Lelaki yang sangat ingin kuhindari justru menjadi suamiku?
•••
Kematian Devano dan pernikahan kedua sang Papa, membuat kehidupan Diandra Gautama Putri berubah. Penderitaannya bertambah ketika tiba-tiba menikah dengan laki-laki yang membencinya. Kaiser Blue Maverick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tiatricky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5
Prok prok prok
Suara tepukan tangan terdengar di koridor sekolah. Kenzie langsung mencekal tangan Diandra dengan lembut.
"Ken, Lo kenapa sih pegang-pegang tangan cewek itu?." Kesal salah satu siswi.
"Minggir Lo semua!." Sentak Kenzie dengan emosi yang membara. Laki-laki itu membawa Diandra untuk menjauh dari kerumunan.
"Diandra brengsek!." Siswi itu berjalan dengan cepat mendekat pada Diandra. Lalu tangannya terulur untuk menjambak rambut gadis itu.
"Arghhh! Sakit!." Diandra mencoba untuk melepaskan tangan siswi itu dengan tangannya. "Lepasin tangan kamu. "
Plak
"Lepas!." Kenzie menatap dengan tajam.
"Eh, Kenzie ngapain tuh sama cewek itu?." Elang secara tidak sengaja melihat Kenzie di kejauhan.
Alaska, Kaiser, Rival dan Chika menyipitkan mata mereka. Lalu berjalan cepat menuju kearah Kenzie serta Diandra juga seorang siswi.
"Gue bilang gue gak suka sama Lo bangsat!." Suara Kenzie terdengar jelas di telinga beberapa murid yang masih ada di sana.
Siswi itu seketika berkaca-kaca. Bahunya merosot dengan sorot mata tidak percaya. "Kamu tega ngatain aku seperti itu? Bukankah selama ini ka—."
"Itu dulu bukan sekarang. " Kenzie menyela. Lalu dia pun pergi meninggalkan mereka yang terdiam di tepat.
Kaiser seketika melipat kedua tangannya di atas dada. "Pembunuh kaya Lo udah mulai beraksi ya. Amazing!."
"Hati-hati, Zie. Entar nyawa Lo hilang di bunuh cewek itu. " Celetuk Alaska.
Seketika Kenzie berbalik badan. Dia tersenyum miring lalu dengan sengaja merangkul bahu Diandra. Seketika gadis itu bergeming.
Beberapa detik terjadi hingga tiba-tiba Kaiser menerjang tubuh Kenzie.
"Kenapa Lo tiba-tiba ngamuk? Cemburu?." Kenzie terkekeh geli mendengarnya. Dia mendengus geli.
Shit! Gue ngapain sih! Kenapa juga tiba-tiba gue kek gini? Kaiser mencoba untuk tetap tenang.
"Terima kasih banyak, Zie. Aku pergi dulu. " Belum sempat Diandra pergi, gadis itu mundur dan terpeleset. Dengan sigap, Kaiser menahan tubuh gadis itu.
"Hai, sayang. Kita bertemu lagi di sini?." Suara laki-laki dari belakang Kenzie.
"Ka kamu.." Diandra menggelengkan kepalanya kuat.
Grap
"Lo mau ngapain hah?." Kenzie langsung memegang bahu laki-laki asing itu.
"Ketemuan sama pacar gue lah. Ya kan sayang? Kita sudah lama nggak ketemuan loh. Kabar kamu gimana?." Laki-laki itu tersenyum menyeramkan.
Tubuh Diandra bergetar hebat. Dia meremas seragam yang dikenakan Kaiser. "Pergi kamu dariku! Sudah cukup aku trauma karena mu. "
"Siapa sih?." Elang sangat penasaran.
"Alvian dari SMA ANDORA. " Rival menjawab.
"Woahh, sekarang ketemuan lagi ya. Sayang, dia yang udah bikin aku kecelakaan. " Chika berujar membuat rahang Rival mengeras.
Alvian tersenyum dan bertepuk tangan. "Amazing. Gue gak nyangka bakal satu sama sekolah sama Lo. Hebat, hebat. "
Kenzie menarik tangan Diandra.
"Heh, Lo mau bawa cewek ini kemana?." Kaiser tersenyum puas. Dia memeluk Diandra dengan satu tangannya.
Diandra seketika mendadak pusing. Dia memegangi kepalanya yang berdenyut keras. Keringat dingin bercucuran di wajahnya. "A aku.."
"Gue bilang lepasin dia." Kenzie berucap.
"Lo lepasin dia terus kasih ke gue. Gue ada urusan sama tuh cewek. " Alvian ikut-ikutan.
Bug
Kenzie melayangkan pukulan di wajah Alvian.
Bug
Alvian pun membalasnya. "Sialan Lo. Lo gak tahu gue siapa. Jangan berani mukulin gue. "
"Argh! Sakit sekali! Kalian jangan bertengkar!." Diandra memegangi kepalanya yang terasa sakit. Dia semakin meremas seragam sekolah Kaiser.
Bruk
"Brengsek! Sakit bego!." Kaiser dengan kasar mendorong tubuh Diandra.
Kenzie yang melihat langsung meraih tangan Diandra. Membopong gadis itu dan bergegas pergi. "Sst! Ada gue di sini. "
Belum sempat Kaiser berlari mengejar Kenzie, suara seseorang menghentikan langkahnya.
"Sayang... Maaf, aku lama. " Vanesa langsung memeluk kekasihnya.
"Ortu Lo tukang korupsi ya, Vanesa Subandi?." Celetuk Alvian mengejutkan Vanesa.
"Siapa bilang ortu gue korupsi. Dih, enggak ya. Siapa Lo berani bilang gitu sama gue?." Vanesa sedikit panik.
"Sok kenal banget Lo sama Vanesa. " Elang terkekeh.
Alvian menghela nafas panjang. Melipat kedua tangannya di atas dada. "Kaiser nama Lo kan?."
Kaiser tidak menjawab. Dia merangkul bahu kekasihnya.
"Kasihan banget sih Lo punya cewek kek dia. " Alvian mencibir.
Chika maju ke depan. "Maksud Lo apa ngomong gitu sama Kaiser?. "
Alvian bersikap seolah-olah berpikir keras. "Gimana ya. Menurut gue, lebih baik Lo hati-hati deh sama temen sekaligus pacar Lo sendiri. Cepat atau lambat, pengkhianat bakal terungkap. "
"Pengkhianat?." Alaska menggaruk-garuk kepalanya.
"Ngarang tuh bocah!." Rival berujar dengan tatapan sinis.
"Emang siapa yang berkhianat? Jangan-jangan Lo, Val?." Chika menuding kekasihnya lalu tertawa melihat raut wajah frustasi Rival.
"Yang... aku nggak berani melawan Kaiser. Bisa koma tiga tahun yang ada. Serem tahu!." Rival bergidik geli membayangkan dirinya di rumah sakit dengan kondisi yang mengenaskan.
Plak
"Aduh! Sakit, Yang!." Rival memegangi kepalanya yang dipukul Chika.
"Cup cup cup, maaf ya. Sengaja. " Gadis itu tersenyum geli lalu segera berlari.
"Ohh, aku mau jatahnya." Dengan semangat empat lima, Rival berlari dengan senyuman merekah di bibirnya.
"Panas banget bro!." Elang mengibaskan tangannya.
Alaska terkekeh geli. "Cari cewek sono biar nggak kepanasan!." Berjalan pergi meninggalkan lantai tiga.
•••
Grap
Diandra tersentak kaget ketika tangannya dicekal oleh seseorang. Saat menoleh kearah belakang, dia terkejut. "Adriana?."
Gadis yang dipanggil Adriana tersenyum. Dia memandangi penampilan dan wajah sepupunya. "Lo kenapa Di? Muka Lo bonyok kek gitu. Ayo gu—."
"Enggak perlu. Aku baik-baik saja. " Diandra menyela seraya menggelengkan kepalanya.
"Jangan dideketin cewek ini kak. " Suara seorang perempuan mengalihkan perhatian keduanya.
Adriana memicingkan mata. "Lo siapa dah? Makeup menor, rok ketat terus kancing dibuka. Oh, jangan-jangan mau jadi lonte?."
Perempuan itu seketika menatap dengan tajam. "Eh, jaga ucapan Lo. Lo gak kenal gue gimana. "
Adriana tertawa mendengarnya. "Aduh, sakit perut gue. " Mengusap sudut matanya.
Diandra tidak ingin mendapatkan masalah nanti. Dia memilih untuk mempercepat langkah kakinya. Aku nggak mau ikut-ikutan. Nanti dapet masalah lagi.
"Hei, berhenti di sana!." Perempuan itu segera memasuki mobilnya.
Adriana pun segera menghalangi perempuan itu. "Lo gak usah gangguin kehidupan sepupu gue anjing!."
Tin Tin tin
"Minggir nggak kamu? Saya tabrak kamu tahu rasa. " Perempuan yang tidak lain Rena mengancam Diandra. Dengan kepala yang keluar dari pintu mobil.
"Tabrak aja kalau berani. " Adriana justru menantangnya. Sorry, gue gak bisa sepenuhnya lindungi Lo. Gue harap Lo bisa jaga diri baik-baik.
Rena seketika melakukan aksinya. Namun akan tetapi dia justru menabrak pohon. "Bajingan! Mobil ku..."
•••
"Bagaimana menurutmu? Apakah gaunnya cocok untuk menantu kita?." Selena melakukan video call bersama dengan suaminya. Dibantu Bibi yang memegang ponsel.
"Cocok sekali, Bun. Ayah suka dengan pilihan Bunda. " Pria di seberang sana menyahut dengan senyuman mengembang.
Selena mengangguk kepala. Dia kemudian mengambil gaun yang lain dengan motif bunga mawar merah.
"Menyala istriku. " Wandi bercelatuk.
"Sepertinya kita perlu beberapa gaun untuk dipakai, Yah. Biarkan menantuku yang memilihnya sendiri. " Selena berucap diangguki sang suami.
"Nyonya, saya rasa nona suka yang berwarna merah. " Bibi yang memegang ponsel berujar.
Selena mengangguk kepala.
"Karena mawar merah selalu mengingatkan nona Diandra tentang ibu kandungnya dulu. " Ucapan Bibi membuat Selena berkaca-kaca.
"Kamu benar sekali, Bi. Bunga mawar merah merupakan bunga kesukaan Davina. " Wandi merasakan kesedihan yang sama.
Tiba-tiba Selena mengepalkan tangannya kuat. Dia menatap tajam suaminya. "Kita harus mengawasi Rena dengan ketat. Jangan sampai wanita jalang itu menyulitkan menantuku lagi. Gadis itu terlalu lemah lembut dan polos. "
Wandi bergidik ngeri melihat tatapan mengerikan sang istri. "Iya, istriku. Aku sudah melakukannya sebelum kamu menyuruhku. "
Selena mengangguk kepala.
Bersambung...