DARK SIDE

Para kuli tinta menunggu kesiapan Arumi dalam wawancara ini. Ada Psikiater yang mendampingi, serta dokter Rudy. Mereka siap mendengarkan kisah Arumi yang hilang tiga hari di belakang Puri Kedasi.

Para awak media dari beberapa Televisi juga siap meliput. Ada tuan Wijaya, bibi dan putranya Dayan Kole pemuda tampan yang menjadi idaman para wanita.

Arumi dipersilahkan bercerita tentang semua yang dia lakukan di malam itu. Padahal dia merasa pergi cuma sehari, kenapa di dunia nyata jadi tiga hari. Hal itu yang kadang membuatnya bingung.

Semua orang mendengar cerita Arumi, dengan perasaan ngeri dan mereka mulai mengembangkan melalui imajinasi tinggi. Dan menuangkan di sosial.media dengan versi masing-masing.

Cerita Arumi menjadi viral dan berbagai nara sumber bermunculan, tentang Puri Kedasi, tentang Sungai besar yang berada jauh dibelakang.

Semua berbau mistis. Arumi sendiri masih trauma dengan s3tan yang hampir memakannya, atau dengan nenek-nenek yang membawanya ke gubuk itu.

"Kamu senang menjadi viral? dasar pansos, kampungan." ejek Dayan Kole ketika Arumi meninggalkan bale gede dan masuk ke rumah.

"Apa maksudmu? kamu pikir aku pansos. Siapa pula kamu, jangan menganggap diri paling terkenal."

"Kami terkenal tajir di masyarakat, Razade adalah ikon keberuntungan, you know?"

"Ciihh..aku jijik dengan pikiran picikmu, terserah apa yang kamu pikirkan."

"Besok kamu mulai kerja, jangan manja dan selalu bikin heboh. Kamu pikir biaya untuk mencarimu sedikit?"

"Duuhhh...apa sih maksudmu, kalau tau mahal biayanya, ngapain mencari aku."

"Kami mencarimu bukan karena kasihan, atau ingin menolong jiwamu, tapi karena ulahmu. Jika kamu ingin menghilang dari Puri Kedasi, rubah semua surat wasiatmu. Jangan bertindak konyol, ingin memberi warisan kepada panti asuhan. Alihkan penerima waris kepadaku. Aku yakin jika wasiat itu kau ubah, semut pun tak akan mencarimu."

"Jadi kalian sibuk mencariku karena aku kaya, begitu maksudmu. Dasar kem4ruk!"

"Bukan kamu kaya, tapi karena kamu belum merubah surat wasiat."

"Sampai mati pun aku tidak akan merubah surat wasiat itu!!" ucap Arumi tandas.

Dayan Kole mau bicara tapi Arumi cepat masuk kamar. Ia kesal dengan tingkah pemuda itu.

Sri dan Mirah yang mengikuti mereka dari tadi, ikut masuk ke kamar. Walaupun Arumi menolak pelayanan Sri, tapi wanita itu kekeh ikut melayaninya.

"Nona istirahatlah, supaya tenaga nona pulih kembali." ucap Sri menyelimuti tubuh Arumi.

"Aku mau tidur, rasanya lelah sekali."

"Saya akan menunggu nona disini."

"Keluarlah, aku mau sendiri." ucap Arumi pelan. Ia betul-betul ngantuk.

"Tapi bibi Darmi menyuruh saya disini untuk menemani nona. Mengantisipasi saja, supaya s3tan itu tidak kesini."

"Aku sudah memakai gelang "Tridatu" di tangan, tidak mungkin s3tan itu berani mendekat." sahut Arumi sambil menguap.

Sri dan Mirah terpaksa keluar, mereka khawatir kalau s3tan itu datang lagi. Tapi gimana lagi, Arumi ingin sendiri.

Mereka berdua akhirnya kembali ke bale gede, bergabung dengan yang lain. Enak sekali kalau tiap hari ramai. Bathin

"Hallo mbak, apa nona sudah tidur?" tanya King kepada Sri.

Wanita itu terdiam, ia memandang King dari atas kebawah. Pemuda ini ganteng sekali, pikir Sri. Melihat King, Arumi lalu berpikir untuk mengadu domba Dayan dan King.

"Kamu pacar nona Arumi?"

"Oh..ya..begitulah." sahut King sekenanya.

"Kamu sopir taxi? atau ojek online?"

"Sopir taxi mbak, lihat seragamnya."

"Pantas nona sering hilang, rupanya sudah punya pacar." celetuk Sri.

"Hehe...tapi kehilangan nona tidak ada hubungannya dengan saya. itu murni diculik wong samar."

"Bagaimana kalau kamu menemani nona Arumi di kamar, dia dalam ketakutan. Katanya trauma berat."

"Boleh-boleh, aku ikut saja demi kebaikan nona Arumi." sahut King tanpa curiga.

Mereka akhirnya masuk ke rumah utama. Sri bercakap-cakap dengan King, tanpa mereka ketahui Dayan memperhatikan gerak gerik Sri dan King.

Pemuda tampan itu cepat-cepat berdiri, darahnya mendidih melihat Sri membawa orang asing masuk ketempat Arumi.

"Berhenti!" teriak Dayan.

Sri dan King menghentikan langkahnya dan berbalik. Wajah Sri mendadak pucat, melihat Dayan.

"Ngapain kau masuk kesini?" tanya Dayan dengań suara tinggi.

"Nona Est meminta tuan King datang ke kamarnya. Saya cuma mengikuti perintah nona." ucap Sri berbohong.

"Tidak boleh ada yang masuk ke dalam rumah. Pelayan bod*h." umpat Dayan.

"Maaf saya tuan." Sri pura-pura sedih.

"Hati-hati bicara, mentang-mentang orang kaya, tidak punya attitude." ucap King tidak senang.

"Kau yang tidak punya sopan santun, main nyelonong ke rumah orang."

"Kita tanyakan nona Est, kalau tuan tidak percaya." ucap Sri menengahi

Mereka masuk ke kamar Arumi tanpa mengetuk pintu. Saat itu Arumi sedang rebahan, ia kaget ada Dayan Kole, King dan Sri.

"Nona, ini King ...." ucap Sri perlahan.

"Ohh...untung kalian datang, aku terus mimpi buruk dicari s3tan." ucap Arumi dengan nafas tidak teratur. Wajahnya pucat menahan takut.

"Arumi, kamu jangan bikin kotor Puri, dasar wanita mur4h4n, kamu tidak ada bedanya dengan ibumu."

"Maksudmu apa, datang marah-marah."

"Kamu mengundang sopir taxi ke kamarmu, disaat ratusan orang di luar meliput berita darimu. Otakmu dimana?"

"Apa urusanmu, emangnya aku pikirin. Keluar kau dari kamarku!"

"Kau yang keluar dari Puri anak h4r4m!!"

"Oke, aku yang keluar!!"

Arumi langsung meloncat dari tempat tidur, ia menuju walk in closet. Buru-buru Sri menghentikan Arumi yang sedang menyeret koper.

"Nona jangan pergi, apa nona tidak kasihan kepada bibi yang menangis tiga hari menunggu nona. Ngapain dengerin ucapan Dayan Kole."

"Sri, apa maksudmu membawa King masuk kesini, tidak baik dilihat orang. Harga diriku jatuh dimata Dayan Kole."

"Kata King nona minta dia ke kamar, saya ngikut saja nona." kilah Sri.

"Omongan sopir taxi dipercaya, siapapun yang minta ketemu aku, jangan dikasi. Gimana kalau dia ingin membunuhku."

"Amit-amit nona, semoga hal buruk tidak terjadi. Saya tidak berpikir sampai kesitu, semoga aman-aman saja."

Arumi menumpahkan kemarahannya kepada Sri. Wanita itu diam tidak mau melawan, malah ia mencoba meluluhkan hati Arumi dengan mengatakan yang baik-baik.

"Nona Arumi, sebagai pelayan senior saya berusaha menjadi yang terbaik untuk anda. Jika ada kelakuan saya yang kurang sopan maafkan saya."

"Ya udah, aku gak jadi pergi. Ajak King keluar!" perintah Arumi menaruh kembali kopernya. Ia juga kasihan kepada bibi.

Tapi ketika mereka keluar King dan Dayan sedang berantem.

"STOPP!!"

"Kalian g*la, kenapa berantem. Kalau mau bvnvh-bvnvhan aku keluarin p*sau, kalian boleh adu jotos dilapangan." ucap Arumi melerai kedua pemuda itu.

"Jangan ikut campur j*lang!" protes Dayan Kole membuat amarah Arumi memuncak.

"Sri bawa King keluar, aku ingin memberi pelajaran manusia ini." ucap Arumi marah.

"Nona hati-hati, jangan bikin ulah." pesan Sri khawatir.

"Mulutmu perlu dikasi pelajaran!!" ucap Arumi mengayunkan tinjunya, tapi tangannya keburu dipegang oleh Dayan.

"Jangan sock jagoan, ingat kau adalah anak haram!" bentak Dayan menampar pipi Arumi.

Bukannya menyerah, Arumi malah semakin liar, ia sudah muak mendengar penghinaan Dayan selama ini.

Ia main seruduk seperti banteng, Dayan tidak menyangka dan dia terdorong ke tembok. Tenaganya Arumi besar sekali sampai punggungnya terbentur.

"Aduuhhh...dasar liarr!!" umpat Dayan.

Tangannya mendorong tubuh Arumi, tapi Gadis itu menjambak rambut Dayan Kole seraya menariknya. Mereka berdua jatuh bergulingan saling gigit.

*****