NovelToon NovelToon
Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami
Popularitas:27.9k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Aluna Haryanti Wijaya, gadis lembut yang menikah demi menjaga kehormatan keluarga. Pernikahannya dengan Barra Pramudya, CEO muda pewaris keluarga besar, tampak sempurna di mata semua orang. Namun di balik janji suci itu, Aluna hanya merasakan dingin, sepi, dan luka. Sejak awal, hati Barra bukan miliknya. Cinta pria itu telah lebih dulu tertambat pada Miska adik tirinya sendiri. Gadis berwajah polos namun berhati licik, yang sejak kecil selalu ingin merebut apa pun yang dimiliki Aluna.

Setahun pernikahan, Aluna hanya menerima tatapan kosong dari suaminya. Hingga saat Miska kembali dari luar negeri, segalanya runtuh. Aluna akhirnya tahu kebenaran yang menghancurkan, cintanya hanyalah bayangan dari cinta Barra kepada Miska.

Akankah, Aluna bertahan demi cintanya. Atau pergi meninggalkan Barra demi melanjutkan hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

01. Satu Tahun berlalu

Sudah genap satu tahun Aluna menyandang status sebagai Nyonya Pramudya. Namun, gelar itu sama sekali tidak membuat hidupnya lebih indah. Barra masih tetap sama dingin, kaku, dan seakan tidak peduli bahwa ada seorang istri yang menunggunya di rumah setiap malam.

Setiap hari Aluna selalu mencoba mencari perhatian, meski sering berakhir dengan kecewa. Kadang ia sengaja terlambat pulang, kadang ia menggoda teman pria mereka di pesta, bahkan pernah ia sengaja mengenakan gaun yang paling disukai banyak pria hanya untuk melihat reaksi suaminya. Namun semua sia-sia. Barra tidak pernah marah, tidak pernah cemburu, bahkan seakan tidak melihat usaha Aluna sama sekali.

Malam itu, Aluna kembali mencoba. Dia duduk di ruang kerja Barra, melipat tangan di dada dengan wajah cemberut.

“Barra,” panggilnya, suaranya dibuat manja.

Pria itu bahkan tidak mengangkat wajah dari dokumen di hadapannya.

“Hm?”

“Aku tadi makan malam sama Andra. Dia bilang aku makin cantik.” Aluna menekankan kalimat terakhir, berharap ada sedikit reaksi.

Tapi Barra hanya menandatangani berkasnya.

“Baguslah kalau begitu,” jawabnya singkat.

Aluna terdiam, dadanya terasa sesak. Ia ingin marah, ingin berteriak bahwa dia bukan boneka yang hanya dipajang di rumah besar ini, tapi lidahnya kelu. Perlahan, air mata jatuh tanpa bisa ia tahan. Ia membalikkan tubuh, berjalan keluar, meninggalkan suaminya yang bahkan tidak menyadari betapa hancurnya hati seorang istri yang terus berusaha dicintai.

Aluna masih terduduk di ruang tamu dengan wajah penuh kekecewaan. Air matanya belum kering ketika suara pintu kamar kerja terbuka. Barra keluar dengan langkah tergesa, ponsel menempel di telinganya.

“Ya, saya segera ke sana … tunggu di tempat biasa,” suara Barra terdengar jelas, dingin, penuh kepastian.

Aluna buru-buru berdiri, menghampiri pria itu. “Barra, kamu mau ke mana? Ini sudah hampir tengah malam,” tanyanya dengan nada cemas bercampur curiga.

“Menemui klien,” jawab Barra singkat tanpa menoleh.

“Klien? Jam segini?” Aluna menahan pergelangan tangan Barra, memaksanya berhenti sejenak. Matanya menatap penuh harap, menunggu jawaban yang bisa menenangkan hatinya.

Namun, Barra hanya menarik tangannya dengan kasar, lalu melangkah lagi. “Jangan ikut campur.”

Pintu utama terbuka dan tertutup keras, meninggalkan Aluna yang berdiri mematung di ruang tamu yang luas tapi terasa hampa. Tangannya mengepal erat, tubuhnya bergetar menahan perasaan yang campur aduk marah, kecewa, sakit hati, sekaligus masih mencintai.

'Satu tahun …'batinnya.

'Satu tahun aku mencintai pria itu. Satu tahun aku berbakti pada pernikahan ini. Aku menyiapkan sarapan setiap pagi, menunggunya setiap malam, merelakan tubuhku, bahkan mengubur semua egoku hanya untuknya. Tapi, apa balasan yang kudapat? Tatapan dingin, kata-kata singkat, bahkan sapaan pun tak pernah.'

Aluna menutup wajahnya dengan kedua tangan. Isak kecil lolos, menyesakkan dadanya. Yang tak pernah ia tahu malam itu bukanlah malam biasa. Malam itu menjadi awal dari kembalinya mimpi buruk yang selama ini dijauhkan Kakek Haryanto darinya.

Sementara itu di tempat lain.

Bandara malam itu dipenuhi cahaya lampu neon yang berkilauan, ramai dengan para penumpang yang baru tiba dari penerbangan internasional. Barra berdiri tegap di depan pintu kedatangan internasional, jas hitamnya rapi, wajahnya tegas seperti biasa.

Tak lama, seorang gadis berwajah cantik dengan senyum menawan melangkah keluar. Rambut panjangnya tergerai, tubuhnya dibalut gaun sederhana namun elegan, dialah Miska saudara tiri Aluna.

“Kak Barra…” suara lembut itu terdengar, seakan membawa nostalgia yang selama ini disembunyikan.

Barra menoleh, matanya berbinar untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Senyum tipis muncul di wajah yang selama setahun hanya menunjukkan dingin pada istrinya.

Tanpa ragu, Miska berlari kecil dan langsung memeluk Barra. Seolah-olah pria itu bukan kakak iparnya, melainkan pria yang sudah lama dinantikan dengan penuh rindu. Barra tidak menolak, bahkan seakan menikmati kehadiran gadis itu. Di balik pelukan hangat itu, Miska diam-diam mengeluarkan ponselnya, mengangkatnya sedikit ke samping. Sebuah foto dirinya dan Barra yang tampak akrab pun terabadikan. Beberapa menit kemudian, foto itu terkirim ke ponsel ponsel Aluna.

Aluna yang masih duduk di ruang tamu, menunggu Barra pulang dengan mata sembab, mendengar getaran ponselnya. Ia membuka pesan, dan detik berikutnya wajahnya pucat.

Layar menampilkan foto Barra bersama Miska. Senyum manis Miska tampak begitu polos, seakan sedang bersama pria yang benar-benar mencintainya.

[Kak, terima kasih sudah menjaga Barra untukku. Sekarang aku sudah pulang.]

Jantung Aluna serasa diremas. Matanya berkaca-kaca, dadanya bergemuruh. Tangannya bergetar menggenggam ponsel. Namun, ia tidak membalas. Hanya menutup layar dan meletakkan ponsel itu di meja. Air matanya jatuh, satu demi satu.

'Jadi benar … dari awal yang ada di hati Barra hanyalah Miska.'

Aluna memeluk dirinya sendiri, seakan mencoba menahan perih yang menelannya hidup-hidup. Aluna menyeka air matanya kemudian, lalu bangkit dari sofa menuju kamarnya.

Malam itu rumah besar Pramudya milik suaminya terasa hening. Aluna duduk di sisi ranjang, memandangi gelas air putih yang baru saja ia letakkan di atas nakas. Tangannya sedikit bergetar, tapi matanya penuh tekad.

'Jika cinta tidak bisa kudapat dengan cara yang baik, maka aku akan merebutnya ... dengan cara apapun.'

Pukul sebelas lebih, pintu kamar terbuka. Barra baru pulang. Wajahnya tampak lelah, jas dilepaskan begitu saja, lalu ia masuk ke kamar mandi. Air terdengar mengalir sebentar, sebelum pria itu keluar dengan rambut masih sedikit basah.

Barra menoleh pada ranjang, melihat Aluna terlelap. Ia menghela napas panjang. Berniat untuk tidur di ruang tamu, seperti biasa. Namun sebelum keluar, kebiasaan lamanya memanggil, ia mengambil gelas air putih di atas nakas, meneguknya hampir tandas.

Belum sempat melangkah ke pintu, tubuhnya tiba-tiba terasa panas. Nafasnya berat, matanya mendelik ke arah gelas kosong di tangan, lalu pada sosok Aluna yang masih berbaring. Dengan langkah terguncang, ia mendekat, lalu mencengkeram bahu istrinya. “Kau … kau memberi aku obat?!” suaranya berat, penuh amarah.

Aluna tersentak, pura-pura terbangun. “Apa maksudmu? Aku tidak mengerti, Barra…” suaranya lembut, matanya berair, namun di dalam hati ia berbisik penuh ambisi, 'Jika aku tidak bisa mendapatkan hatimu, maka aku akan mendapatkanmu dengan cara ini.'

Barra berusaha keras menolak gejolak dalam tubuhnya. Namun tatapan Aluna, sentuhan tangannya, dan kehangatan yang semakin dekat membuat pertahanannya runtuh. Malam itu, akhirnya ia tak kuasa lagi menahan. Aluna tersenyum di balik desahannya, menikmati setiap detik.

'Akhirnya, kau jadi milikku, Barra.'

Setelah semuanya usai, Barra terlelap dalam kelelahan. Aluna masih terjaga, dengan tatapan penuh kemenangan, ia mengusap lembut wajah suaminya, lalu mengambil ponselnya.

Sebuah foto Barra yang tertidur di pelukannya pun terabadikan, dengan cepat, ia kirimkan foto itu kepada Miska.

[Dia ada di sisiku, bukan di sisimu. Jangan coba-coba merebut apa yang sudah jadi milikku.]

Di rumah keluarga Wijaya, Miska yang sedang bersiap tidur menerima pesan itu. Saat foto itu muncul di layar, wajahnya memerah, tangannya gemetar. Teriakan melengking lepas dari mulutnya, memenuhi kamar mewahnya.

“Aku tidak akan kalah darimu, Aluna!” pekiknya sambil menghantam meja rias hingga cermin bergetar.

1
juwita
si miskin sm si bara Bret brot emg cocok sm" pecundang sm" licik.
mama
alhamdulillah.. Taka datang tepat waktu
Sunaryati
Benar kan memang kalian sangat cocok Miska dan Barra, sama- sama licik jadi kalian pas hancur bersama.
Sunaryati
Barra akan hancur bersamamu Miska, kau lupa ada CCTV ada pengawal Aluna, yang mengawasi dar kejauhan, dan mengirimkan kejadian seutuhnya pada Tuan Taka
Uthie
Yeayy... Taka is the Hero 🤩👍🏻
Cookies
ceritanya bagus, miska dan barra siap² amarah tuan taka
Cookies
masih kurang thor🤭, lanjut yg byk
Aisyah Alfatih: kita lanjut besok ya, 3 bab 💪💪
total 1 replies
Lee Mbaa Young
Bner kan Dugaan ku aluna blm pernh tidur dng Taka, krn aluna blm move on. ini aja krn obat coba kl waras gk mungkin aluna mau hub badan dng Taka. kasian banget Taka 🤣 punya istri tp gk di layani.
Aisyah Alfatih: bukan nggak bisa move on, tapi alunanya nggak mau jatuh cinta karena pelarian 🤭
total 1 replies
partini
6 tahun cuma megang tangan doang
Aisyah Alfatih: 😂😂😂😂😂
total 5 replies
A.M.G
mampus lu bar
A.M.G
kapan sih para benalu tersingkir kan
A.M.G
namanya juga hidup pasti penyesalan datangnya belakangan
A.M.G
semangat
Uthie
koq si Miska masih dipertahankan gtu sihh itu???
Warung Sembako
dr awal semua kekacuan jg krn miska, hrusnya miska juga ikut hancur, bkn bara seorang...
Ma Em
Tuti dan Miska bukannya menyadari semua kesalahannya malah bertambah nekad sepertinya , Aluna sdh terlanjur hancurkan saja Tuti dan Miska biar dia sadar bahwa dia tdk akan bisa melawan Aluna dan menyesali dgn segala perbuatannya , jgn beri maaf Miska sama Tuti
Uthie
Bagusss Aluna.. singkirin aja tuhh 2 manusia jahat si Tuti ma Miska 👍🏻🤨😡😡
Uthie
Biarlah si Barra aja yg kasih pelajaran tak kan pernah dia lupa kan juga .. sebagai mana dulu Aluna pun merasakan nya hingga kini 👍🏻🤨😤
ken darsihk
Eehhh duo racun Tuti dan Miska kalian benar-benar nggak ada kapok nya ya , rencana busuk apa lagi yng ada di kepala kalian
Semoga karma cepat menjemput mu 😡😡😡
nur adam
lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!