Perjalanan Hidup Nessa Dan Dua Kuntilanak

Nessa kebingungan ketika suami nya pulang dengan wajah yang murung dan mata nya sembab seperti usai menangis, Nilam sudah bertanya pada Aksara apa yang terjadi di kantor nya Rian. Aksara menceritakan bahwa Rian melihat video yang menunjuk kan bahwa dia lah pelaku pembunuhan nya Lia, Nessa terduduk lemas ketika Nilam mengatakan itu semua.

Maharani sekarang yang masuk kedalam kamar untuk melihat apa yang sedang Rian lakukan, Dia begitu benci dengan pria ini sekarang. Andai saja dia tak sayang dengan status arwah suci nya, Pasti sudah di habisi Rian. Maharani membenci nya karena dia jadi teringat dengan kematian yang begitu menyiksa, Dugaaan nya kuat bahwa tubuh Camelia pasti di mutilasi oleh mereka berdua.

"Cameliaaa...Maafkan aku, Kenapa aku melakukan itu padamu." Isak Rian memeluk kebaya pengantin istri nya.

"Cih! Sekarang kau berlagak sedih, Nyata nya kau lah orang yang membunuh istri mu sendiri." Geram Maharani.

Terisak isak Rian dengan sejuta penyesalan nya dalam dada, Kenapa baru sekarang dia sadar dan terlepas dari jerat pelet nya Aldo. Setelah semua nya pergi, Wanita yang ia cintai sudah tak ada lagi. Pelaku nya adalah dia sendiri, Bahkan tawa Aldo dalam video itu terus menggema dalam telinga nya, Pasti pasangan haram itu sangat bahagia karena sudah tak punya saingan ketika Lia meninggal.

"Aku harus mendapatkan ingatan ku semua nya, Agara bisa tahu di mana Lia ku kuburkan." Rian berkata sendirian.

Tadi saat Fatma melihat bayangan masa lalu nya, Rian tak sanggup lagi mendengarkan nya karena dia membayangkan bagai rasa sakit yang Lia rasakan, Dan dia malah tertawa girang. Oleh sebab itu lah dia meminta untuk di hentikan saja, Bisa lain waktu lagi dia minta tolong.

Maharani keluar dari kamar dengan cara menembus dinding, Seperti kekuatan yang menutupi kematian nya Lia mulai melemah. Ingatan Rian sudah mulai bisa di baca, Kini hanya tingal menyingkap kabut yang menutupi arwah nya Camelia.

Wanita berkerudung merah itu tak pernah lagi menampak kan diri semenjak Rani dan Nilam datang kesini, Rani curiga bahwa dukun yang tinggal di atas air terjun sana punya kaitan dan dia lah yang menutupi atau menjerat arwah nya Lia.

"Jadi Rian yang membunuh nya?!" Nessa terduduk lemas.

"Iya! Dalam video itu aku melihat bahwa Rian yang menusuk leher Camelia." Jelas Aksara.

"Duh kamu ganteng banget sih, Yank." Nilam mengelus wajah pacar nya.

"Dasar kuntilanak edan!" Nessa menggerutu kesal.

Bisa bisa nya saat pembicaraan serius kok malah memuji ketampanan kekasih nya, Tentu saja yang lain jadi sewot. Terlebih Maharani yang memang sedang tidak ingin bercanda, Dia ingin secepat nya mengungkap masalah kelam ini.

"Video itu terhenti tiba tiba, Ku rasa karena di potong oleh Aldo! Agar Rian tak tahu kemana mereka membuang mayat nya Lia." Tebak Aksara.

"Kurang ajar sekali dia! Awas besok kalau sudah mati, Akan ku hajar setiap hari." Geram Maharani.

"Berarti memang benar kalau wanita berkerudung merah itu adalah Lia kan? Dan aku rasa mayat nya memang di potong potong." Ucap Nessa.

"Dukun itu ikut andil, Entah apa yang terjadi sehingga anggota tubuh Lia tetap segar." Sahut Maharani.

Masalah yang ada mulai terkuak perlahan lahan, Rian sudah terbukti bahwa dia memang menghabisi Lia. Entah bagai mana reaksi Bunda ketika tahu bahwa anak nya di bunuh oleh suami nya sendiri, Dan langkah apa yang akan Rian ambil mereka juga belum tahu.

Mereka fokus untuk mengungkap kematian nya Lia dan menemukan di mana jasad itu di pendam, Maharani yang memang peka tiba tiba saja mendengar suara ketukan di tembok dekat pintu.

"Apa, Ran?" Nilam sama sekali tak dengar.

"Bongkar tembok ini, Nessa!" Suruh Maharani pada sepupu nya.

"Kau yakin? Bagai mana kalau tak ada apa apa seperti taman belakang." Nessa ragu.

"Itu kan ajakan kau ya! Ini firasat ku, Pasti ada sesuatu di sini." Sentak Maharani.

Karena yang ada di sini sebagai manusia, Maka hanya Nessa yang bisa menghantam kan bogem raksasa ketembok itu. Biar lah para tetangga kepo bila mendengar, Namun ini sudah malam sehingga mereka mungkin saja tidak dengar.

"Kenapa, Nessa?" Rian keluar dari kamar ketika mendengar suara berisik.

"Aku mendengar sesuatu dari dalam tembok ini." Jawab Nessa.

"Apa memang nya yang ada di dalam tembok?!" Rian juga bingung.

Dia mengambil bogem dari tangan istri nya dan di hantam kan pada tembok, Ternyata itu tidak lah keras. Sebuah kotak di taruh dalam tembok itu seperti batu bata, Nessa dan Rian saling pandang.

"Cepat kau suruh ambil!" Maharani sudah tak sabar.

"Keluarkan itu, Mas!" Suruh Nessa menuruti permintaan kunti nya.

Rian mencongkel nya dengan pahat kotak kayu yang tersimpan dalam tembok, Nessa juga membantu untuk menurun kan nya. Kotak itu di ikat menggunakan kawat berduri sama dengan kotak berisi jari kemarin, Nessa sudah berdebar tak karuan. Bahkan tangan nya gemetar ketika membuka kawat menggunakan tang.

"Aku takut, Rani." Nessa menunduk kan kepala nya sambil terisak kecil.

"Apa?" Rian menatap istri nya yang menyebut sebuah nama.

"Jangan takut, Aku ada di sini." Maharani memegang pundak Nessa.

Rian juga tak sabar dan dia malahan yang mengambil tang dan membuka nya, Semua kawat berduri sudah berhasil di potong, Hanya tinggal membuka pengait kotak itu saja, Kening Rian berkeringat karena dia juga ketakutan menghadapi apa yang akan menjadi isi kotak ini.

"Ya Allah, Lailahaillah!"

Nessa berulang kali mengucap nama Allah setelah penutup kotak terbuka, Itu adalah telapak kaki yang juga masih utuh. Mayat yang di pendam selama dua tahun lebih namun keadaan tubuh nya masih tetap utuh dan segar, Seolah baru kemarin saja dia di bunuh.

"Apa ini, Mas? Ini pasti kelakuan kalian berdua, Ya Allah kasihan nya kau Lia." Nessa menangis pilu.

"Tidak! Ini pasti bukan Lia, Ku mohon jangan katakan ini Lia." Rian belingsatan karena tak percaya bahwa ini adalah anggota tubuh istri pertama nya.

"Allah akan membalas kalian, Sungguh biadab kalian, Mas." Nessa meraung dan menumpahkan tangis nya di sofa.

Rian mengambil telapak kaki yang masih ada darah itu dari dalam kotak, Tangan nya gemetaran karena sangat tak menyangka dengan kelakuan nya dia sendiri.

Dia menatap tembok lagi dan mulai menghantam kan bogem nya, Berusaha untuk mencari potongan lain. Dan ternyata memang ada lagi setelah berjarak sekitar setengah meter, Rian mengambil nya dengan pahat sambil air mata nya berhamburan.