NovelToon NovelToon
ALTAIR: The Guardian Eagles

ALTAIR: The Guardian Eagles

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur
Popularitas:16.5k
Nilai: 5
Nama Author: Altairael

[MOHON DUKUNGAN UNTUK CERITA INI. NGGAK BAKAL NYESEL SIH NGIKUTIN PERJALANAN ARKA DAN DIYAN ✌️👍]

Karena keserakahan sang pemilik, cahaya mulia itu pun terbagi menjadi dua. Seharusnya cahaya tersebut kelak akan menjadi inti dari kemuliaan diri si empunya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya---menjadi titik balik kejatuhannya.

Kemuliaan cahaya itu pun ternoda dan untuk memurnikannya kembali, cahaya yang telah menjadi bayi harus tinggal di bumi seperti makhluk buangan untuk menggenapi takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Altairael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SEMAKIN ANEH

Pakde Suro tidak hirau pada si penjaga vila yang mengalami kesulitan, matanya terus terpaku menatap dua makhluk mengerikan berkepala bayi bertubuh kadal yang tiba-tiba berhenti di jarak kira-kira dua meter, seperti ada tali kekang yang ditarik untuk menghentikan mereka secara paksa.

Pipi gembil kemerahan, mulut---yang sama sekali tidak imut seperti bayi pada umumnya---mencebik seperti hendak menangis dan terdengar suara-suara aneh menyerupai rengekan. Mata mereka menatap polos.

Berdasarkan pengalaman beberapa waktu lalu, Pakde Suro dan Laras tidak akan tertipu dan lengah lagi pada yang terlihat polos itu. Tadi, mereka sempat merasa ragu untuk menyerang karena tidak tega, hasilnya malah mereka yang dijadikan bulan-bulanan oleh bayi-bayi kadal raksasa itu.

Si penjaga vila gemetaran luar biasa dan semakin merapat pada Pakde Suro. Dia tidak bisa melihat kadal yang dihadapi Arka, tetapi kedua kadal yang baru datang ini dia bisa melihatnya. Rasa-rasanya mau pingsan saja dan sadar saat semua ini telah selesai, tetapi sialnya dia dari tadi tidak pingsan juga.

Arka mengerling jam yang tergantung di dinding, lurus di depannya. Dia harus segera menyelesaikan semua ini sebelum orang-orang yang dalam perjalanan kemari sampai. Jarak tempuh Madiun-Magetan tidak sampai satu jam, tetapi sepertinya si penjaga vila kesulitan menghubungi mereka.

"Jangan salahkan aku jika terlalu kejam." Sembari menggumam, Arka mengangkat tangan kanan hingga melampaui kepala. "Aku membutuhkanmu," gumamnya lagi. Tegas, tetapi sopan, seperti sedang meminta kepada seseorang yang sangat dihormati.

Diiringi suara menderu, cahaya memanjang sangat terang tiba-tiba muncul di tangan kanannya, berpendar-pendar menyilaukan. Pakde Suro dan Laras serta penjaga vila menatap dengan mata dan mulut terbuka lebar.

Cahaya itu, dari bagian ujung yang mengacung ke udara, perlahan bergerak turun dan berkumpul di bagian bawah yang digenggam Arka. Untuk beberapa saat berpendar-pendar lembut, lalu meresap masuk ke dalam tangannya. Saat itu juga tubuh pemuda itu bercahaya sangat terang. Sekarang, di tangannya tergenggam sebilah pedang bergagang emas, bagian tajamnya berkilat-kilat bagai cermin tertimpa cahaya matahari. Luar biasa!

Sungguh tidak bisa dipercaya. Sejak kapan Arka memiliki pedang yang bisa muncul tiba-tiba tanpa tahu dari mana berasal? Lalu, bagaimana bisa tubuhnya juga bercahaya? Ini adalah untuk pertama kali Pakde Suro dan Laras melihatnya.

"Ayah, sebenarnya Mas Arka itu siapa?" tanya Laras linglung karena saking syoknya.

Apakah Arka bukan manusia? Setidaknya bukan manusia biasa mungkin. Bukankah saat ditemukan dulu pakaiannya aneh, jubah putih cemerlang. Manusia mana yang mengenakan jubah untuk dipakai sehari-hari? Kecuali dia seorang imam. Mungkinkah?

"Entahlah." Setelah cukup lama terdiam, Pakde Suro akhirnya bersuara.

Pria itu menatap tertegun, hilang kewaspadaan karena terpesona oleh aura agung yang menguar dari tubuh Arka. Namun, sesaat kemudian suara erangan kadal-kadal itu mengejutkannya.

Ketiga kadal meraung histeris memekakkan pendengaran. Pria penjaga vila menjatuhkan ponsel sekaligus menjatuhkan diri hingga menelungkup di lantai sambil menutup telinga menggunakan tangan, sedangkan Pakde Suro dan Laras meski juga menutup telinga, tetap mencoba bertahan berdiri tegak dengan susah payah.

Pertahanan mereka kendur. Kedua makhluk yang sedari tadi mengancam pun tidak membuang kesempatan. Pakde Suro dan Laras tercengang, tidak mampu bergerak ketika makhluk-makhluk itu menyerang. Jangankan bergerak, sekadar berteriak minta tolong pun mereka tidak mampu.

"Aaarrrhhhggg! Ampuuuuuun!" Ini adalah suara teriakan histeris si penjaga vila yang alih-alih berlari menghindar, malah lebih rapat menelungkup ke lantai.

Arka bisa melihat situasinya dengan sangat jelas. Seperti mampu melihat menembus kepala, dia menyabetkan pedang ke arah kedua kadal tersebut. Sementara matanya tetap fokus pada kadal besar yang masih meraung-raung.

Sinar kebiruan melesat, menghantam telak kedua makhluk mengerikan itu hingga terpental entah ke mana. Tubuh mereka menembus tembok, menyisakan suara mengaing nyaring bagai anjing dirajam.

Marah karena kedua temannya telah disakiti, si kadal melompat, menyerang Arka yang tetap berdiri tenang seperti tidak berniat menghindar.

"Arka, awas!"

"Menghindar, Mas!"

Pakde Suro dan Laras berteriak bersamaan, tetapi setelahnya justru dibuat lebih terkejut oleh tindakan Arka. Pemuda itu tetap bergeming di tempat, hanya tangan pemegang pedang saja yang bergerak cepat mengacung ke depan, menyongsong si kadal. Tepat menembus bagian bawah leher.

Wajah kadal itu pun berhenti tepat beberapa senti di depan Arka. Aroma busuk napasnya menyapu wajah pemuda itu, tetapi dia tidak menghindar sedikit pun. Matanya beradu tatap tajam dengan mata besar si kadal tanpa berkedip. Rahang menonjol tegas karena geraham mengetat. Raut wajah kakunya seolah mengutuk mampus, tetapi enggan membuka mulut.

Laras memejamkan mata rapat-rapat, tidak ingin menyaksikan apa yang terjadi. Terlalu mengerikan untuk dilihat. Cairan kental kecokelatan mengucur deras dari mana pedang Arka menancap. Air liur pun tidak berhenti mengalir, sungguh berkali-kali lebih menjijikan.

Pelan dan pasti, kadal itu kehilangan tenaga. Kelopak mata yang mulai layu perlahan menutup. Baru saja Arka berniat hendak menarik pedangnya, tetapi terperanjat karena benda itu tiba-tiba saja menghilang bersama si kadal.

"Astaga! Apa yang terjadi?" Pemuda itu memandang bingung tangan kanannya lalu mengedar pandang ke sekitar. "Pakde Suro?"

Pakde Suro terbengong dan tidak bisa berkata-kata. Apa yang terjadi barusan sungguh mengejutkan dan sulit untuk dipercaya. Rasanya seperti sedang berhalusinasi. Ketika mereka masih dalam kebingungan seolah semua yang terjadi hanyalah ilusi dalam mimpi, tiba-tiba terdengar suara-suara teriakan dari luar vila.

"Balik, masuk mobil? Cepat!"

"Kamu juga, An!"

"Ayo balik, An!"

"Nggak usah mikir aku! Cepat masuk mobil."

Wajah Arka menegang. "An?" gumamnya.

Mendengar dan mengingat nama An, wajah Laras jauh lebih tegang dan pucat dari saat menghadapi makhluk mengerikan tadi. Ketika Arka dan Pakde Suro menghambur ke luar diikuti oleh si penjaga vila, gadis itu hanya terpaku di tempat. Rasa takut pada nama An yang kemungkinan besar akan menjauhkan Arka darinya, jauh lebih besar dibandingkan dari segala makhluk paling mengerikan mana pun.

"Yak, Jayak, bawa Intan!" Diyan berteriak sembari menyongsong makhluk berkepala bayi bertubuh kadal yang hendak menerkam Intan.

Diyan dan makhluk itu bertabrakan hebat. Keduanya sama-sama terhempas ke belakang, si kadal menghantam pohon, sedangkan Arka menggelesar di tanah berumput dan berguling-guling.

"An!" Intan berteriak histeris sembari berontak ingin melepaskan diri dari pemuda berambut keriting yang mendekapnya. "Lepaskan aku, Yak! Kalau kamu nggak mau nolong biar aku saja! Dasar pengecut!"

"An minta aku jaga kamu!" Jayak mengangkat Intan, lalu memanggulnya tanpa peduli sumpah serapah yang dilontarkan gadis itu .

Setelah melemparkan tubuh Intan ke dalam mobil yang pintunya sudah dibuka oleh Niko, dia segera menutup pintu kembali sambil berkata, "Kamu tetap di sini jaga dia." Kemudian segera berbalik dan berlari ke arah Diyan yang masih berusaha untuk bangkit. Di saat bersamaan kadal yang lain juga sedang menyerbu ke arah Diyan .

"An, awas! Menghindar! Cepat bangun, An!" Suara jerit panik, histeris luar biasa ini mengejutkan semua yang ada di tempat itu.

Jayak bahkan seketika itu juga berhenti berlari, lantas hanya terpaku sekaligus terbengong, menatap sosok Arka yang berlari kencang seperti terbang menyongsong tubuh kadal berkepala bayi yang nyaris saja berhasil menyerang Diyan. Tubuh Arka terbanting keras ke tanah.

"Mas Arka?" Jayak bergumam linglung.

"Mas Arka!" Diyan berteriak sekuat tenaga sampai wajah memerah, urat pelipis serta urat leher mengencang dan menonjol. Bahkan seketika itu juga bisa berdiri sempurna, lalu berlari menghampiri Arka.

Arka pun tidak peduli dengan kondisi tubuhnya yang terasa remuk, langsung bangkit dan menyongsong adiknya. Seperti tidak pernah mengalami lupa ingatan, keduanya berpelukan erat sambil terus saling memanggil.

Makhluk-makhluk mengerikan itu mendadak sirna. Suasana menjadi begitu tenang seolah tidak pernah terjadi kegaduhan. Waktu pun seakan membeku, orang-orang yang ada di situ bergeming di tempat dengan mata dan mulut terbuka lebar karena syok.

Dua sosok altair yang bertugas mempertemukan keduanya, bersorak kegirangan sambil melakukan tos. Mereka menyaksikan semua yang terjadi, bahkan sesungguhnya semua itu adalah permainan mereka, lebih tepatnya ulah Altair Suli. Itulah cara ekstremnya untuk mempertemukan anak-anak Gaganantara.

Memberi mereka efek kejut dengan menghadirkan ketegangan serupa, seperti yang dulu pernah mereka alami. Supaya jiwa mereka tergugah, lalu tanpa sadar langsung bisa saling mengenali begitu bertemu.

"Kita berhasil, Altair Tawang! Apa kubilang? Semua pasti berjalan lancar!" suara Altair Suli melengking saking girangnya.

Altair Tawang terkekeh berat, altair pria itu sudah hampir menangis karena haru. "Puji Sang Misteri yang sudah memudahkan segalanya."

Kedua pasang mata berkaca-kaca menatap ke arah Arka dan Diyan penuh haru. Mereka bangga bisa melaksanakan tugas dengan baik meskipun menyusahkan banyak orang. Salah satunya adalah Pak Daus, ayah Niko. Saat ini pria itu sedang menonton sopir mobil rental yang disewanya mengganti ban di pinggir jalan sepi. Kasihan sekali.

Laras yang masih di dalam rumah, perlahan melangkah ke luar. Lututnya mendadak gemetar saat menyaksikan Diyan berpelukan erat dengan pemuda yang dia yakin pasti bernama An. Gadis itu sampai harus menyandar pada pilar teras supaya tidak ambruk. Dia merasakan kebencian luar biasa pada pemuda berambut hitam yang ada dalam pelukan Arka.

Kenapa harus marah? Kenapa harus benci? Bukankah An itu laki-laki? Mereka pasti hanya bersaudara, kan? Tenang Laras, masih ada harapan. Ya, masih ada harapan. Yakinlah.

Gadis yang biasanya sangat ceria itu, sekarang bahkan tidak mampu walau hanya tersenyum tipis. Dia menarik dan mengembuskan napas beberapa kali mencoba menata perasaan, tetapi berakhir dengan kegagalan. Mata cokelat gelapnya menatap terpaku ke arah dua pemuda yang kini saling menatap sembari saling menghapus air mata.

Apa yang terjadi? Kenapa dadaku rasanya bergemuruh? Aku benci ini. Apa pun yang terjadi, aku nggak akan pernah membiarkan Mas Arka pergi.

Wajah gadis itu memerah, giginya bergemeretak, dan kedua tinju mengepal erat.

Nggak boleh! Mas Arka nggak boleh pergi. Dia harus tetap bersamaku.

Tiba-tiba angin berhembus kencang, tetapi hanya sekejap dan peristiwa aneh kembali terjadi, kedua pemuda yang barusan terlihat begitu akrab dan saling mengasihi, tiba-tiba tersentak lalu saling menjauh.

"Kamu siapa?" Mata menyipit, Arka menatap curiga pada Diyan yang tengah sibuk memandangi dirinya sendiri.

"Apa yang terjadi? Kalau nggak kenal ngapain meluk-meluk?" Diyan akhirnya balas menatap sinis.

Arka yang berdiri di hadapannya itu mendadak kehilangan kemampuan berbicara. Mulutnya membuka menutup tanpa ada kata yang keluar. Mereka saling menatap lekat seolah sama-sama ingin menyelami isi hati dan pikiran lawan.

Seperti halnya mereka berdua, semua yang ada di situ juga saling pandang kebingungan. Kebekuan pun sirna oleh suara saling bertanya yang tidak kunjung mendapat jawaban.

"Apa yang terjadi? Bukankah barusan semua lancar? Kenapa tiba-tiba mereka nggak saling kenal lagi? Bagaimana ini?!" Suli mengibas tangan gusar.

Kalau sampai hal buruk terjadi dan misi mereka gagal, dia tahu betul apa yang akan terjadi. Apakah ini karena dia terlalu banyak melakukan cara, yang menurut Tawang aneh dan ekstrem?

"Benang cahaya itu," seperti linglung, Tawang menunjuk ke arah Arka dan Diyan, "tadi cahayanya terang sekali, tapi sekarang redup."

"Astaga!" Mata Suli membola.

Benar saja, seutas benang cahaya yang ujung-ujungnya menyatu pada dahi Arka dan Diyan, terlihat berpendar-pendar redup seperti hendak padam.

"Kenapa itu bisa terjadi? Apa yang harus kita lakukan? Kalau sudah lewat dari lima belas menit setelah bertemu mereka masih belum juga saling mengenali, mereka akan menjadi orang asing untuk selamanya. Dan kita ...." Suli tidak sanggup meneruskan perkataannya.

"Benang itu nggak putus. Lagi pula tadi mereka sudah saling mengingat. Pasti ini hanya gangguan kecil saja, mungkin sebentar lagi akan kembali baik." Tawang tersenyum tipis, berusaha tetap tenang meski hatinya dicekam rasa takut.

"Gangguan kecil? Sebentar lagi? Sampai kapan, huh?" Sikap sok tenang Tawang malah membuat Suli geram.

"Ketimbang marah-marah, kenapa nggak coba mikir cari solusi?!" Tawang akhirnya tidak tahan juga untuk tidak membentak, membuat Suli yang selama ini selalu dominan melebarkan mata tidak percaya.

"Aku tahu caranya!"

Keduanya bersamaan menoleh. Ketika melihat siapa yang datang, mereka tidak hanya terkejut, tetapi juga takut dan langsung berlutut.

1
Aegis Aetna
ninggalin jejak dulu. nanti aku lanjut.
anggita
iklan☝+like👍 utk novel fantasi timur lokal. smoga sukses Thor
anggita
bojonegoro... jawa timur.
bang sleepy
Akhirnya sampai di chap terakhir update/Whimper/ aku bagi secangkir kopi biar authornya semangat nulis 🤭💗
bang sleepy
pengen kuguyur dengan saos kacang rasanya/Panic/
bang sleepy
brisik kamu kutu anjing! /Panic/
bang sleepy
bisa bisanya ngebucin di moment begini /Drowsy/
bang sleepy
mank eak?
diyan selalu berada di sisi mas arka/Chuckle/
bang sleepy
shock is an understatement....... /Scare/
bang sleepy
sabar ya bang arka wkwwk
bang sleepy
tetanggaku namanya cecilia trs penyakitan, sakit sakitan trs. akhirnya namanya diubah. bru sembuh
bang sleepy
mau heran tp mrk kan iblis /Drowsy/
bang sleepy
dun dun dun dunnnn~♪
bang sleepy
astaga suaranya kedengeran di telingaku /Gosh/
bang sleepy
Hah... jd raga palsu itu ya cuma buat nguji arka ama diyan
Alta [WP: Yui_2701]: Kenyataan emang pahit ya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
bang sleepy
bener uga ciii /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
bang sleepy
idih idihhh
bang sleepy
nyembur wkwkwkwk
bang sleepy
Tiba-tiba cinta datang kepadaku~♪ #woi
bang sleepy
kan bener. kelakuannye kek bokem. tp dia altair
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!