Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 ~ CTDKI
Marvin menarik tangan Liora dan membawanya keluar dari kamar. Nyonya Maria yang baru kembali pun terkejut saat melihat menantunya itu sedang berjalan menuruni tangga dengan ditarik tangannya oleh Marvin, wanita itu hendak menghampiri namun tangan Tuan Arthur lebih dulu menahannya.
"Cukup diam dan lihat." ucap Tuan Arthur, pelan namun tegas.
Sepertinya Tuan Arthur sudah mulai memahami mengapa istrinya, yaitu Nyonya Eliza, buru-buru kembali dari Australia. Istrinya pasti sudah mengetahui sesuatu yang bahkan baru bisa dia simpulkan. Keakraban yang terjalin antara Marvin dan Liora bukan hanya sebatas sebagai kakak dan adik ipar, tapi lebih dari itu.
"Mulai malam ini Liora akan tidur di kamarku." ucap Marvin saat dia sudah menuruni anak tangga terakhir, beberapa pelayan yang juga ada disana pun menatap pada mereka berdua. "Dan jangan ada yang bertanya apapun padanya, jika kalian memiliki pertanyaan, aku yang akan menjawabnya nanti."
"Kam---"
Hampir saja Nyonya Maria memprotes, namun lagi-lagi Tuan Arthur menahan tangannya, membiarkan Marvin membawa Liora ke kamarnya.
"Mas! Anakmu itu sudah tidak waras!" protes Nyonya Maria begitu Marvin dan Liora sudah pergi. "Yang dia bawa ke kamar itu adik iparnya sendiri, istrinya Haikal!" Nyonya Maria memegangi keningnya yang terasa berdenyut.
"Kembali dengan pekerjaan kalian dan anggap tidak melihat apapun." perintah Tuan Arthur yang langsung dijawab anggukan patuh dari para pelayan.
"Baik, Tuan." jawab mereka serempak.
Beberapa kali Nyonya Maria menghela napas panjang, berjalan mondar-mandir sambil memegangi keningnya yang terasa pusing.
"Astaga! Aku pasti sudah ikutan tidak waras, ini pasti mimpi bukan?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Mas," langkahnya berhenti tepat di depan kursi roda yang diduduki oleh suaminya. "Apa kamu sudah gila dengan membiarkan mereka berada dalam satu kamar, hah?!"
"Cukup Maria. Kamu dengar kan apa yang dikatakan oleh Marvin barusan? Jadi sebaiknya kamu ikuti saja ucapannya dan jangan memancing keributan dengannya." tegas Tuan Arthur.
Nyonya Maria tercengang mendengar ucapan suaminya dan mengira suaminya itu sedang membela Marvin, padahal maksud Tuan Arthur bukan seperti itu. Tuan Arthur hanya ingin membicarakan masalah ini dengan istri pertamanya dulu, sekaligus menunggu situasinya sedikit mereda sebelum nanti mereka membicarakan masalah ini bersama kedua putra mereka dan juga Liora.
❄️
❄️
Marvin membawa tubuh Liora kedalam dekapannya setelah mereka masuk kedalam kamar, membiarkan wanita itu menangis untuk beberapa saat setelah apa yang terjadi bersama Haikal barusan.
"Mulai malam ini kamu tidur disini dulu untuk sementara, soal mereka biar aku yang mengurus." ucap Marvin.
Liora mengurai pelukannya, membiarkan tangan Marvin menyentuh wajahnya dan mengusap air matanya.
"Aku harus pulang untuk menemui ibuku, nanti aku akan meminta Bi Sari untuk menemanimu disini." lanjutnya.
"Apa kamu tidak akan pulang?" tanya Liora cemas. "Sekarang semua orang pasti sudah mengetahui tentang hubungan kita, dan ibumu tidak akan bisa menerima kebenaran ini begitu saja. Begitupun dengan semua orang dirumah ini, mereka pasti tidak akan tinggal diam dan akan memikirkan cara untuk memisahkan kita."
"Kamu tidak perlu khawatir, kita akan membicarakan tentang masalah ini dengan mereka setelah aku kembali." Diusapnya wajah Liora dengan lembut, "Secepatnya aku akan membantu mengurus perceraian kalian, dan setelah itu aku akan menikahimu."
"Ini tidak semudah membalikkan telapak tangan, Kak." Liora menurunkan tangan Marvin dari wajahnya. "Masalahnya tidak sesederhana itu, aku bercerai dari adikmu lalu menikah denganmu."
"Aku tahu!" tegas Marvin, suaranya naik satu oktaf. "Tapi apapun yang terjadi kita akan melewati ini berdua. Kamu mau mau berjanji kan?" tanyanya dengan suara melembut.
Liora diam, dia tahu Marvin hanya sedang berusaha untuk menghibur dan menenangkannya saja. Sepenuhnya mereka sama-sama tahu jika hubungan mereka pasti akan mendapatkan banyak pertentangan dan tidak akan direstui dengan mudah.
Marvin memeluk Liora dari belakang, sebenarnya malam ini dia sangat menginginkan adik iparnya itu, namun situasinya sedang tidak memungkinkan. Dan dia juga harus pergi menemui ibunya sekarang.
"Aku pergi sekarang," bisik Marvin ditelinga Liora.
Liora memutar badannya perlahan, mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Marvin yang lebam karena bekas pukulan. Tanpa bertanya pun dia tahu siapa yang sudah memberikan luka itu diwajah kakak iparnya.
"Karena aku hubungan kalian jadi renggang. Harusnya aku tidak---"
Belum selesai dengan ucapannya, Marvin sudah lebih dulu membungkam bibir Liora dengan ciuman. Tangannya bergerak lembut mengusap-usap punggung adik iparnya hingga akhirnya bergerak nakal meremas bok-ongnya.
"Emphhh..."
Suara desahan itu membangkitkan gairah Marvin yang sudah sedari tadi dia tahan. Bibir mereka masih saling melumat dan saling berbalas, sejenak membiarkan mereka lupa akan masalah yang sedang terjadi hingga suara ketukan pintu membuat mereka terpaksa menyudahi ciuman mereka.
Marvin menjauhkan wajahnya perlahan dengan gairah yang tertahan. "Itu pasti Bi Sari. Aku harus pergi sekarang, aku pasti akan merindukanmu." diciumnya pipi Liora dengan lembut.
Senyum diwajah Bi Sari mengembang saat melihat wajah tuan mudanya yang baru saja membukakan pintu bersama dengan Liora disampingnya.
"Tolong jaga Liora, Bi. Saya harus pergi sekarang," ucap Marvin.
"Baik, Den." angguk Bi Sari. "Pasti Bibi jagain Non Liora dengan baik."
"Bagus. Kalau wanita itu berani bicara atau berbuat macam-macam pada Liora, Bibi langsung laporkan pada saya saja." titah Marvin.
Sekali lagi dia mengusap wajah Liora sebelum pergi meninggalkan rumah itu. Rumah itu sudah nampak sepi saat Marvin meninggalkannya karena Nyonya Maria sedang menemui Haikal didalam kamar putranya, sementara Tuan Arthur sedang berada di ruangan pribadinya dan sedang berbicara serius dengan seseorang di telepon.
"Baiklah, akan aku pastikan mereka datang besok malam."
❄️
❄️
❄️
Bersambung....