Istri Sah Mas Hafiz

Istri Sah Mas Hafiz

Syukuran Kelulusan

Alina Putri menangis terharu ketika melihat pengumuman di majalah dinding atas hasil nilai ujiannya yang ternyata mendapatkan peringkat pertama tingkat provinsi. Prestasi yang tentu saja diinginkan semua orang.

Ucapan demi ucapan datang bergiliran atas prestasi dari sosok Alina Putri. Gadis cantik berusia 17 tahun tepat di hari kelulusan sekolah tingkat menengah atas atau disebut juga SMA.

“Kau hebat, Alina. Ibu sangat bangga sama kamu,” ucap wali kelas Alina bernama Bu Wiwik.

“Terima kasih, Bu Wiwik. Nilai yang Alina dapat hasil dari didikan Bu Wiwik,” balas Alina.

Alina tak sabar ingin pulang ke rumah, untuk memberitahu hasil nilai yang sangat membanggakan tersebut.

“Pak, tolong antar saya ke jalan himalaya no 22,” ucap Alina pada tukang ojek pengkolan.

“Siap, Dik Alina,” balas Pak Ojek.

Hampir semua tukang ojek pengkolan di tempat itu mengenal Alina. Karena Alina sudah terbiasa naik ojek daripada diantar oleh kedua orang tuanya.

Senyum Alina terus menghiasi wajah cantiknya, ia tak sabar ingin melihat wajah kedua orang tuanya.

“Assalamu'alaikum,” ucap Alina sambil melangkah masuk ke dalam rumah.

“Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,” sahut kedua orang tua Alina yang sedang duduk santai di ruang tamu.

Alina berlari kecil menghampiri Ibunya dan berterima kasih atas do'a yang telah Sang Ibu panjatkan untuk dirinya.

“Ibu, terima kasih karena terus mendukung Alina selama ini,” ucap Alina yang berada di pelukan Ibu Desi.

“Sebagai Ibu, tentu saja Ibu harus mendukung putrinya. Cepat beritahu kami ada berita baik apa sehingga Alina nampak sangat bahagia,” tutur Ibu Desi meminta Alina untuk segera memberitahu kabar baik tersebut.

Alina dengan semangat membuka tas ransel miliknya dan memperlihatkan nilai ujian kelulusan yang sangat memuaskan.

“MasyaAllah, nilai Alina sangat sempurna,” ucap Ibu Desi.

“Terima kasih ya sayang, kamu sudah membuktikan kepada Ibu dan juga Ayah atas prestasi yang membanggakan ini,” tutur Ayah Bahri.

Sebagai rasa terima kasih dan juga syukur atas nilai yang Alina raih. Ibu Desi dan Ayah Bahri memutuskan untuk membuat syukuran kelulusan yang akan dihadiri oleh warga sekitar.

Alina menyetujui keinginan kedua orang tuanya dan bersiap-siap untuk membuat acara syukuran kelulusan.

“Ayah, sudah waktunya bagi kita untuk menjodohkan Alina dan Hafiz,” ucap Ibu Desi.

“Secepatnya kita akan mempertemukan kedua keluarga,” balas Ayah Bahri.

Alina yang sudah berada di kamarnya, bergegas mandi agar tubuhnya semakin segar.

Beberapa Jam Kemudian.

Hidangan makanan serta minuman telah siap dan akan segera dinikmati oleh warga sekitar. Senyum manis Alina terus saja menghiasi wajahnya, manakala tetangga berdatangan mengucapkan selamat untuknya.

“Alina, reneo nduk,” ucap Ibu Desi memanggil Alina agar mendekat padanya.

Alina berjalan setelah membungkuk ketika melewati orang-orang yang tengah duduk sila sambil menatapnya dengan penuh kagum.

“MasyaAllah, Cantik sekali,” puji seorang wanita yang seumuran dengan Ibu Desi.

“Alina, ayo salim sama Ibu Nur,” bisik Ibu Desi pada Alina.

Alina pun menyalimi Ibu Nur dan tiba-tiba saja Ibu Nur membelai rambut Alina dengan lembut.

“Dulu kamu masih bayi, sekarang sudah besar saja,” ucap Ibu Nur.

Alina hanya tersenyum mendengar Ibu Nur berkata seperti itu.

“Maaf, Alina izin kembali ke sana,” ujar Alina sambil menunjuk ke arah teman sebayanya yang sedang duduk sambil mengobrol.

Ibu Desi maupun Ibu Nur mengiyakan ucapan Alina.

“Desi, Putrimu itu sangat cantik dan juga pintar. Hafiz pasti langsung jatuh cinta melihat calon mantuku,” ucap Ibu Nur pada calon besannya.

“Mbak bisa saja, Alina pun pasti langsung menyukai Nak Hafiz,” balas Ibu Desi sambil tertawa malu-malu.

Syukuran di hari itu berjalan dengan lancar dan setiap orang yang datang, tentu saja akan mendapatkan nasi kotak untuk dibawa pulang ke rumah mereka masing-masing.

Keluarga Alina, bisa dikatakan adalah keluarga terpandang di daerah itu. Bahkan, dihormati dan disegani oleh masyarakat sekitar karena kepribadian baik orang tua Alina Putri.

***

Malam Hari.

Alina mengalami demam yang cukup tinggi, tapi gadis itu tidak ingin memberitahu kedua orang tuanya. Yang bisa Alina lakukan hanya beristirahat di dalam kamarnya agar besok pagi dirinya sudah pulih.

“Alina, ayo makan malam bersama. Ibu sudah membuatkan tempe goreng dan sambal terong kesukaan kamu,” ucap Ibu Desi.

Alina tidak bisa menolak ajakan Ibunya tercinta. Karena Alina tidak ingin membuat Sang Ibu kecewa karena menolak ajakan makan malam bersama.

“Alina habis ngapain di kamar?” tanya Ibu Desi ketika Alina baru saja keluar dari kamarnya.

“Alina tadi tiduran, Ibu,” jawab Alina terpaksa berbohong.

Ibu Desi meminta Alina untuk makan malam bersama, setelah itu Alina boleh melanjutkan istirahatnya di kamar.

“Nak, bagaimana kalau Kamu dalam waktu dekat ini menikah?” tanya Ayah Bahri pada Alina yang tengah fokus mengunyah makanan.

“Uhuk.. uhuk..” Alina tersedak dan buru-buru menegak air minumnya.

Alina memutuskan untuk kembali ke kamarnya, padahal nasi di piringnya masih tersisa 2 sendok makan.

“Ayah, Ibu. Alina mau istirahat dulu, permisi,” ucap Alina dan bergegas kembali ke kamarnya.

Ibu Desi menepuk bahu suaminya yang membuat Alina pergi padahal belum selesai makan.

“Ayah kok ngono to? Lihat, makanan dia saja tidak habis karena pertanyaan Ayah yang tiba-tiba begini,” ucap Ibu Desi kesal.

“Ya maaf, tiba-tiba saja pertanyaan itu keluar dari mulut Ayah,” balas Ayah Bahri.

Setelah makan malam, Ibu Desi bergegas menyusul Alina di kamar dan ternyata Sang putri sudah tidur nyenyak.

“Sudah tidur rupanya,” gumam Ibu Desi.

Wanita berusia 40 tahun itu kembali menutup pintu kamar Alina dengan pelan agar tak membangunkan Alina. Kemudian, kembali ke ruang makan untuk membereskan meja makan yang sempat tertunda.

Alina sebenarnya belum tidur, gadis yang baru berusia 17 tahun itu hanya berpura-pura tidur untuk menghindari pertanyaan dari orang tuanya.

“Bahkan Aku tidak pernah jatuh cinta dengan cowok manapun. Bagaimana Ayah bisa bertanya seperti itu?” tanya Alina bermonolog.

Sejak SD sampai lulus SMA, yang Alina pikirkan hanyalah belajar dan belajar. Bahkan, untuk seorang teman saja Alina tidak punya. Karena saking fokusnya ia dalam dunia pendidikan.

Kadangkala Alina merasa kesepian, ia ingin seperti teman-teman yang lain. Yang bisa melakukan semuanya dengan sangat bebas. Seperti bermain, menghabiskan akhir pekan dengan pergi ke pusat perbelanjaan atau sekedar nongkrong santai.

Akan tetapi, teman sekolah yang datang padanya tidaklah tulus. Banyak dari mereka yang datang hanya untuk menyontek dan ketika tidak diberi, mereka akan mengejek maupun menjelekkan sosok Alina.

“Tetaplah tenang, Alina. Kamu pasti bisa menghadapi hari esok,” gumam Alina sebelum tidur.

Terpopuler

Comments

mama Al

mama Al

aku mampir kak salam dari after wedding Panji dan Echa

2023-10-10

1

♡ꪀo𝒗eꪶᵢₛₜ 𝓐𝓵𝓮𝓽𝓽𝓱𝓮𝓪♪♪

♡ꪀo𝒗eꪶᵢₛₜ 𝓐𝓵𝓮𝓽𝓽𝓱𝓮𝓪♪♪

seruuu banget ceritanya,jangan lupa mampir kak

2023-10-09

0

Else Widiawati

Else Widiawati

aku mampir kak...aku mau marathon ahhhh...

2023-10-07

2

lihat semua
Episodes
1 Syukuran Kelulusan
2 Pertemuan Dua Keluarga
3 Alasan Pertemuan Dua Keluarga
4 Akhirnya Menikah
5 Jaga Batasan
6 Saling Acuh Tak Acuh
7 Tinggal Di Rumah Keluarga Hafiz
8 Hadiah Kecil Dari Mertua Tercinta
9 Melihat Suami Bersama Wanita Lain
10 Primadona Kampus
11 Marahnya Seorang Alina
12 Jaga Sikap Dan Jaga Ucapan
13 Perhatian Kecil Hafiz Untuk Alina
14 Hafiz Menemani Fatimah Makan Siang
15 Pulangnya Intan Alwi
16 Untuk Pertama Kalinya Bertemu Adik Ipar
17 Insiden Di Dapur
18 Fatimah Meminta Kejelasan Status
19 Hafiz Dinas Ke Yogyakarta
20 Sikap Hafiz Yang Semakin Dingin
21 Serba Salah
22 Tragedi Truk Terbalik
23 Berhutang Budi Pada Sang Penyelamat
24 Alina Sama Sekali Tidak Diperhatikan
25 Fatimah Melihat Sang Penyelamat
26 Perjanjian 100 Hari
27 Datangnya Hafiz Tanpa Pemberitahuan
28 Sikap Alina Yang Mendadak Berubah
29 Berpisah Untuk Sementara Waktu
30 Makan Siang Bersama
31 Fatimah Tidak Ingin Melepaskan Hafiz
32 Melepas Penat Di Kota Malang
33 Hafiz Mulai Kagum Dengan Sosok Alina
34 Tak Ingin Berharap Banyak
35 Datang Menyapa Alina
36 Selamat Jalan Ibu Nur
37 Sikap Hafiz Mendadak Berubah
38 Mimpi Dibalik Perubahan Sikap Hafiz
39 Alina Ingin Bercerai
40 Berusaha Menjadi Suami Yang Baik
41 Banyak Mengucap Istighfar
42 Kami Adalah Suami Istri
43 Banyak Pro Dan Kontra
44 Fatimah Tak Bisa Menghubungi Hafiz
45 Hafiz Mulai Bingung Dengan Perasaannya
46 Akhirnya Ayah Ismail Siuman
47 Hafiz Terpaksa Mengusir Fatimah
48 Penjelasan Hafiz Pada Alina
49 Pertengkaran Tak Dapat Terelakkan
50 Fatimah Tak Rela Dan Takkan Merelakan Hafiz
51 Menjadi Suami Istri Seutuhnya
52 Hafiz Datang Menemui Fatimah Di Rumah Sakit
53 Cerai!!
54 Hafiz Dan Fatimah Pergi Bersama Mencari Alina
55 Alina Melihat Kedekatan Hafiz Dan Fatimah
56 Bagaikan Hilang Ditelan Bumi
57 Hafiz Mengungkapkan Hubungannya
58 Alina Menenangkan Diri Di Ponorogo
59 Hafiz Menyusul Alina Ke Ponorogo
60 Salah Paham Yang Terselesaikan
61 Fatimah Enggan Mengakui Kesalahannya
62 Alina Akhirnya Kembali Ke Jakarta
63 Berbadan Dua
64 Ibu Nunuk Datang Menemui Alina Dan Hafiz
65 Alina Dan Hafiz Memutuskan Menemui Fatimah
66 Kecelakaan Beruntun
67 Happy Ending
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Syukuran Kelulusan
2
Pertemuan Dua Keluarga
3
Alasan Pertemuan Dua Keluarga
4
Akhirnya Menikah
5
Jaga Batasan
6
Saling Acuh Tak Acuh
7
Tinggal Di Rumah Keluarga Hafiz
8
Hadiah Kecil Dari Mertua Tercinta
9
Melihat Suami Bersama Wanita Lain
10
Primadona Kampus
11
Marahnya Seorang Alina
12
Jaga Sikap Dan Jaga Ucapan
13
Perhatian Kecil Hafiz Untuk Alina
14
Hafiz Menemani Fatimah Makan Siang
15
Pulangnya Intan Alwi
16
Untuk Pertama Kalinya Bertemu Adik Ipar
17
Insiden Di Dapur
18
Fatimah Meminta Kejelasan Status
19
Hafiz Dinas Ke Yogyakarta
20
Sikap Hafiz Yang Semakin Dingin
21
Serba Salah
22
Tragedi Truk Terbalik
23
Berhutang Budi Pada Sang Penyelamat
24
Alina Sama Sekali Tidak Diperhatikan
25
Fatimah Melihat Sang Penyelamat
26
Perjanjian 100 Hari
27
Datangnya Hafiz Tanpa Pemberitahuan
28
Sikap Alina Yang Mendadak Berubah
29
Berpisah Untuk Sementara Waktu
30
Makan Siang Bersama
31
Fatimah Tidak Ingin Melepaskan Hafiz
32
Melepas Penat Di Kota Malang
33
Hafiz Mulai Kagum Dengan Sosok Alina
34
Tak Ingin Berharap Banyak
35
Datang Menyapa Alina
36
Selamat Jalan Ibu Nur
37
Sikap Hafiz Mendadak Berubah
38
Mimpi Dibalik Perubahan Sikap Hafiz
39
Alina Ingin Bercerai
40
Berusaha Menjadi Suami Yang Baik
41
Banyak Mengucap Istighfar
42
Kami Adalah Suami Istri
43
Banyak Pro Dan Kontra
44
Fatimah Tak Bisa Menghubungi Hafiz
45
Hafiz Mulai Bingung Dengan Perasaannya
46
Akhirnya Ayah Ismail Siuman
47
Hafiz Terpaksa Mengusir Fatimah
48
Penjelasan Hafiz Pada Alina
49
Pertengkaran Tak Dapat Terelakkan
50
Fatimah Tak Rela Dan Takkan Merelakan Hafiz
51
Menjadi Suami Istri Seutuhnya
52
Hafiz Datang Menemui Fatimah Di Rumah Sakit
53
Cerai!!
54
Hafiz Dan Fatimah Pergi Bersama Mencari Alina
55
Alina Melihat Kedekatan Hafiz Dan Fatimah
56
Bagaikan Hilang Ditelan Bumi
57
Hafiz Mengungkapkan Hubungannya
58
Alina Menenangkan Diri Di Ponorogo
59
Hafiz Menyusul Alina Ke Ponorogo
60
Salah Paham Yang Terselesaikan
61
Fatimah Enggan Mengakui Kesalahannya
62
Alina Akhirnya Kembali Ke Jakarta
63
Berbadan Dua
64
Ibu Nunuk Datang Menemui Alina Dan Hafiz
65
Alina Dan Hafiz Memutuskan Menemui Fatimah
66
Kecelakaan Beruntun
67
Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!