NovelToon NovelToon
Jingga Swastamita

Jingga Swastamita

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Angst / Enemy to Lovers
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Namanya Jingga Swastamita, seorang gadis yang hidup selama 19 tahun di panti asuhan.

Jingga, nama yang di berikan oleh ibu kandungnya, serta Swastamita yang memiliki arti senja. Nama yang di berikan oleh Ibu panti, karena ia ditemukan saat matahari akan kembali ke peraduannya.

Tanpa ia duga, seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya datang menemuinya setelah bertahun-tahun lamanya dan membawanya tinggal bersama.

Dia akan hidup bersama ayah dan juga ketiga saudara laki-lakinya. Saudara yang pada kenyataannya sangat membenci kehadirannya.

Penderitannya di mulai sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di sana. Mampukah Jingga melewati semua perlakuan buruk ketiga saudaranya? Apalagi salah satu dari mereka ternyata menginginkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 - Pertunjukan

"Pesankan aku tiket untuk penerbangan hari ini," perintah Jerry kepada asistennya. Wajahnya mengeras menyiratkan kemarahan yang berusaha ia tahan.

Sedangkan di rumah mewah milik Januarta, para pelayan sudah kembali bekerja. Jingga baru saja pulang dari kampus dan cukup terkejut saat melihatnya.

"Apakah Ayah hari ini akan pulang?" tanyanya pada salah satu pelayan.

"Kami tidak tau, Nona," balas pelayan itu dengan sopan.

Jason, Jean dan juga Jio juga sudah pulang dan memasuki rumah bersama. Jingga memalingkan wajahnya saat melihat Jean.

"Siapkan diri kalian sebelum lihat pertunjukan seru, ya!" seru Jean dengan bahagia.

"Jadi, Je?" tanya si sulung.

"Jadi dong! Kalau gak hari ini ya besok!"

"Apa gak terlalu berlebihan, Kak?" timpal si bungsu, wajahnya menampilkan raut cemas.

Jean menggelengkan kepalanya, "Gak ada yang berlebihan," ucap pemuda itu. Tatapannya mengarah kepada Jingga yang masih diam di dekat tangga.

Gadis itu tidak mengerti percakapan yang di lakukan oleh ketiga saudaranya. Memangnya akan ada petunjukan apa?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Benar saja. Setelah penghuni rumah menyelesaikan makan malamnya, Jerry sampai di rumah. Wajahnya terlihat dingin, setiap langkahnya meninggalkan aura dingin.

Jio yang melihat keberadaan Ayahnya dari lantai dua, segera berlari menuju kamar Jason. "Kak! Ayah beneran pulang!" pekiknya kepada kedua Kakaknya. Kebetulan Jean juga berada di sana.

"Secepat itu?" balas Jason dengan wajah tak percaya.

"Makin cepat makin baik," balas Jean dengan senyum miring. Ia sudah menunggu momen ini dengan sabar.

Jio terlihat linglung, "Kalau gitu, Ji mau ke minimarket depan dulu ya?" ucapnya setelah berperang dengan isi pikirannya.

"Loh, gimana sih Ji! Pertunjukannya baru aja mau mulai, malah pergi," ucap Jean dengan tatapan bingung.

"Aku lagi pengen es krim. Ya, Ji lagi pengen makan es krim strawberry," sela yang paling muda.

Jean memutar bola matanya malas, "Kamu jangan gampang kepincut sama orang itu. Mentang-mentang dia yang udah rawat kamu pas sakit, terus kamu jadi melempem gini."

"Kakak udah tau gelagat anehmu beberapa hari ini, ya!" pungkas pemuda itu.

Jio menggeleng keras. "Enggak, kok! Kebetulan Ji emang lagi pengen es krim. Pergi dulu ya Kak!" kata pemuda itu dan segera melangkah keluar kamar. Dia tidak ingin di interogasi lebih lanjut oleh Kakak-kakaknya.

Sampai bawah, Jio melihat sang Ayah yang sedang duduk di sofa ruang keluarga. Punggung pria itu menyandar pada senderan sofa, matanya menatap langit-langit rumah.

"Ayah udah pulang?" ucap Jio basa-basi. Nada bicaranya terdengar gugup.

Jerry menegakkan tubuhnya saat mendengar suara anak bungsunya. "Di mana Kakak kamu?" tanyanya.

"Kak Jason sama Kak Jean lagi gitaran di kamar," jawab Jio berusaha tenang. Aura ayahnya benar-benar kuat.

"Bukan mereka!"

Jason dan juga Jean baru saja menuruni tangga. "Tumben Ayah pulang gak ngasih kabar dulu," kata Jason.

"Panggil Jingga sekarang!" perintah Jerry.

Jean melipat kedua tangannya di depan dada. "Ayah baru pulang dan kita anak sah Ayah. Kenapa malah nyari anak haram itu sih!" ucapnya dengan sinis.

"Sekarang!!" ucap Jerry. Terdengar tidak bisa di ganggu gugat.

Jason memberikan isyarat mata pada Jio agar memanggil Jingga. Tetapi si bungsu menggelengkan kepalanya pelan.

"Udah Jean kirim pesan, Yah. Bentar lagi juga turun," ujar pemuda itu dengan riang.

"Kalau gitu Jio ke minimarket depan dulu ya, Yah," pamit si bungsu.

Setelah mendapatkan anggukan dari ayahnya, pemuda itu langsung pergi dari ruang keluarga yang terasa menegangkan.

"Mari kita mulai pertunjukannya," gumam Jean yang hanya bisa di dengar oleh Kakaknya. Pemuda itu melihat Jingga yang baru saja datang.

"Ayah udah pulang? Kok gak ngabarin Jingga?" kata gadis itu dengan senyum lebar. Dia merasa begitu senang dengan kehadiran sang Ayah.

Bukannya menjawab, Jerry justru berdiri dari duduknya dan menghampiri putrinya yang masih berdiri di ujung tangga.

Plakk!!

Satu tamparan keras Jerry layangkan ke arah pipi Jingga. Pipi yang masih sedikit memerah karena tamparan Jean kemarin.

Suasana ruang keluarga menjadi hening. Kedua putra Januarta menunggu apa yang akan Ayahnya lakukan selanjutnya.

"Ternyata begitu kelakuanmu selama Ayah tidak ada! Memalukan!" ucap Jerry dengan dingin.

Jingga tentu saja terkejut akan perlakuan Jerry padanya. Gadis itu memegangi pipinya yang memerah. "Ayah? Kenapa Ayah nampar Jingga," lirihnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Jerry mengeluarkan ponselnya dari saku jas yang masih ia kenakan. "Jelaskan maksud dari foto ini!" kata pria itu dengan menunjukkan sebuah foto kepada Jingga.

Mata Jingga membulat seketika. Jean dan Jason ikut mendekat untuk melihat foto yang di tunjukkan oleh ayahnya.

"Dasar murahan!" ucap Jason.

"Apa aku bilang, sifat jalang dari ibunya pasti nurun ke dia," sinis Jean.

Jingga menggelengkan kepalanya dengan kuat, air matanya luruh seketika. Di dalam foto itu, terdapat dirinya yang sedang tertidur dengan 3 laki-laki, sayangnya wajah ketiga laki-laki itu sengaja di buramkan.

"Itu bukan Jingga, Yah!"

"Halah! maling mana mau ngaku," sela Jason.

"Pantas aja pas Jean ajak keluar beberapa hari yang lalu gak mau. Ternyata oh ternyata," kata Jean yang terdengar mengompori.

Jingga menatap Jean bingung. "Kapan kamu ngajak aku keluar!" pekiknya.

"Apa saat kamu ijin nginap di panti itu sebenarnya kamu sedang membohongi Ayah? Apa uang yang Ayah berikan kurang hingga kamu berbuat hal tak senonoh seperti itu?!" kata Jerry dengan rahang yang masih mengeras. Dia benar-benar murka.

"Itu salah paham, Ayah! Jingga gak pernah tidur sama siapapun!!" balas Jingga membela diri.

"SUDAH ADA BUKTINYA!!" bentak Jerrry. "Mau ngelak apa lagi kamu!" lanjutnya.

Harusnya jadwal visit di IKN masih tersisa 3 hari lagi. Tetapi pagi ini ada nomor tak dikenal yang mengirimkan foto tersebut. Akhirnya ia memutuskan pulang hari ini juga.

"Sebagai hukuman kamu gak boleh keluar dari rumah ini. Ayah bakal ngomong sama pihak kampus kalau kamu ngambil cuti," ucap Jerry.

Kaki Jingga lemas seketika, dia terduduk di lantai dengan tangisan keras. Siapa yang memfitnahnya sampai sekejam ini?

Jason dan Jean tertawa di dalam hati. Inilah pertunjukkan yang mereka nantikan.

Awalnya Jerry tidak ingin mempercayai foto itu, tetapi saat ia menghubungi salah satu pelayanannya. Pelayan itu mengatakan jika Jingga beberapa kali membawa laki-laki ke rumah.

"Apakah karena kamu anak haram, kamu menjadi liar seperti ini?"

Deg!

Pria yang menyandang status sebagai ayahnya mengatakan kalimat itu? Ayah yang bahkan baru ia lihat selama 22 tahun? Anak haram? Bukankah ia hadir karena kesalahan pria itu?

"Apa kamu juga berniat hamil di luar nikah seperti ibumu?"

Jerry kembali mengeluarkan kalimat yang menyayat hati Jingga. Emosi sudah mengambil alih dirinya.

Jingga tertawa sumbang, "Apa Ayah lupa? Ayah yang udah perkosa Ibu pas lagi mabuk!" ucapnya dengan lantang.

Plak!

Tamparan kembali mendarat di pipi Jingga. "Omong kosong! Ibu kamu yang menggoda Ayah terlebih dahulu!" murka Jerry.

Jingga menumpu tubuhnya dengan kedua tangannya di lantai, "Jingga kecewa sama Ayah!" lirih gadis itu.

"Harusnya waktu itu Jingga tetap bertahan di panti. Lebih baik Jingga gak kenal siapa keluarga Jingga selamanya. Sangat menyakitkan mendengar seorang ayah mengatai anaknya sendiri dengan sebutan anak haram!"

Mendengar hal tersebut, Jerry menyadari apa yang baru saja ia lakukan. Pria itu bergeming.

Jingga berusaha berdiri dengan tertatih, dia mengambil langkah mundur dan menaiki tangga untuk menuju kamarnya.

Setelah kepergian Jingga, Jerry mengusap wajahnya kasar. Ia menyesali ucapannya, tidak seharusnya ia mengatakan semua itu.

Pria itu pergi dari ruang keluarga dan menuju kamarnya. Hanya tersisa Jason dan juga Jean yang ber-tos ria dengan sumringah. "Di luar ekspetasi," ucap Jean dengan bangga.

Bersambung

1
HiLo
ceritanya menarik
WiLsania
jalan ceritanya kek naik rollercoaster
Fatma Kodja
malang benar nasib jingga, ayo Paman Yudha bawa jingga sejauh-jauhnya agar tidak ditemukan oleh ayahnya dan juga kakak tirinya, biarkan mereka menerima karma karena akibat kesalahan ayahnya yang memperkosa ibunya hingga menghasilkan jingga dan sekarang jingga juga korban dari perkosaan saudara tiri dan juga Mario
Fatma Kodja
jahat sekali Jason sama Jean kenapa mereka tega sama jingga padahal jingga juga korban karena terlahir dari anak yang tanpa status nikah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!