Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CEK KANDUNGAN
Pagi hari, Romeo sudah harus dihadapkan dengan pemandangan yang sangat menyesakkan. Rere, wanita itu duduk diatas gazebo sambil memekuk kedua lututnya yang ditekuk. Bahunya berguncang, pipinya basah dan sesekali, jari jari lentiknya terlihat menyeka butiran bening yang terus terusan keluar dari sudut matanya.
Melihat Romeo berjalan menghampirinya, buru buru Rere menurunkan kaki dan menghapus sisa air mata yang masih membasahi pipinya.
Rumah sedang dalam kondisi sepi saat ini, kedua orang tua Rere sudah berangkat bekerja.
Romeo duduk disebelah Rere, menyisakan jarak beberapa senti diantara mereka.
"Kau tahu, semalaman aku mencari diseluruh market place tapi tak ketemu. Susah sekali mencari stoknya, atau mungkin memang tak dijual dimana mana?"
"Apa?" tanya Rere sambil menoleh kearah Romeo. Penasana benda apa yang begitu sulit ditemukan.
Romeo menyeka sisa air mata yang masih ada dipipi Rere. "Ini?" Dia menunjukkan jarinya yang basah. "Tidak ada yang menjual air mata. Jadi jangan buang barang berharga ini dengan sia sia."
Bukannya menuruti kata Romeo, tangis Rere malah pecah. Suasana hati yang gundah gulana, membuatnya sangat sensitif. Dan entah kenapa, ucapan Romeo justru membuat dia ingin menangis.
"Apa aku boleh tahu, apa yang membuatmu menangis?"
Rere hanya diam, bukannya tak ingin memberitahu, tapi rasanya tidak pantas. Tak pantas seorang istri mengatakan jika dia menangis karena merindukan pria lain.
Dalam keheningan itu, tiba tiba ponsel Rere yang tergeletak diatas gazebo berdering. Layar menyala itu menampakkan foto Rere bersama Haikal. Menyadari jika tatapan Romeo tertuju pada ponselnya, cepat cepat Rere mengambil dan menjawab panggilan dari mamanya.
Jia hanya ingin menyampaikan jika hari ini dia dan suaminya akan pulang terlambat. Mereka harus kerumah teman sejawat yang sedang berduka. Setelah mengatakan itu, sambungan telepon dimatikan.
"Aku akan mengganti wallpapernya." Rere merasa tak enak hati.
"Tidak perlu jika itu karenaku." Romeo mengambil ponsel tersebut lalu meletakkannya ditengah tengah mereka berdua. "Aku tahu untuk melupakan seseorang yang pernah sangat berharga dihidup kita itu tidak mudah. Aku tidak akan memaksamu, pelan pelan saja. Aku tak mau kau menangis seharian karena merindukan Haikal yang fotonya sudah tak dapat kau lihat lagi dilayar ponsel."
Rere tertawa sambil meneteskan air mata. "Apa aku semenyedihkan itu?"
"Tidak. Juliet saja rela mati untuk Romeo. Jika kau hanya menangis untuk Haikal, itu tak terlalu menyedihkan."
Rere tertawa mendengarnya. Mungkin jika tidak ada Romeo, dia akan menangisi Haikal sepanjang hari ini. Membiarkan matanya bengkak demi meluapkan kerinduan yang menyesakkan dada. Kehadiran Romeo mampu membuatnya sejenak melupakan Haikal.
"Beruntung sekali Haikal, bisa dicintai oleh wanita sepertimu." Meski sudah tahu itu sejak awal, Romeo merasa ada rasa berbeda saat mengatakannya, hatinya terasa sakit. Apa ini artinya, dia sudah mencintai Rere?
"Haikal orang yang baik, sama sepertimu. Aku yakin, banyak sekali wanita yang dengan mudah bisa mencintai pria seperti kalian. Bu Risa pasti sangat bangga memiliki anak anak seperti kalian."
Mungkin benar untuk Haikal, tapi aku tidak. Aku tak sebaik Haikal, tak sebaik yang kau pikirkan. Andai saja kau tahu apa yang telah aku perbuat padamu, kau mungkin akan sangat membenciku Re.
"Besok aku akan ke Jepang, bagaimana jika hari ini, kita cek kandungan."
Rere mengusap perutnya sambil tersenyum getir. Bisa bisanya Romeo kepikiran cek kandungan saat dia sendiri tak peduli tentang itu.
"Sepertinya tidak perlu. Janin ini sangat kuat, dia pasti baik baik saja. Bahkan setelah perutku aku pukul dan remat kasar, dia masih baik baik saja. Mungkin memang janin setan sekuat ini."
"Re.." Romeo tak terima dengan itu.
"Tapi benarkan, aku tiba tiba hamil tanpa tahu siapa yang melakukannya. Janin ini tiba tiba ada begitu saja, apa namanya jika bukan janin ajaib alias janin setan."
Romeo membuang nafas kasar sambil meraup wajah dengan kedua telapak tangannya. Tak terima anaknya dikatakan anak setan, tapi dia tak bisa berbuat apa apa.
Romeo menarik sebelah tangan Rere lalu menggenggamnya atas pangkuan. "Aku tahu kau tidak menginginkan janin itu. Tapi janin itu tumbuh didalam dirimu. Kau boleh membenci pria bajingan itu, tapi jangan janin itu. Bagaimanapun, dia darah dagingmu, dia ada ikatan denganmu. Ikatan yang sangat erat, yaitu ibu dan anak."
Lagi, Romeo membuat Rere meneteskan air mata. Rere tahu janin itu tidak bersalah. Tapi keberadaannya, membuatnya benci. Membuatnya merasa kotor. Dan yang paling membuatnya marah, masa depannya berantakan karena kehadirannya.
"Kita kedokter ya?" Romeo kembali membujuk, dan akhirnya Rere mengangguk.
.
.
.
Romeo berusaha menahan air mata saat melihat anaknya dilayar. Tapi dia tak boleh terlalu menunjukkannya karena tak mau Rere nantinya curiga.
"Janinnya sehat, usianya sudah 10 minggu."
Rere menatap layar monitor. Ada rasa bersalah dihatinya. Janin sekecil itu, berulang kali dia sakiti. Beruntung keadaan baik baik saja.
"Istri saya sering menglami morning sickness, bisakah diberi obat untuk mengurangi mualnya."
"Tentu saja Pak, nanti saya beri."
Rere menatap tangannya yang sejak tadi digenggam oleh Romeo. Bagaimana bisa seorang pria yang baru dia kenal bisa sebaik dan sepeduli ini padanya. Dan yang lebih mengherankan, bisa menerima anak haram dalam kandungannya. Sungguh susah untuk diterima logika.
Saat hendak keluar dari rumah sakit, tiba tiba Romeo menyadari jika ponselnya tidak ada. Seingat dia, tadi ponsel itu dia letakkan diatas meja dokter.
"Sepertinya ponselku tertinggal, tunggulah disana sebentar." Romeo menunjuk kursi tunggu yang ada dilobi. Begitu Rere mengangguk, Romeo bergegas kembali keruangan dokter. Semoga saja disimpan oleh dokter tersebut, tidak diembat oleh pasien yang lain.
Rere penasaran dengan hasil print out usg yang ada didalam kantong keresek bersamaan dengan obat dan vitamin. Dia mengambil benda itu, memperhatikannnya sambil berjalan menuju kursi tunggu.
"Aww.." Tiba tiba ada yang tak sengaja menyenggol bahu Rere hingga hasil print out uang ada ditangannya jatuh.
"Sorry." Ujar pria yang menabraknya sambil membantu mengambilkan hasil print tersebut.
"In_" Ucapan pria itu menguap diudara saat mengetahui siapa yang dia tabrak.
"Haikal."
selamat meo n rere 💐🤗
momen yg dinanti reader, pengakuan Romeo, dan akhir cerita kisah Romeo nd Rere /Slight/
deg-degan juga menuggu momen itu 🙁