NovelToon NovelToon
THE KNIGHT

THE KNIGHT

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Reinkarnasi / Perperangan
Popularitas:14.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mirabella Randy

Menyaksikan genosida jutaan manusia tak berdosa langsung di depan mata, membuat Arya terluka dan mendendam parah kepada orang-orang Negeri Lembah Merah.

Entah bagaimana, Arya selamat dari pengepungan maut senja itu. Sosok misterius muncul dan membawanya pergi dalam sekejap mata. Ia adalah Agen Pelindung Negeri Laut Pasir dan seorang dokter, bernama Kama, yang memiliki kemampuan berteleportasi.

Arya bertemu Presiden Negeri Laut Pasir, Dirah Mahalini, yang memintanya untuk menjadi salah satu Agen Pelindung negerinya, dengan misi melindungi gadis berusia tujuh belas tahun yang bernama Puri Agung. Dirah yang bisa melihat masa depan, mengatakan bahwa Puri adalah pasangan sejati Arya, dan ia memiliki kekuatan melihat masa lalu. Puri mampu menggenggam kebenaran. Ia akan menjadi target utama Negeri Lembah Merah yang ingin menguasai dunia.

Diramalkan sebagai Ksatria Penyelamat Bima dan memiliki kemampuan membaca pikiran, mampukah Arya memenuhi takdirnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mirabella Randy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RAMALAN MASA DEPAN

Presiden Dirah duduk sendirian dan sedang menyesap anggur di meja makan bundar yang sudah dilengkapi peralatan makan perak dan emas. Ia tampak rileks dan anggun dengan gaun hitam tanpa lengan selutut yang memamerkan kulit eksotisnya yang halus.

Warna kulit yang sama sekali tidak mirip denganku.

"Tidak apa-apa. Duduklah," ia menunjuk kursi di kosong di sebelahnya.

Aku duduk dengan canggung.

Hidangan pun disajikan secara berurutan, mulai dari makanan pembuka hingga penutup. Semuanya kuhabiskan, kecuali kue cokelat dan krim yang disajikan paling akhir. Sedikit pun tak kusentuh.

Dirah sepertinya sangat menyukai cokelat. Ia memejamkan mata di suapan terakhir, ekspresinya senang dan puas.

"Kamu tidak mau itu?" tanya Dirah sambil menunjuk kueku yang utuh.

Aku menggeleng.

"Boleh buatku ya?" Dirah mengambil piring kueku tanpa ragu. "Sebagai gantinya, kamu bisa mencicipi sedikit anggurku."

Aku membelalak. Dirah tertawa.

"Tentu saja kamu boleh minum anggur. Kamu bukan anak kecil lagi, Arya. Kamu juga sudah bukan remaja. Mana ada remaja yang bisa menghancurkan markas tentara negeri terkuat di dunia, dan menyelamatkan anak kecil dari penyanderaan dengan bom? Randu saja kesulitan mengatur strategi penyelamatan di Stasiun kemarin. Kamu luar biasa."

Dirah melahap kuenya, wajahnya berseri-seri saat memandangku.

"Apa maksud Anda sebenarnya?" tanyaku pelan. "Anda menyuruhku melindungi Puri dan rahasia kekuatannya, tapi Anda juga mengizinkan diriku terekspos di mata dunia setelah misi penyelamatan kemarin. Apa Anda ingin musuh datang untuk menghabisiku dan mengetahui rahasia Puri?"

Dirah tertawa.

"Kamu jenius dalam bertarung dan menyusun strategi misi hingga militer, tapi kamu sama sekali tidak paham soal strategi politik, ya?" Dirah menyesap anggurnya riang. "Jangan khawatir. Aku akan mengajarimu pelan-pelan. Sebagai bibimu, aku punya tanggung jawab juga untuk mendidikmu dengan ilmu dan keterampilan yang berguna untuk bertahan hidup di dunia yang keras ini. Kamu akan semakin hebat di bawah bimbinganku, aku jamin."

Aku mengangkat alis. Dirah menuang segelas anggur dan menyodorkannya padaku.

"Minumlah," katanya lembut. "Kamu sudah dewasa. Ketahui batasanmu sendiri. Jangan seperti semalam lagi. Seorang prajurit tak boleh larut terlalu dalam dengan perasaannya hingga menjatuhkan pertahanannya seperti itu. Kamu dan orang yang kamu lindungi bisa terluka karenanya."

Aku menghela napas dan menyeruput sedikit anggur itu. Rasanya lezat.

"Aku sengaja merilis berita itu dengan berbagai tujuan, salah satunya untuk membangun kepercayaan publik di negeri ini padamu," terang Dirah. "Kamu membutuhkannya. Kita semua membutuhkannya. Jika suatu hari nanti terjadi hal buruk yang menimpaku, aku ingin negeri ini tetap tenang, maju, dan bertahan dengan melihat orang sehebat dirimu, dan memercayaimu sepenuhnya untuk memimpin mereka menuju kemenangan."

Aku memandang Dirah tajam. "Apa maksud Anda?"

Dirah tersenyum tenang sambil menyesap anggurnya. Aku melihat dalam benaknya visi diriku memimpin negeri ini, namun dalam penglihatan itu, aku sudah jauh lebih tua. Wajahku berkerut dan rambut ikalku nyaris memutih semua.

Aku mengerutkan alis. Aku akan menjadi presiden negeri ini saat aku tua nanti? Apa itu sungguh-sungguh akan terjadi?

"Tentu saja itu akan terjadi," kata Dirah seakan bisa membaca pikiranku. "Semua penglihatanku tidak pernah keliru. Semua pasti terjadi. Bahkan yang terburuk sekalipun..."

Ia terdiam sesaat, wajahnya muram. Ia kemudian menghela napas panjang dan menyesap anggur banyak-banyak.

"Tapi penglihatan itu juga memberiku keyakinan, kalau kita pasti menang perang," kata Dirah. "Kamu sudah pernah melihat visiku yang satu itu. Kalau kita kalah dan musnah, tak mungkin kamu akan menjadi presiden dan memimpin negeri ini dengan baik seperti yang barusan kaulihat. Ini sangat melegakan."

"Mengandalkan visi seperti itu tidak bijak," sergahku tajam. "Masa depan masih bisa berubah. Anda tahu itu. Jika kita semua lengah, kita akan kalah dan musnah. Apa itu alasannya Anda sembarangan mengekspos diriku? Anda terlalu percaya diri dengan penglihatan yang belum tentu sungguh terjadi di masa depan?"

"Bukan seperti itu," kilah Dirah. "Justru karena visi perang itu, aku bertindak seperti ini. Aku mengeksposmu untuk menunjukkan betapa hebatnya kamu melindungi pemimpin dan rakyat negeri ini. Aku mau semua orang di dunia tahu negeri ini kuat karena memiliki orang luar biasa sepertimu. Ini akan membuat mereka gentar. Selain itu, Negeri Lembah Merah sudah lama tahu kamu masih hidup setelah ledakan itu. Mereka sudah tahu sejak kamu tiba di sini seminggu lalu."

Aku mengerjap. "Apa?"

"Ya, mereka tahu," Dirah meyakinkanku. "Mereka punya satelit luar angkasa untuk memata-matai kita, Arya. Seperti halnya kita punya satelit kita sendiri untuk memata-matai mereka. Kamu sudah beberapa hari ini berkeliaran di bawah cahaya matahari Negeri Laut Pasir. Mereka pasti tahu itu."

Aku menghela napas panjang, merasa bodoh luput melihat kemungkinan paling masuk akal satu itu.

"Jadi mereka akan menyerang ke sini?"

"Mungkin saja," sahut Dirah kalem. "Tapi jangan khawatir. Aku dan Randu punya sistem pertahanan yang kuat dan hebat. Asal kamu tahu, tak ada satu pun penyusup mereka yang tetap hidup setelah mencoba memasuki negeri ini--terutama setelah aku menjadi Presiden dan Randu menjadi Kepala Pasukan Pelindung dan Intelijen Negara. Itu karena kami punya kemampuan yang luar biasa."

Dirah tersenyum penuh kemenangan, sementara aku memandangnya tajam.

"Dan sekarang, negeri ini juga punya kamu, Arya. Berita pagi ini akan semakin menampar Negeri Lembah Merah, karena kamu terus membuktikan kehebatanmu bahkan setelah kamu berada di negeri ini. Kamu tidak bisa dianggap enteng. Itu akan membuat musuh waspada dan tidak akan gegabah menyerang kita."

"Tapi mereka pasti akan datang menyerang," kataku tajam. "Aku tahu betul seperti apa mereka. Mereka tidak akan tinggal diam. Mereka pasti akan datang dan menggempur negeri ini, seperti mereka menghancurkan Negeri Tanjung Agung. Itulah satu-satunya ramalan Anda yang akan terjadi, karena tanda-tanda dan kenyataan di lapangan memang bicara demikian."

"Ah, ya... tapi kamu tahu kami selalu mengawasi mereka. Mereka bisa saja menyerang secara besar-besaran, tapi tidak untuk waktu dekat. Mereka juga butuh persiapan. Kita sendiri sudah mempersiapkan banyak hal di sini, dan akan terus meningkatkannya. Untuk ini, maukah kamu membantu kami? Bisakah kamu meminjamkan kekuatanmu untuk itu?"

Aku mengerutkan alis. "Bagaimana..?"

"Pertama, kamu tidak keberatan terekspos sebagai keponakanku, pahlawan masyarakat, dan Agen Pelindung negeri ini yang hebat. Dengan begitu, rakyat negeri ini akan semakin memercayai dan menyukaimu. Lalu, aku juga akan mengumumkan perjodohanmu dengan Puri ke publik."

"Untuk apa?" tanyaku tajam. "Apa gunanya Anda mengekspos Puri seperti itu juga? Ketenaran hanya akan menambah resiko ia diserang--keselamatannya bisa terancam!"

"Sayangnya, aku harus melakukan ini. Puri adalah putri Randu. Aku berencana menjadikan Randu Presiden setelah masa jabatanku berakhir. Kamu tahu ia adalah lelaki paling kuat dan mampu melindungi negeri ini dengan baik. Tak ada yang bisa menyamainya--kecuali kamu. Tapi kamu masih terlalu muda untuk memimpin. Kita butuh Randu yang memimpin negeri ini jika Negeri Lembah Merah sungguh menyerang suatu hari nanti. Aku tidak mau kita kalah dan musnah. Apapun caranya, kita harus menang."

Dirah menghela napas sejenak.

"Tapi citra Randu di mata publik tidak begitu baik. Ia adalah menantu Presiden yang pernah digulingkan karena perbuatan korup dan pembunuhan yang dilakukannya. Itulah yang mencetuskan pemberontakan panjang dan pertumpahan darah selama bertahun-tahun. Itu terjadi tujuh belas tahun lalu. Itulah mengapa aku tidak bisa merawat dan membesarkanmu sendiri sejak kamu dilahirkan. Aku tidak mau kamu terluka dan terbunuh di sini dalam situasi sekacau itu. Maafkan aku."

Mata Dirah berkaca-kaca saat menatapku. Aku membuang muka, dan menguatkan batinku sendiri. Kuusir hantu pikiran dan perasaan Dirah yang penuh penyesalan. Buatku tidak ada gunanya.

"Masih banyak yang belum melupakan dan memaafkan peristiwa itu. Randu tidak terlibat kejahatan lelaki itu, tentu saja. Tapi ia telanjur membuat satu kesalahan. Kesalahannya adalah ia tetap diam saat tahu mertuanya berbuat sekeji itu di belakang layar... dan lawan politik kami akan memanfaatkan itu untuk menjatuhkannya di pemilu nanti.

"Karena itu aku menjodohkanmu dan Puri. Selain untuk mempermudah misimu melindunginya, aku juga ingin terang-terangan menunjukkan dukungan dan kepercayaanku pada Randu. Kamu tahu, aku Presiden yang paling disukai dan dipercaya negeri ini selama beberapa tahun terakhir. Mereka akan setuju Randu menjadi Presiden jika aku mendukungnya seperti itu."

Aku memutar bola mata. "Jika Anda begitu disukai dan dipercaya, mengapa ada yang ingin membunuh Anda sampai membuat kekacauan seperti itu kemarin?"

"Yah, aku tidak bisa menyenangkan semua pihak. Dalam hidup, wajar saja ada yang tidak menyukaimu. Lagipula, para penyerang itu tidak waras. Apa lagi yang bisa kulakukan? Untung kamu membereskan semua itu dengan baik kemarin. Kamu sudah melindungiku dan negara ini. Aku betul-betul berterima kasih."

Dirah memandangku tulus dan dalam. Aku kembali memalingkan muka, sambil terus mengusir hantu-hantu pikirannya.

Aku tidak mau pikirannya mempengaruhiku. Aku juga tidak menyukainya. Dalam hal ini aku satu kubu dengan para penyerang itu, meski tentu saja aku masih waras dan tidak menimbulkan kekacauan di tengah masyarakat seperti itu.

"Walaupun Puri terekspos, ia akan tetap aman dalam perlindunganmu dan Randu," lanjut Dirah tenang sambil menggoyang pelan gelas anggurnya. "Masyarakat tahu kamu sehebat apa. Orang-orang jahat itu tidak akan berani macam-macam jika kamu berada di sisi Puri. Kalau pun mereka berani menyerang, kamu pasti bisa membereskannya dengan mudah. Sekarang, kamu bisa lihat betapa briliannya strategiku memberitakan kepahlawananmu, kan? Juga manfaat menjodohkanmu dengan Puri... selain tentu saja, kalian memang belahan jiwa yang ditakdirkan bersama. Kamu sudah menemuinya kemarin, kan? Jadi, bagaimana menurutmu?"

Aku menarik napas dalam-dalam. Bagaimana menurutku? Menurutku, semua begitu tidak terduga dan kacau.

"Kekuatannya hebat, aku bisa melihatnya," kataku pelan. "Ia bisa melihat semua kebenaran di masa lalu dengan mudah. Kali ini, Anda benar. Kalau musuh mengetahuinya, nyawanya akan dalam bahaya. Bagaimanapun caranya, aku harus terus melindunginya dan menjaga agar rahasia mengenai kekuatannya tidak diketahui musuh..."

"Sayangnya, suatu hari, rahasia kekuatan magis ini tetap akan terungkap," gumam Dirah pelan.

Aku terkejut. "Apa?"

"Aku melihatnya... suatu hari, akan lahir seorang anak perempuan. Anak ini memiliki kekuatan magis yang luar biasa besar. Ia akan mampu membangkitkan kekuatan magis siapa saja yang disentuhnya. Kekuatan magis yang lebih kuat dari yang kita miliki sekarang. Kekuatan yang menyamai kesaktian dewa dewi dalam legenda kuno."

Kali ini aku melihat dan meresapi hantu pikiran Dirah, yang membuatku sangat terguncang.

Dalam visi itu, aku melihat Puri terbaring kesakitan dan berjuang keras melahirkan. Aku mendampinginya dan berusaha membantunya. Puri kemudian melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik--warna mata, kulit, dan rambutnya persis sepertiku. Saat aku menyentuh bayi itu, tubuhku gemetar hebat dan aku diselubungi cahaya kuat. Begitu pula dengan Puri.

Visi Dirah berpindah. Terjadi perang besar dengan kekuatan yang tak pernah kulihat sebelumnya. Tak ada senjata seperti bom, rudal, meriam, pistol, ranjau, tank, pedang. Orang-orang yang bertempur itu mengerahkan kekuatan besar yang mampu membelah daratan dan lautan.

Gempa besar terjadi. Bima luluh lantak dan hancur dalam satu ledakan cahaya dahsyat.

Aku membeku selama beberapa waktu. Napasku sesak. Otakku buntu.

"Ya... itulah yang kulihat," Dirah menatap hampa satu titik di kejauhan. "Kalian memang ditakdirkan bersama. Kalian akan memiliki anak perempuan. Anak itu akan membangkitkan kekuatan magis di seluruh Bima. Dan Bima akan hancur karenanya. Segalanya akan binasa dalam satu ledakan cahaya... tak ada yang tersisa."

Aku tak bisa berkata-kata.

"Tetapi, masih ada harapan," lanjut Dirah. "Aku juga melihat... sesuatu akan muncul di masa depan. Aku melihat sebatang pohon dengan buah perak tumbuh di negeri ini. Pohon itu persis seperti dalam legenda dan ada dalam artefak peninggalan ritus kuno negeri ini. Itu adalah pohon buah pengetahuan. Aku melihat, pohon itu yang akan memusnahkan magis dan memberi kehidupan baru saat Bima di ambang kehancuran."

Dalam benak Dirah, aku melihat sebatang pohon raksasa sangat aneh tumbuh di atas tanah--batangnya bungkuk melengkung dengan ranting-ranting yang saling menjalin dan membentuk lingkaran sempurna. Ada sebutir buah perak melayang di tengah lingkaran itu, pucat berpendar seperti rembulan. Kian lama cahayanya kian benderang, menyapu seluruh permukaan Bima. Dan saat cahayanya lenyap, orang-orang terbangun di atas tanah hijau indah--semua kerusakan akibat perang lenyap, seakan tak terjadi apa-apa. Dan tak ada lagi kekuatan magis dalam nadi mereka. Kehidupan berjalan sederhana dan damai tanpa ancaman perang dan sihir.

Rasanya seperti melihat surga.

Aku menarik napas kembali, setelah sepenuhnya membeku selama beberapa menit.

"Apa... apa itu tadi?" kepalaku rasanya berputar, tapi bukan karena anggur.

"Itulah masa depan," jawab Dirah. "Bima akan musnah. Kita akan binasa. Semua itu karena kekuatan magis bangkit dalam diri kita."

Aku memandang Dirah tajam. "Maksud Anda, karena anak perempuan itu...?"

"Ya, dia putrimu dan Puri, sekaligus keturunanku," ekspresi Dirah terlihat sedih. "Ia akan menjadi penyebab dunia ini kiamat."

...***...

1
anjurna
Karena kamu menikmati waktu bersamanya Ar. Makannya tidak terasa waktu cepat berlalu
anjurna
Arya fokusmu terbelah jadi dua🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🥰
anjurna
Anak kita😊🤭🤭🤭
anjurna
Dapat melihat wajah anaknya, bahkan sebelum lahir.
anjurna
Sabar Ar. Perempuan memang suka begitu/Chuckle/
anjurna
Hayo Ar, gundahmu karena apa?🧐🤔🤭🤭🤭
anjurna
Arya fokus Ar. Paham kok Puri itu cantik😂😂😂
anjurna
Makanannya🤤🤤🤤
anjurna
Yayaya. Yang sudah jatuh cinta mah bebas.
anjurna
Ar jangan sampai lupa caranya bernafas ya Ar🤭🤭🤭
anjurna
Yakin Ar?
anjurna
Arya kayaknya akan lebih mengherankan kalau bola matamu sampai keluar dari rongganya. Mengherankan dan menakutkan😁😁😁✌
anjurna
Karena wanita tidak pernah salah😆😆😆
anjurna
Ar membayangkan apa sih Ar🤭🤭🤭
anjurna
Ar jangan menganggapnya aneh😌
anjurna
Jangan pesimis Ar.
anjurna
Hantu pikiranmu lucu Ar🤭🤭🤭
anjurna
Tiba-tiba hawa terasa panas/Awkward//Awkward//Awkward/
anjurna
Dengarkanlah hantu pikiranmu Ar.
anjurna
Ar, bangkit Ar. Udah di pancin sama calon mertuamu loh.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!