Alina Putri adalah Gadis muda yang baru berusia 17 tahun dan di umur yang masih muda itu dirinya dijodohkan dengan pria bernama Hafiz Alwi. Pria yang berumur 12 tahun di atas Alina Putri.
Keduanya dijodohkan oleh orang tua masing-masing karena janji di masa lalu yang mengharuskan Alina dan Hafiz menikah.
Pernikahan itu tentu saja tidak berjalan mulus, dikarenakan Hafiz meminta Alina untuk tetap merahasiakan hubungan mereka dari orang lain dan ada batasan-batasan yang membuat keduanya tidak seperti suami istri pada umumnya.
Bagaimanakah kisah mereka selanjutnya? Simak terus kisah mereka berdua di “Istri Sah Mas Hafiz”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muliyana setia reza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jaga Batasan
Pagi Hari.
Para orang tua tersenyum lebar ketika melihat Alina dan Hafiz yang baru tiba di ruang makan. Mereka mendengar teriakan Alina semalam, berpikir bahwa keduanya sedang melakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh sepasang pengantin baru.
“Alina, bagaimana tidur kamu? Nyenyak apa tidak?” Ibu Nur
Alina tak langsung menjawab pertanyaan Sang Ibu Mertua yang justru membuat Ibu Nur semakin senang.
“Tidak usah dijawab, Ibu sudah tahu,” ucap Ibu Nur.
Ibu Nur tersenyum lebar seraya menepuk bahu Hafiz berulang kali.
“Good job,” ujar Ibu Nur.
Hafiz hanya diam sambil mengisi piringnya dengan nasi dan juga lauk.
Seusai sarapan bersama, Hafiz pamit pergi karena ada urusan penting yang harus ia kerjakan. Ibu Nur dan Ayah Ismail meminta Hafiz untuk pergi mengajak Alina sekalian mendekatkan keduanya agar semakin dekat.
“Alina di rumah saja,” ucap Alina.
Beberapa jam sebelumnya.
Hafiz bangun dari tidurnya lebih awal dari pada biasanya, ia turun dari tempat tidur dan berniat membasuh muka.
Alina yang saat itu masih tidur, akhirnya terbangun karena mendengar suara air yang cukup berisik.
“Aku masih ngantuk,” ucap Alina sambil berjalan menuju kamar mandi dengan mata yang belum terbuka sempurna.
Ketika Alina hendak masuk ke dalam kamar mandi, ia terkejut karena yang ia sentuh bukanlah pintu kamar mandi. Melainkan, bagian perut Hafiz.
“Maaf,” ucap Alina reflek menjauh.
Hafiz menatap dingin Alina dan melanjutkan langkahnya ke sofa.
Melihat Hafiz yang sangat dingin dan terkesan cuek, membuat Alina sedikit kesal. Meski begitu, Alina hanya bisa diam dan memutuskan untuk lanjut tidur.
“Ketika tidak ada Ayah dan Ibu, aku harap kamu jaga batasan,” ucap Hafiz yang sedang berkutat dengan laptop miliknya.
Alina mengernyitkan keningnya mendengar ucapan Hafiz.
“Mas Hafiz bicara dengan Alina?” tanya Alina yang sudah berada di atas tempat tidur.
“Ya,” jawab Hafiz singkat tanpa ingin melihat Alina.
Alina mengiyakan apa yang suaminya katakan, meskipun sebenarnya Alina sangat keberatan dengan ucapan Hafiz padanya.
***
Ibu Nur menepuk bahu Alina yang tertangkap sedang melamun.
“Nak Alina melamun?” tanya Ibu Nur.
Alina tersenyum kecil dan menjelaskan bahwa dirinya tidak bisa ikut dengan Hafiz. Namun, alasan Alina tidaklah kuat dan Ibu Nur terus mendorong Alina untuk ikut bersama Hafiz.
Melihat wajah Ibu mertua yang sangat antusias, dengan terpaksa Alina mengiyakan.
“Tunggu apa lagi? Kalian berdua pergi lah,” ucap Ibu Nur.
Alina dan Hafiz pun bergegas pergi ke tempat yang akan Hafiz tuju.
Selama di dalam mobil, keduanya saling menutup diri satu sama lain. Tak ada pembicaraan selama menuju ke tempat tujuan.
Karena suasana dalam mobil yang semakin canggung, Alina pun memilih untuk tidur selama perjalanan.
Ketika Alina sedang tidur, tangan kanan Alina tak sengaja bergerak dan bersentuhan dengan tangan Hafiz yang sedang memegang handbrake.
Anak ini kenapa tidur tidak bisa diam. (Batin Hafiz)
Hafiz memilih mengabaikan Alina dan menambah kecepatan laju mobil menuju SPBU.
“Isi full ya Mas,” ucap Hafiz pada pengawai SPBU.
Suara Hafiz yang cukup lantang pada akhirnya membangunkan Alina. Akan tetapi, Alina memilih memejamkan matanya dan berharap kembali tidur.
“Terima kasih,” ucap Hafiz dan kembali mengemudikan mobilnya menuju lokasi.
Setibanya di lokasi, Hafiz pergi begitu saja. Tanpa ada niatan membangunkan Alina ataupun mengajak Alina pergi bersamanya.
“Hafiz, kamu apa kabar? Sudah seminggu kamu tidak ada kabar,” ucap Mahesa salah satu teman Hafiz.
“Seminggu belakangan ini aku sangat sibuk,” jawab Hafiz dan bersalaman dengan kelima temannya.
“Aku dengar Fatimah pindah sekolah, Hafiz. 2 hari yang lalu dia pergi mencarimu dan ternyata kamunya tidak ada,” terang Jefry.
“Benarkah? Kenapa kalian tidak ada yang memberitahu ku? Lalu, Fatimah pindah ke sekolah mana?” tanya Hafiz penasaran.
“Kalau tidak salah, Fatimah pindah di SD cempaka putih. Lebih dekat dari kampus tempatmu mengajar daripada tempat dia yang sebelumnya,” terang Jefry.
Alina yang masih berada di dalam mobil, perlahan membuka matanya dan ternyata Hafiz sudah hilang entah kemana. Alina mencoba membuka pintu mobil, namun Alina tidak bisa membukanya.
“Mas Hafiz kenapa tidak membangunkanku?” tanya Alina panik.
Alina mencoba menghubungi nomor telepon Hafiz, namun ia lupa bahwa dirinya tak pernah menyimpan apalagi meminta nomor telepon suaminya.
“Tidak mungkin aku meminta nomor telepon Mas Hafiz sama Ayah dan Ibu,” ucap Alina bermonolog.
1 jam kemudian, Hafiz datang dengan membawa minuman dingin untuk Alina.
“Minumlah,” ucap Hafiz sambil meletakkan minuman dingin tersebut begitu saja.
“Terima kasih. Maaf, kalau boleh tahu Mas Hafiz dari mana? Kenapa Alina tidak dibangunkan?” tanya Alina lirih.
“Ayah dan Ibu akan bertanya kita kemana. Kamu jawab saja kalau kita habis dari caffe menemui temanku,” pungkas Hafiz yang lagi-lagi tak melihat lawan bicaranya.
Cukup lama Alina diam, sampai akhirnya Alina terpaksa mengiyakan perkataan Hafiz padanya.
Hafiz kembali menyalakan mesin mobilnya dan bergegas kembali ke rumah mertuanya.
Rumah Keluarga Alina.
Sesampainya di rumah, rupanya orang tua dari Hafiz telah kembali ke rumah mereka. Meninggalkan Hafiz seorang diri di rumah keluarga Alina.
“Nak Hafiz, orang tuamu meminta kamu untuk tinggal di sini selama seminggu. Sebagai orang tua dari Alina, tentu saja kami sangat senang,” ucap Ayah Bahri.
Hafiz sebenarnya tak setuju dengan keinginan orang tuanya, akan tetapi Hafiz juga tidak bisa menentang keinginan orang tuanya dan membuat Hafiz terpaksa melaksanakan keinginan Ayah dan Ibunya.
“Bagaimana jalan-jalan hari ini? Kenapa kalian kelihatannya lesu?” tanya Ibu Desi.
“Lesu bagaimana, Ibu? Alina hari ini kurang sehat dan Mas Hafiz mengantuk,” jawab Alina menutupi kecurigaan Sang Ibu.
“Kalian sudah makan siang? Bagaimana kalau kalian makan dulu, baru setelah itu kalian istirahat di kamar,” tutur Ibu Desi.
“Alina dan Mas Hafiz sudah makan, Ibu,” terang Alina dan permisi pergi ke kamar.
Setibanya di kamar, Hafiz mempertanyakan alasan Alina yang mengatakan bahwa Sang istri sudah makan. Padahal, Alina belum makan selama pergi bersama dengannya.
“Kenapa kamu berkata seperti itu pada Ibu?” tanya Hafiz tanpa ingin menatap mata Alina.
“Lalu, Mas Hafiz mau Alina berkata jujur pada Ibu kalau Alina dikunci sama Mas di dalam mobil?” tanya Alina yang berdiri membelakangi Hafiz.
Hafiz diam seribu bahasa dan malah naik ke tempat tidur.
“Alina akan menjaga batasan sesuai keinginan Mas Hafiz,” ucap Alina sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
Alina membasuh wajahnya sambil menata hatinya yang kesal karena sikap Hafiz. Jika bukan karena perjodohan yang sudah diatur oleh orang tuanya sejak lama, Alina tentu saja tidak menerima Hafiz sebagai suaminya.
kan anak ibu
kalau hafiz yang cari sama aja numbalin rumah tangga mereka.