pemikirannya tentang Kanaya, tiba-tiba Kanaya membuka matanya dan hal itu membuat Leo terkejut.

" Kau...kau mau apa?" tanya Kanaya saat mendapati tangan Leo yang masih tertahan di udara.

Leo menarik tangannya dan mencoba mencari alasan yang tepat untuk menghindari tatapan Kanaya.

" Tidak ada...barusan aku melihat ada serangga yang masuk , aku bermaksud menutup kaca jendela mobilnya" ucap Leo.

" Benarkah?" Kanaya melihat ke sekeliling ruang mobil mencari keberadaan serangga yang Leo maksud.

Namun sepertinya tak ada tanda-tanda ada serangga dalam mobil mewah itu.

" Kau bohong? Mana ada serangga sedari tadi aku tak melihatnya "

" Kau tidak bisu? Ku kira kau bisu secara tiba-tiba karena akan menikahiku"

" Heh...kau tahu Tuan Muda ucapanmu sungguh tidak lucu, aku tidak bicara karena aku malas bicara dengan orang egois sepertimu"

" Kau??? Beraninya kau berkata seperti itu kepadaku?" Leo membulatkan matanya membuat Kanaya sedikit bergidik ngeri dengan tatapan tajam seorang Leonard.

Leo mencengkram dagu Kanaya membuat tubuh Kanaya gemetar dan meringis kesakitan.

" Hanya karena aku akan menikahimu, bukan berarti kau bisa bersikap seenaknya padaku, ingat alasan kenapa kau bisa di posisi ini saat ini "

" Sakit... Lepaskan aku "

" Jadi mulai saat ini jangan berani-beraninya kau bersikap sesukamu, kau harus mengikuti semua yang ku perintahkan kau mengerti?"

Kanaya menunduk sedih bulir air mata mulai mengalir membasahi pipinya perlahan ia mengusapnya dengan kedua tangannya sakit dan pedih yang ia rasakan tak sebanding dengan sakit hati yang kini ia rasakan dan entah sampai kapan semuanya akan berakhir atau ini hanyalah awal, awal dari mimpi buruknya.

" KAU MENGERTI??"

Kanaya terhenyak dengan suara bentakan Leo yang menggelegar membuat ia berhenti untuk menangis dan sang sopir juga ikut terkejut dengan suara Leo.

" Aku...aku mengerti"

" Bagus, rapikan pakaianmu sekarang kita sudah sampai, jangan sampai kau membuatku malu di hadapan semua orang" ucap Leo dengan tegas tanpa menoleh ke arah Kanaya sedikitpun.

Benar saja mereka sudah tiba di KUA kedatangan mereka sudah di tunggu Alan para pengawal dan juga kedua orang tua Kanaya, Hadi , Irma dan juga Arga.

" Diam di mobil sebelum aku menyuruhmu untuk turun " titah Leo.

Kanaya yang tadinya bermaksud untuk keluar dari mobil pun mengurungkan niatnya, Leo keluar terlebih dahulu dari dalam mobil dengan pintu mobil di bukakan oleh Alan yang menyambutnya.

" Selamat datang Tuan Muda, mari saya perkenalkan ini Tuan Hadi Dinata dan Istrinya Nyonya Irma Dinata orang tua Nona Kanaya, dan ini Tuan Arga Dinata Kakaknya Nona Tuan Muda"

Leo, mencium tangan Hadi, Irma dan berjabatan tangan dengan Arga saling memperkenalkan diri.

" Terimakasih karena kalian telah merestui pernikahanku dengan Kanaya" ucap Leo basa- basi.

" Kami , yang berterima kasih Karena kau mau menikahi putri kami , kami dengar dari Alan kau sangat mencintai Naya , kami merasa sangat senang dan bahagia mendengarnya semoga kalian bisa hidup bahagia selamanya dan rukun selalu" ucap Irma tulus

Hal itu membuat Leo terdiam sejenak buru-buru ia berusaha mengalihkan pembicaraan dengan menggangguk sejenak dan beranjak untuk membukakan pintu mobil untuk Kanaya.

Kanaya mau tidak mau menerima uluran tangan Leo yang menyuruhnya untuk turun dari mobil dengan memasang wajah bahagia tak ingin orang tuanya sampai curiga.

" Sayang, ayo turun keluargamu sudah menunggu" ucap Leo dengan lembut.

" Naya..." panggil Irma.

" Ibu..., Ayah... Kak Arga"

Kanaya segera berlari menuju orang yang selama ini ia rindukan setelah hampir satu bulan tidak bertemu.

Hadi memeluk putrinya itu dengan penuh kerinduan begitu juga dengan Irma dan Arga ke tiganya memeluk Kanaya dengan erat saling melepas rindu.

" Sayang , kau kemana saja? Ayah dan Ibu sangat mencemaskanmu , kau tahu Kakakmu setiap hari selalu mencari-carimu dan pulang dengan wajah sedih karena tak berhasil menemukanmu" ucap Irma dengan berurai air mata.

" Naya, minta maaf... Naya sudah membuat kalian bersedih maafkan Naya, Ayah, Ibu , Kak Arga" Kanaya dengan terisak.

" Sudah...sudah jangan menangis hari ini hari bahagiamu jangan di hiasi dengan tangisan" timpah Arga

Hati Kanaya seolah-olah tersayat mendengar perkataan Arga, yang seharusnya membuatnya bahagia tapi malah membuatnya semakin merasa hancur.

" Kak Arga, andaikan saja kau tahu yang sebenarnya terjadi padaku , kau tak akan mengatakan itu..." batin Kanaya.

" Ya sudah , ayo kita masuk acaranya harus segera di lakukan " ucap Hadi.

" Maaf, mengganggu kebersamaan kalian , tapi kalian telah membuat calon istriku menangis dan aku sangat tidak suka melihatnya menangis"

Leo dengan perlahan menarik Kanaya dan memeluk gadis itu dengan penuh kelembutan dan tak lupa ia mendaratkan sebuah kecupan di kening Kanaya membantu Kanaya gugup di perlakukan seperti itu tanpa ia duga kalau Leo akan bersikap begitu lembut.

" Kau beruntung Nay, calon suamimu begitu mencintaimu sayang" ucap Irma bersyukur melihat kebahagiaan putrinya itu.

" I..iya, Bu" Kanaya dengan tergagap

Semua orang pun masuk ke kantor KUA itu dan dengan di dampingi para saksi dari keluarga Leonard yaitu Alan dan dari keluarga Kanaya adalah orang tua dan juga Arga mereka melangsungkan pernikahan secara agama dan juga negara.

Meskipun dengan berat hati Kanaya mencoba untuk berdamai dengan hati dan keadaan yang memaksanya untuk melakukan pernikahan itu.

Ia pun berjanji di dalam hati meskipun pernikahan itu ia lakukan karena terpaksa tapi baginya kini Leo adalah suaminya, suami yang harus ia patuhi dan ia hormati seperti yang selama kedua orang tuanya ajarkan.