Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 ~ CTDKI
Ruangan kantor itu terasa begitu sunyi, membiarkan keheningan menguasai udara dimana dua pria berjas tengah berdiri saling berhadapan dengan saling memberikan tatapan tajam. Rasa kecewa, amarah, kini tengah menjadi satu dalam diri Haikal.
"Katakan!" bentaknya saat melihat Marvin hanya diam saja dan memperlihat ekspresi yang tetap tenang. "Caramu memandang Liora sangat berbeda, kamu menyukainya kan?!"
Marvin tersenyum tipis, menunduk sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Ya, aku menyukainya."
Buuggh...
Pukulan itu mendarat dengan cepat dirahang Marvin, membuat tubuhnya terhuyung ke samping.
"Brengsek!" napasnya memburu hebat, dicengkeramnya jas yang dipakai Marvin dengan kuat. "Sejak kapan? Sejak kapan kalian menjalin hubungan dibelakangku, hah?!"
Marvin membalas tatapan Haikal tanpa berniat menurunkan tangan adiknya itu dari jasnya. "Sejak aku tahu kamu mengabaikan dia, menganggap dia hanya sebagai pajangan di rumah."
Hening sejenak.
"Liora pernah mengajakmu untuk pindah rumah, tapi kamu menolak dengan alasan Liora tidak akan merasa kesepian jika kalian tetap tinggal di rumah keluarga kita. Seperti yang kamu harapkan, aku tidak membiarkan Liora merasa kesepian disana."
Selesai dengan kalimatnya, sebuah pukulan kembali mendarat di wajah Marvin. Haikal memukulnya dengan keras hingga ujung bibir Marvin mengeluarkan sedikit darah. Diraihnya kembali jas kakaknya yang sempat terlepas, satu tangannya bersiap memberikan pukulan.
"Tuan, hentikan!"
Pintu ruangan yang tidak ditutup membuat asisten Harry yang datang dengan membawa laporan ditangannya segera berlari untuk melerai, pria itu menjatuhkan map ditangannya dan beralih memegangi tangan Haikal yang sudah terangkat tinggi-tinggi.
"Hentikan, Tuan! Tolong tenangkan diri, Anda!" seru asisten Harry.
Masih dengan napas yang memburu hebat Haikal akhirnya melepaskan tangannya dengan gerakan kasar, melayangkan pukulan ke udara kemudian mengacak rambutnya dengan kasar. Begitu sibuk dia dengan urusannya sendiri hingga dia tidak mengetahui jika istrinya sudah menjalin hubungan dengan kakaknya. Seandainya dia lebih memperhatikan Liora dari awal mungkin semua ini tidak akan terjadi, dan Liora tidak akan sampai meminta bercerai dengannya.
Marvin menatap Haikal yang nampak frustasi, sengaja dia tidak membalas pukulan adiknya bukan karena dia takut. Sepenuhnya dia sadar jika dirinya memang bersalah karena sudah menjalin hubungan dengan istri dari adiknya, namun sampai kapanpun Marvin tidak ingin memperbaiki kesalahannya itu karena dia mencintai Liora dan ingin menjadikan wanita itu miliknya satu-satunya.
"Mulai sekarang aku tidak sudi memanggilmu dengan sebutan kakak!" tunjuk Haikal pada Marvin.
"Secepatnya aku akan membawa Liora keluar dari rumah itu. Jadi jangan harap kamu bisa menemuinya lagi!" Haikal memutar badan, melangkahkan kakinya dengan cepat namun langkahnya tertahan saat mendengar suara keras Marvin.
"Itu jika Liora mau pergi denganmu. Istrimu itu sudah tahu kalau kamu memiliki wanita lain dan kamu sering menghabiskan waktu berdua bersama dengan wanita itu, bukan?"
Kedua tangannya terkepal kuat, jelas dia sangat terkejut mendengar ucapan sang kakak. Rupanya Marvin sudah mengetahui hubungan gelapnya dengan Casandra selama ini, mungkin itulah sebabnya kakaknya berani mendekati Liora tanpa memikirkan bagaimana perasaannya.
Marvin menatap kepergian adiknya dari ruangannya, menyenderkan tubuhnya pada sisi meja dan memijat-mijat pelipisnya yang terasa pusing. Sakit diwajahnya bahkan dia abaikan, sekarang yang dia pikirkan adalah bagaimana caranya dia harus membantu Liora bercerai dari Haikal supaya dia bisa menikahi wanita pujaan hatinya itu. Tidak peduli meskipun keputusan ini nantinya pasti akan mendapatkan pertentangan dari keluarganya, yang dia inginkan hanyalah memberikan kebahagiaan pada Liora dan bisa selalu bersama wanita itu.
"Saya akan ambilkan kain dan es batu untuk mengompres memar di wajah Anda, Tuan." asisten Harry mengambil map yang sempat dia jatuhkan dan meletakkannya di atas meja sebelum dia pergi keluar ruangan untuk mengambil kain dan es batu.
❄️
❄️
❄️
Langit sudah nampak gelap saat Liora turun dari taksi yang membawanya pulang ke rumah. Seharian ini dia sengaja menghabiskan waktunya di panti asuhan untuk menenangkan hati dan pikirannya. Perasaannya sudah sedikit lebih lega setelah dia bercerita pada Bu Randu tentang masalahnya.
Pandangannya tertuju pada sebuah mobil yang nampak asing yang kini terparkir di halaman rumah tersebut. Sepertinya sedang ada tamu yang datang berkunjung.
"Tumben sekali ada yang bertamu malam-malam begini," gumamnya.
Langkahnya tertahan tepat saat dia sudah berdiri di teras rumah, Liora memutar tubuhnya dan melihat mobil suami dan kakak iparnya datang secara bersamaan. Sejak kejadian dimana Marvin membawa Liora pulang, Haikal memang selalu pulang lebih awal untuk memastikan istrinya tidak dekat-dekat lagi dengan kakaknya saat di rumah.
Kedua pria itu keluar dari mobil masing-masing. Liora terkejut melihat luka memar di wajah Marvin, dia ingin bertanya tapi Haikal sudah lebih dulu meraih tangannya dan menariknya masuk ke dalam rumah.
"Kalian sudah pulang," sambut Tuan Arthur begitu melihat putranya dan menantunya sudah kembali.
Keduanya menghentikan langkah, menatap sang Ayah dan beralih pada wanita yang kini sedang duduk dengan anggun di atas sofa bersama dengan Tuan Arthur. Wanita itu tersenyum lembut, di usianya yang tidak lagi muda wajahnya tetap terlihat cantik. Sorot matanya begitu hangat namun penuh ketegasan, membuat dua orang pelayan yang juga sedang berdiri disana sampai tidak berani berkutik.
Wanita itu berdiri dengan anggun, melangkahkan kakinya mendekat ke arah Liora dan Haikal.
"Kamu pasti Liora kan?" tanyanya lembut, senyuman diwajahnya masih tetap bertahan.
Liora merasa bingung dan masih nampak asing dengan wajah wanita itu, dia menoleh ke arah suaminya sebentar sebelum menjawab.
"Ya, saya Liora," jawabnya dengan senyuman tipis yang nyaris tak terlihat.
"Cantik," pujinya. "Haikal beruntung memiliki istri secantik kamu. Saya berharap hubungan kalian bisa langgeng,"
Marvin masuk dengan wajah sedikit tertunduk, merasa terkejut saat melihat wajah wanita yang sangat familiar untuknya.
"Ibu. Apa yang sedang Ibu lakukan disini?" tanya Marvin.
Mendengar panggilan Ibu yang disematkan oleh Marvin, Liora begitu terkejut, rupanya wanita yang sedang berdiri di hadapannya sekarang ini adalah Ibunya Marvin, yaitu Nyonya Eliza Grace.
"Kenapa dengan wajahmu?" Nyonya Eliza berjalan menghampiri sang putra dan menyentuh wajahnya. "Siapa yang membuatmu babak belur seperti ini?"
Marvin menurunkan tangan ibunya dari wajahnya karena merasa tidak nyaman, ibunya selalu memperlakukannya seperti anak kecil padahal dia sudah dewasa.
"Kapan Ibu datang? Kenapa kembali tidak bilang-bilang?" Marvin mengalihkan topik pembicaraan.
Meskipun putranya tidak mengatakannya tapi Nyonya Eliza tahu jika luka diwajah putranya adalah akibat perbuatan Haikal. Setelah mendapatkan informasi dari orang kepercayaannya tentang persitegangan yang sedang terjadi di rumah ini, Nyonya Eliza memutuskan untuk kembali. Dia tidak mau putranya tersesat semakin jauh dengan menjadi orang ketiga dalam hubungan rumah tangga adiknya sendiri.
"Ibu datang kemari untuk membawamu tinggal bersama dengan Ibu. Tempatmu bukan disini, Marvin."
❄️
❄️
❄️
Bersambung....
kaget gak.. tegang gak anuu muu