NovelToon NovelToon
Moonlight After Sunset: Black Magic

Moonlight After Sunset: Black Magic

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Balas Dendam / Epik Petualangan / Akademi Sihir
Popularitas:259
Nilai: 5
Nama Author: Riana Syarif

Buku kedua dari Moonlight After Sunset, bercerita tentang Senja, seorang gadis yang terlilit takdir membingungkan. Untuk mengetahui rahasia takdir yang mengikatnya, Senja harus membuang identitas lamanya sebagai Bulan dan mulai menjalani petualangan baru di hidupnya sebagai putri utama Duke Ari. Dalam series ini, Senja aka Bulan akan berpetualang melawan sihir hitam sembari mencari tahu identitas aslinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riana Syarif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kumpulan Mana

"Api dan air tidak bisa bersatu namun mereka bisa di pertemukan di situasi yang tepat."

****

"Bagaimana melakukannya?"

"Itu sangat gampang, kau tinggal membayangkan saja kedua elemen mu itu lalu memadatkan mereka dan kemudian jadilah."

Penjelasan Lucas sangat-sangat buruk bahkan mereka yang terbilang jenius harus benar-benar memahaminya baru akan paham dengan apa yang ia maksudkan.

"Seperti ini," tunjuk Lucas dengan senyum bangganya.

Senja yang muak dengan penjelasan Lucas hanya bisa menghela napas panjang. Ia yakin Lucas sangat hebat dalam bertarung namun untuk menjadi seorang guru, ia sangatlah buruk, bahkan lebih buruk dari orang idiot sekalipun.

"Lucas, tidak bisakah kau menyederhanakan kalimat mu itu? Aku pusing, aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang baru saja kau katakan."

"Jadi seperti ini..."

Lucas kembali menjelaskan apa dan bagaimana bola mana itu terbentuk. Sayangnya, semakin jauh Lucas menjelaskan maka semakin rumit pula penjelasan tersebut. Ia bahkan menggambarkan mana seperti lukisan kosong di atas kanvas putih.

"Elemen itu sama seperti kuas, kau tinggal membayangkan saja apa yang ingin kau gambar lalu gunakan kuas tersebut untuk melukisnya."

"Sepertinya aku benar untuk menggantikannya dengan orang lain saja," batin Senja lelah.

"Nah, agar lebih mudah... gunakan ini."

Lucas memberikan bola kasti yang tersimpan di kantongnya pada Senja. Ia tahu betul tidak semua orang bisa memahami perkataannya dan itu juga berlaku pada orang-orang yang berada di sekitarnya selama ini.

Lucas juga teringat pada anak buahnya yang selalu saja melarikan diri saat sesi latihan dengannya dilakukan atau mereka dengan sengaja mengambil misi sederhana hanya untuk kabur darinya.

Adiknya juga sama, setiap kali mereka melakukan rapat di istana, Luna selalu saja mengatakan jika penjelasan Lucas sangat-sangat buruk. Ia bahkan mengatakan Lucas tidak pandai berbicara sama sekali, namun faktanya itu tidak benar.

"Lakukanlah dengan satu elemen saja, dan jika itu berhasil maka kau bisa masuk ke tahap selanjutnya. Memang butuh waktu lama untuk bisa menguasai hal ini, namun aku yakin kau pasti bisa dengan cepat menguasainya."

Senja melihat bola kasti itu dengan sinis, ia bingung harus diapakan bola tersebut. Namun sebelum ia bisa bertanya, Lucas sudah menjelaskan semuanya.

"Rasakan seperti apa bola itu, jika kau bisa merasakannya. Kau bisa lanjut terus ke tahap selanjutnya. Perlahan isikan mana mu ke dalam bola kasti, tapi jangan sampai membuat bola itu hancur atau pecah."

"Tunggu, bagaimana itu bisa..."

"Kau pasti bisa, itu sangat gampang. Bola ini sudah di desain dengan ketahanan fisik yang kuat, kau hanya perlu berlatih untuk mengendalikan kekuatan dari elemen mu. Jika kau berhasil mengendalikannya maka kau akan membuat bola mana mu, meski itu hanya versi ukuran mininya saja.

"Kau tidak menipu ku bukan?" tanya Senja skeptis.

"Tentu saja tidak, aku berkata jujur," jawab Lucas dengan percaya diri.

"Ya meski ada beberapa hal yang tidak, tapi itu bukan masalah besar," batin Lucas masih dengan senyum sombongnya.

"Baiklah, akan aku coba."

Senja mengambil bola kasti tersebut, ia kemudian mencoba untuk memahami perkataan Lucas dan mulai mengalirkan sebagian mana nya menuju bola tersebut.

Sayangnya di percobaan pertama, Senja langsung gagal karena tekanan mana pada bola tersebut melebihi kapasitasnya. Sehingga dalam hitungan detik saja bola tersebut sudah hangus terbakar.

"Astaga bukan seperti itu, kau harus mencari dulu seperti apa gambar dari setiap elemen mu. Jika kau sudah berhasil...."

Lucas terdiam kaku saat Senja dengan sinis menatapnya. Ia bingung harus berkata apa dan sepertinya jika ia membantah lagi maka Senja akan benar-benar murka.

"Apa yang harus aku katakan...!?" batin Lucas tersiksa.

"Hmm, begini. Maksudku adalah kau harus menenangkan diri..."

Lucas terdiam lagi saat Senja mulai menatapnya lebih sinis dari pada sebelumnya.

"Begini Senja, kekuatan mu itu sangatlah besar. Kau harus memiliki wadah untuk menyimpan seluruh kekuatan mu sebelum kau menggunakannya kembali. Ini sama saja seperti kau menyembunyikan aura mu agar musuh tidak mudah mengenalinya."

"Hah, ini sulit." batin Lucas saat menelan salivanya yang terasa pahit.

"Sama halnya dengan bola mana, kau butuh menyalurkan energi mu masuk ke dalam bola, namun sebelum hal itu kau lakukan kau harus bisa membentuk cangkang bolanya terlebih dahulu. Ini memang sulit dan kebanyakan dari mereka akan gagal, namun jika kau terus berlatih maka semuanya akan lancar dan hal ini juga akan berdampak pada setiap kali kau menggunakan kekuatan mu nantinya."

"Hah, baiklah. Aku mengerti. Jadi maksud mu aku harus berlatih mengendalikan elemen ku dengan cara menemukan wadah yang tepat untuknya?"

"Hmm, yah kurang lebih seperti itu."

Lucas tersenyum canggung sambil menggaruk tengkuknya yang bahkan tidak terasa gatal sama sekali.

"Kurasa dia salah memahaminya, tapi jika aku jelaskan lagi, mungkin dia akan mengamuk dan yah..., kurasa ini lebih baik." batin Lucas disela-sela garukkannya.

****

Sudah beberapa bola yang berakhir tragis di tangan Senja. Mereka hancur bahkan sebelum energi Senja memasukinya. Senja sempat bingung, apakah benar bola tersebut telah dibuat dengan baik.

Jika benar kenapa setiap kali ia mencoba untuk memasukkan energinya ke dalam bola, namun dalam hitungan detik saja bola tersebut sudah hancur berantakan.

Dan anehnya lagi, setiap kali ia ingin bertanya, Lucas selalu saja mengatakan agar Senja berhenti mengeluarkan energi yang besar pada bola tersebut. Nyatanya Senja bahkan belum mengeluarkan secuil energi pada bola itu.

"Apa aku di tipu olehnya lagi?" batin Senja kesal.

Walau begitu, ia tetap terus berlatih sampai hari menjelang malam. Meski Lucas mengatakan untuk istirahat, namun Senja tetap saja tidak peduli dan terus saja berlatih. Ia kesal, dan ia ingin tahu sejauh mana bola itu bisa ia gunakan.

"Senja, aku tidak bisa menemani mu sampai akhir. Aku harus pergi...,"

Lucas sebenarnya tidak ingin meninggalkan Senja namun ia juga tidak bisa melupakan kewajibannya sebagai putra mahkota.

"..."

Senja bahkan tidak menjawab Lucas sama sekali, ia terlihat sibuk dengan bola-bola kasti tersebut.

"Baiklah, aku akan pergi. Jangan memaksakan diri mu dan beristirahatlah."

Setelah mengucapkan salam perpisahan, Lucas pun segera pergi dengan berteleportasi menggunakan kertas sihir yang ada di saku bajunya. Senja bahkan tidak sadar dengan kepergian Lucas dan terus saja berlatih di malam itu.

****

Keesokan harinya saat Lucas baru saja tiba di Hutan Kegelapan, ia sangat terkejut melihat tumpukkan bola kasti yang berserakan di mana-mana.

"Jangan bilang ia terus berlatih semalaman!" gumam Lucas sambil mencari dimana keberadaan Senja.

"Ini sangat berantakan, bagaimana bisa dalam waktu semalam tumpukkan bola sudah sebanyak ini?" lirihnya lagi saat melewati lapangan latihan dan menuju ke rumah tua tersebut.

Di dalam rumah terdapat Senja yang masih berkutat dengan bola tersebut. Ia terlihat begitu frustasi dengan gumaman aneh di sekitarnya.

"Sedikit lagi, sedikit lagi aku pasti bisa."

Lucas yang mendengar hal itu keluar dari mulut Senja menyakini bahwa Senja tidak beristirahat dengan baik tadi malam, dan ia masih terus saja berlatih sampai saat ini.

"Hentikan ini, kau bisa sakit jika terus-terusan seperti ini."

Lucas mengambil bola yang ada di telapak tangan Senja. Ia kemudian mengangkat Senja dan menidurkannya di atas sofa yang ada di ruangan tersebut.

"Kau butuh istirahat untuk tetap hidup tahu," lirih Lucas sambil melangkah pergi ke arah dapur.

Beberapa saat kemudian ia datang dengan membawa nampan berisi teh dan makanan sehat untuk Senja.

"Makanlah, dan istirahat untuk hari ini."

"Tidak, aku masih bisa berlatih."

"Kau keras kepala sekali, aku bilang istirahat saja untuk hari ini. Lagi pula aku juga tidak bisa mengawasi mu terus, aku juga tidak bisa lama-lama disini karena ada urusan. Apa kau mengerti?"

"..."

Senja hanya diam, ia malah asyik meminum tehnya sambil mencicipi makanan yang dibawa oleh Lucas.

"Hah, dengarkan aku. Kau hanya akan berlatih saat aku ada di samping mu dan jika aku tidak ada maka itu namanya libur. Kau tahu liburan bukan?" tanya Lucas sekali lagi.

"... Aku tahu." balas Senja pelan.

"Bagus, kalau begitu habiskan lah makan mu dan beristirahatlah setelahnya."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!