NovelToon NovelToon
Love Story At School

Love Story At School

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Ketos / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Bad Boy
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Nyatanya, cinta sepihak itu sangat menyakitkan. Namun, Melody malah menyukainya.

Cinta juga bisa membuat seseorang menjadi bodoh, sama seperti Venda, dia sudah cukup sering disakiti oleh kekasihnya, namun ia tetap memilih bertahan.

"Cewek gak tau diri kayak lo buat apa dipertahanin?"

Pertahankan apa yang harus dipertahankan, lepas apa yang harus dilepaskan. Jangan menyakiti diri sendiri.

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Baru menginjakkan kaki di lantai koridor, Melody sudah mendapatkan berbagai macam tatapan dari para murid. Bingung? Tentu saja.

"Kenapa sih?" tanya Venda penasaran. Dia menggandeng lengan Melody dengan erat.

"Lo abis ngapain, Mel?" tanya Venda, tapi nadanya terdengar seperti menuduh.

"Maksud lo apa?" sinis Melody. Tentu dia tak suka mendengar nada Venda.

"Kok mereka liatin lo kayak gitu?" Venda memeriksa ponselnya, siapa tau ada berita penting.

"Fans gue kali," balas Melody dengan PD nya. Sebenarnya dia juga merasa aneh dengan apa yang terjadi. Padahal dia baru datang.

Tiba-tiba Venda menghentikan langkahnya, dia terlihat fokus melihat sesuatu di ponselnya. Karena penasaran, Melody pun mengintip apa yang ada di sana.

"Gak beres, Mel. Lo punya haters sekarang," gumam Venda. "Kita ke papan pengumuman!" Venda langsung menarik tangan Melody, mereka berlari menuju papan pengumuman yang menjadi sumber gosip pagi ini.

Sesampainya di sana, ternyata sudah ada Gian dan Laut. Kedua cowok itu terlihat menggenggam beberapa kertas dan Melody tau kertas apa itu.

"Bubar! Apa yang kalian lihat?" sentak Gian. Matanya menatap tajam para murid yang masih berada di sana.

Melihat sang ketua OSIS sedang marah, mereka pun berbondong-bondong pergi dari sana. Terlebih ada Laut yang auranya tak kalah menyeramkan meskipun hanya diam.

Melody melangkah lebar mendekati Gian, lalu menarik kertas yang Gian pegang dengan kasar. Gerakan yang tiba-tiba itu membuat Gian terkejut, saat hendak merebut kertasnya, gerakannya tertahan karena isyarat tangan Melody yang menyuruhnya untuk diam. Gadis itu fokus melihat sesuatu di kertas tersebut.

"Ini foto editan. Jelas!" seru Venda.

Di kertas tersebut terdapat foto Melody memakai pakaian tak senonoh, pakaian yang sangat terbuka dengan pose yang menjijikkan. Tentu saja itu editan. Harusnya para murid bisa membedakan, tapi diiringi desas-desus tentang keburukan Melody dari sebuah akun sosmed membuat mereka berfikir negatif.

"Gak usah dipikirin." Gian merebut kertas yang ada di tangan Melody, lalu menyerahkan kertas tersebut pada Laut.

Melody tak merespon, dia mengusap wajahnya dengan frustasi. Itu memang foto editan, tapi tetap saja nama baiknya sedang dipertaruhkan saat ini.

Ia tersentak saat Gian memegang kedua pundaknya, bahkan cowok itu menyamakan tinggi mereka agar bisa saling bertatapan.

"Dengar, lo gak perlu mikirin itu semua. Ya?" bisik Gian. Matanya menatap mata sendu Melody.

"G-gak bisa. Itu—"

"Gue tau," sela Gian. "Gue pastikan pelakunya bakal ketemu dan mempertanggungjawabkan perbuatan dia ke elo. Percaya sama gue, Melody. Just trus me."

Melody terdiam menatap mata Gian, namun beberapa detik kemudian dia mengangguk hingga membuat Gian bernafas lega, dia mengusap rambut Melody dengan lembut, lalu kembali berdiri tegak.

"Gue titip Melody," ucap Gian pada Venda yang sedari tadi hanya menyimak. Venda mengangguk.

"Lebih baik kalian masuk kelas sekarang. Bentar lagi bel," kata cowok itu dan langsung dituruti oleh Melody dan Venda.

Laut meremas kertas yang dia pegang hingga berbentuk gumpalan yang cukup besar. "Gue mau bakar ini dulu," ujarnya.

Gian mengangguk. "Kalau udah selesai, langsung temui gue di lab komputer," katanya dan dibalas anggukan oleh Laut.

****

"Gak nyangka banget ya dia begitu. Pantas aja Kak Gian gak mau sama dia."

"Bener. Gue kira dia anak baik-baik, ternyata sama aja kayak penghuni club."

"Mending Kak Gian sama Nada aja sih. Nada itu cantik, sopan, baik lagi, gak kayak Melody yang suka teriak-teriak gak jelas."

"Iya, meskipun masih murid baru, gue yakin Nada itu anak baik. Cara dia ngomong aja lembut banget."

"Aduh, kayaknya kita harus kawal kapal itu sampe berlayar deh. Gak rela gue kalau Kak Gian sama Melody!"

Pembicaraan mereka berhenti ketika melihat Melody memasuki toilet lalu mencuci tangannya.

"Eh ayo kita cabut. Males gue ketemu sama dia," bisik siswi itu pada kedua temannya. Tanpa berlama-lama lagi mereka langsung keluar dari toilet.

Melody hanya melirik melalui ekor mata, dia sama sekali tidak menoleh. Tentu saja dia mendengar apa yang ketiga gadis itu bicarakan. Kedua tangannya mencengkram erat sisi wastafel.

Siapa yang ngedit foto sialan itu? Batinnya.

Jika ia tidak mengetahui pelakunya, bagaimana dia akan membalas perbuatan mereka?

"Raden? Lo lagi?" bisik Melody, namun dia terlihat tidak yakin. Jika tentang foto tadi malam, dia yakin Raden lah pelakunya, tapi untuk foto-foto hari ini, Melody tak yakin jika itu adalah ulah Raden. Karena foto yang dia dapat di rumah, tidak sama dengan foto yang disebarkan di sekolah.

Dering ponsel membuat Melody tersentak kecil. Buru-buru ia memeriksa ponselnya. Ternyata telepon dari Cindy.

"Lo di mana?"

"Toilet. Kenapa?"

"Lo disuruh Bu Yella ke ruang BK. Sekarang."

"Gue ke sana. Thanks."

Melody menutup panggilannya dan segera menuju BK. Tanpa menebak pun dia tau apa yang akan Bu Yella bahas di sana, dan ia sudah menyiapkan jawaban untuk itu.

Di sisi lain, di gudang sekolah, 2 orang gadis sedang melakukan sesuatu.

"Lo yakin dia gak tau kalau itu kita?"

"Buktinya dia gak nyamperin kita kan? Lebih baik dia gak tau siapa pelakunya, biar gue bisa kasih dia pelajaran yang lebih."

"Mending lo diem dan fokus sama tugas lo. Pastiin saklar lampunya gak berfungsi," lanjutnya.

Entah apa yang mereka rencanakan kali ini. Kedua manusia itu tidak akan kapok jika belum ketahuan. Dan mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Selagi belum ketahuan, lebih baik laksanakan rencana selanjutnya.

****

Di lab komputer, Laut sedang berkutat dengan komputer di depannya. Di sampingnya ada Gian yang sedari tadi mengamati.

Mereka sedang mencari pelaku yang menyebarkan foto-foto Melody. Bukan hanya demi kebaikan Melody, tapi demi sekolah ini juga agar tidak dipandang buruk oleh orang lain.

Ternyata pelaku bukan hanya menyebarkan foto itu di dinding papan pengumuman, tapi di sosial media juga. Dan sialnya, di sosial media lebih ramai, tentunya komentar netizen juga pedas-pedas. Sangat bahaya kalau sampai Melody membacanya.

"Lo bisa hapus postingannya dulu, kan?" tanya Gian dan diangguki oleh Laut.

Meskipun cuek dan jarang bicara, Laut memiliki skill terpendam. Hanya Gian yang tau lebih dalam, karena mereka memang tetangga dan berteman sejak beberapa tahun lalu.

"Pastiin gak ada yang bisa lihat foto itu lagi, demi sekolah kita."

Laut mendengus, jari-jarinya masih menari-nari di atas keyboard. "Demi sekolah atau demi Melody?"

"Dua-duanya," balas Gian.

Laut tak membalas lagi, dia hanya fokus pada tugasnya. Gian sampai takjub melihat skill Laut yang jarang dimiliki orang. Sebenarnya dia juga bisa, tapi tidak sehebat dan secepat Laut. Karena ini masalah yang serius, jadi dia meminta Laut yang menyelesaikan.

"Kalian pacaran di lab?" Suara Galen membuat kedua manusia itu menoleh ke arah pintu. Hanya kepala Galen yang mengintip ke dalam. Entah bagaimana cowok itu tau kalau Gian dan Laut berada di lab komputer.

"Lambat."

Brak

Galen tersungkur saat Ranjaya menendang pantatnya.

"ANJING!" pekik Galen.

"Berisik!" sahut Sebasta. Dia kembali menutup pintu lab setelah mereka masuk ke dalam.

"Mending lo keluar kalau berisik," kata Gian.

Galen mencebikkan bibirnya. Dia berdiri dan menghampiri teman-temannya.

"Udah beres?" Ranjaya bertanya sambil memperhatikan layar komputer yang menyala itu.

"Sedikit lagi," jawab Laut.

"Gue curiga sama si Raden," celetuk Galen.

"Gak mungkin. Dia beda sekolah sama kita," sahut Sebasta. Dia menjitak kepala Galen. "Lo kalau mau ikut-ikutan mikir dulu kenapa sih?"

"Sakit, anjing!" Galen balas menjitak kepala Sebasta. "Lagian gue cuma nebak!"

Gian memutar bola matanya malas melihat perdebatan mereka berdua.

"Bisa diam?" Laut menatap datar ke arah Galen.

Seketika Galen langsung diam. Dia menyingkir dari sana dan duduk di salah satu kursi yang ada di samping Laut.

Aura Laut memang semenyeramkan itu jika sudah bertindak tegas.

Sebasta menahan tawanya melihat ekspresi Galen yang nelangsa.

Semuanya gak asik! Batin Galen. Dia merasa berteman dengan batu kalau seperti ini.

bersambung...

1
shabiraalea
lanjut kak 👍🏻👍🏻👍🏻
vj'z tri
lanjut Thor lagi seru ini 🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
sialan nya dah lama Mel😤😤😤
vj'z tri
bagussss Mel kesempatan dalam traktiran ,🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
🤭🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
laanjuttttt
vj'z tri
ehm ehm 🤭🤭🤭🤭 please jangan bikin melody berharap lebih tentukan pilihan mu saat ini 🥹🥹💃💃💃💃
vj'z tri
😭😭😭😭😭 keren lanjut 🥳🥳🥳
vj'z tri
langsung kalem ada pawang nya 🤣🤣
vj'z tri
udah sih tempatkan sampah pada tempat nya nda 😁😁
vj'z tri
w juga penasaran lanjutan nya 🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
Raden 😤😤😤😤😤😤
vj'z tri
🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
gemesssss aku loh sama ketos dan melody 🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
Pepet terus ketos jangan kasih kendor 🤣🤣🤣🤣🤣💃💃💃💃
vj'z tri
aduhhh seneng nya ...nyengir 7 hari 7 malam ini ....terus gak bakal di cuci seragam nya 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!