Dalam setiap perceraian, korban paling nyata adalah anak. memiliki orang tua yang tidak pernah harmonis adalah pukulan telak untuk seorang anak yang sudah mulai mengerti arti sebuah keluarga, itulah yang dialami Arkana.
Diusia remaja yang butuh perhatian penuh dan bimbingan untuk menentukan jati diri, Arkan malah mengalami keterpurukan atas perceraian kedua orangtuanya. dia tidak menemukan kehangatan dan dia selalu mencari perhatian dengan cara brutalnya.
Mungkinkah akan ada ruang teduh untuknya merasakan kehangatan ??
Bisakah dia melewati masa transisinya dengan baik ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sakabiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Lanina
Setelah kunjunganannya ke rumah Arkan, Bu Arini melanjutkan lawatan ke muridnya yang lain yakni Lanina yang sudah 3 hari tak masuk sekolah, bahkan Bu Arini sudah mendapat konfirmasi kalau Nina akan resign dari sekolah.
Hal itu membuatnya bergerak cepat, dia sangat menyayangkan kalau Lanina harus keluar karena dia tahu Lanina adalah anak yang bersemangat dan berprestasi.
Dan hari ini, dia senang karena dia sudah mendapat solusi untuk masalah kedua muridnya.
Dengan penuh harap Bu Arini datangi Lanina ke rumahnya walau sudah hampir gelap.
Lanina sangat senang dengan kedatangan wali kelasnya itu, dia sambut Bu Arini dengan suka cita. beda dengan Ibu, dia sama sekali tidak menyapa Bu Arini, dia terlihat cuek dan sinis.
Lanina bawakan segelas teh untuk Bu Arini.
"Saya punya kabar baik buat kamu, besok ... kamu bisa kembali ke sekolah," ujar Bu Arini to the point, Lanina sungguh senang, bahkan matanya berbinar menandakan kalau saat ini dia benar-benar senang.
"Benarkah Bu?" yakinkan Nina penuh harap.
"Iya sayang, sebenarnya bukan saya yang akan melunasi semua biaya sekolahmu sampai selesai nanti."
"Oh ... memangnya siapa Bu?"
"Ayahnya Arkan!"
Nina tidak mengerti, kenapa ayahnya Arkan mau membiayai sekolahnya.
"Arkan?"
"Iya, sejak hari itu Arkan belum juga masuk sekolah, bahkan dia berniat untuk berhenti sekolah."
"Oh ya?? Kenapa begitu?"
"M ... sebenarnya ada masalah di keluarganya. Tadi siang saya bertemu langsung dengan beliau, dia sangat berharap Arkan mau kembali ke sekolah tapi Arkan masih enggan, bahkan dia menolak mentah-mentah guru privat yang sengaja ayahnya sewakan," cerita Bu Arini.
"Oh ...."
"Tadi, saya juga ceritakan apa masalah yang kamu alami, tiba-tiba beliau punya ide, beliau dengan senang hati menawarkan saya untuk melunasi semua biaya sekolah kamu, hanya saja dia berharap ... kamu bisa memotivasi Arkan untuk mau kembali ke sekolah."
Lanina mengerti, dia tidak peduli dengan apapun syaratnya, yang penting dia bisa sekolah lagi tanpa harus memikirkan biayanya lagi.
"Kamu juga harus menemani Arkan belajar karena entah sampai kapan Arkan enggan untuk kembali ke sekolah."
"Iya, saya akan membantu Arkan Bu!" sahut Nina penuh semangat, Bu Arini senang dengan semangat yang Nina tunjukkan.
"Bagus kalau begitu, saya pulang ya ...." Bu Arini bersiap untuk pergi.
"Bu, Bu Arini mau pulang!" teriak Nina, tak lama Ibu datang menghampiri masih dengan wajah cuek dan jutek.
"Bu Dharma, gak usah khawatir lagi ya ... Lanina bisa kembali ke sekolah," kata bu Arini.
"Heum," tukasnya malas.
"Tapi, Nina akan pulang agak telat setiap harinya karena harus menemani temannya belajar, nah ... Ayah dari temannya ini yang akan membiayai sekolah Nina sampai selesai."
"Pokoknya saya gak mau tahu, Nina harus pulang sebelum sore karena dia harus bantu saya berjualan!" kata Ibu datar, Bu Arini tersenyum getir dengan sikap Ibu ini.
"Saya akan pastikan kalau Nina akan pulang tepat waktu sebelum sore menjelang."
Walaupun Ibu kurang pleasure padanya, tapi Bu Arini merasa lega karena akhirnya Lanina bisa kembali menggapai dan merajut mimpi-mimpinya.
***
Lanina senang dia bisa kembali ke sekolah.
Ami, teman sebangkunya menyambut dengan sukacita. Dia turut senang akhirnya Lanina bisa kembali belajar tanpa harus memikirkan biaya sekolah.
Jam istirahat..
Nina dan Ami masih bertahan di kelas, Ami temani sahabatnya mencatat semua pelajaran yang telah Nina lewatkan 3 hari terakhir ini.
"Ya, terhitung sudah 5 hari Arkan gak masuk sekolah," kata Ami, sepertinya mereka sedang membahas Arkan yang seolah-olah menghilang begitu saja.
Sebenarnya semua orang heran dengan absennya Arkan. Arkan adalah murid populer seantero sekolah, tidak ada yang tidak mengenalnya.
Arkan dikenal sebagai kakak kelas yang keren oleh para junior. selain tampan, Arkan juga ditunjang oleh penampilannya yang selalu up to date. Dia juga penggemar barang-barang mahal di tambah perannya sebagai kapten team basket sekolah semakin membuat siswi-siswi berlomba untuk mendapatkan perhatiannya.
Lanina berpikir keras, bagaimana cara untuk bisa membujuk Arkan untuk kembali ke sekolah nanti. Dia belum tahu pasti masalah seperti apa yang membuatnya down seketika seperti sekarang ini.
"Lanina ...." panggil seseorang di ambang pintu kelas.
"Dipanggil Bu Arini ke ruang guru!" tambah orang itu, Nina bersiap untuk pergi, dia tidak mau membuat Bu Arini menunggu lama walaupun Nina belum tahu apa maksud bu Arini memanggilnya ke ruang guru.
"Aku pergi dulu ya ...." pamit Nina pada Ami.
"Oke!"
Lanina berjalan di sepanjang koridor, dan akhirnya dia sampai di ruangan para guru di ujung koridor. Ternyata di sana ada ayahnya Arkan. Nina belum tahu pasti siapa pria berwibawa yang duduk bersama Bu Arini itu.
"Itu dia Lanina!" kata bu Arini saat Nina datang.
Nina berjalan mendekat kearah keduanya, Nina memberi senyum hangat pada Ayah. Ayah menatapnya penuh rasa simpati.
"Nina ... ini pak Aria, Ayahnya Arkan," kata Bu Arini, kini Nina tahu, dia segera meraih tangan Ayah lalu memberinya salam hormat.
Betapa besar rasa terimakasih yang ingin Nina katakan pada ayah, tapi dia tak mampu berkata-kata. dan Ayah cukup terkesan dengan sikap hormat Nina.
"Jadi, kamu Lanina?" tanya Ayah.
"Iya, saya ... ucapkan banyak terima kasih."
"Ya! Belajarlah yang giat, raih mimpi-mimpimu ya," kata ayah bijak, dia bicara seperti pada anaknya sendiri dan Nina sungguh sangat terharu mendengarnya.
"Terima kasih."
"Nah, Nina ... Pak Aria sudah menyelesaikan biaya administrasi kamu sampai kamu lulus nanti, sebagai gantinya ... kamu harus mau menemani Arkan belajar, dan kalau bisa, kamu juga harus memotivasi Arkan untuk mau kembali sekolah secepatnya," kata Bu Arini, Nina mengangguk pasti. dia benar-benar bertekad untuk menyelesaikan misi ini.
"Ya! saya akan berusaha, saya akan bantu Arkan!" kata Nina penuh semangat, Ayah sangat senang melihat semangat nina.
"Terima kasih ya," kata ayah.
"Saya yang harusnya bilang terima kasih pak," sahut Nina.
Akhirnya Nina dapat kembali merajut mimpi-mimpinya, dia berjanji dalam hatinya bahwa dia akan menjadi guru terbaik untuk Arkan. Dia akan berusaha dan tidak akan menyerah sampai Arkan benar-benar mau kembali sekolah.
Bisakah Nina menjalankan misinya?
Bersambung.
ko tokohnya sm kaya d platform sebelah y arkana n lalina 😂