Eirene, seorang model ternama, karena kesalahannya pada malam yang seharusnya dapat membuat karirnya semakin di puncak malah menyeretnya ke dalam pusara masalah baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi istri seorang tentara marinir.
Rayyan, anak kedua dari 3 bersaudara ini adalah seorang prajurit angkatan laut marinir berpangkat kapten, bukan hanya sederet prestasi namun setumpuk gelar playboy dan keluarganya turut melekat di belakang namanya. Tak sangka acara ulang tahun yang seharusnya ia datangi membawa Rayyan menemui sang calon penghuni tetap dermaga hati.
"Pergilah sejauh ukuran luas samudera, tunaikan janji bakti dan pulanglah saat kamu rindu, karena akulah dermaga tempat hatimu bersandar, marinir,"
-Eirene Michaela Larasati-
"Sejauh apapun aku berlayar, pada akhirnya semua perasaan akan berlabuh di kamu, karena kamu adalah dermaga hatiku."
-Teuku Al-Rayyan Ananta-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. RENCANA MENIKAH
Tak tanggung-tanggung 4 lembar koyo cabe ia tempel di pelipisnya sekaligus, biar kebakar sekalian tuh kulit. Namun tetap saja tak dapat mengurangi sensasi cenat-cenut di kepala pria berusia 27 tahun ini.
Obat penghilang rasa sakit kepala tak lupa honey tenggak demi meredakan sakit yang luar biasa, kalo bisa ia akan tenggak satu gudang sekalian biar modyarrrr.
"9 taun Eyiii! 9 taun!!!! OMG, pake keringat dan air mata, air mata gue, air mata buaya loe, tapi apa setelah ini??" ia menyesap batangan tembakau di sela-sela jemari, sekali sedot bisa bikin langsung abis tuh tembakau.
"Rayyan udah telfon belum?" tanya Eirene. Honey sampai dibikin menganga, sejak tadi ia mengkhawatirkan karir modeling gadis ini, tapi nih bocah malah mikirin telfon dari Rayyan, warbiazahhhh!!!
"Kamu tau Eyii! Dia prajurittttt!" teriak honey frustasi, bunuh saja dia wahai neptunus!
Honey ingat saat-saat mereka keluar dari penginapan tadi pagi, beberapa wartawan sudah bersiap dengan kameranya untuk mengabadikan moment ini.
"Perkenalkan ini Rayyan tunangan Eirene," pernyataan itu lolos dari mulut lovely pagi itu. Kini linimasa diramaikan dengan artikel mengenai Eirene dan Rayyan. Gadis ini berjalan bersama honey dan Rayyan yang melindunginya, menembus barikade pertanyaan dari awak media tanpa bicara sepatah katapun lagi.
"Hati-hati. Saya harus pulang ke markas dulu sekarang, lalu nanti bicara dengan keluarga saya yang sekarang sedang tidak disini," ucap Rayyan, entah harus ia sebut apa kejadian kali ini, musibah kah atau anugrah kah untuknya?
"Iya," angguk Lovely singkat.
"Ekhem!" Honey berdehem untuk mengusir rasa tak nyaman yang mengganggu di jakunnya, kalau ada sikat atau sapu lidi ia akan memasukkannya ke dalam tenggorokannya biar ngga ganggu.
Pandangan honey tertuju pada plat nomor motor yang diyakini milik Rayyan.
"Ini motor kamu bang?" tanya nya. Kemudian Honey mengernyitkan keningnya mengingat kata markas, yang ia rasa bukan markas penya mun apalagi mafia.
"Kamu aparat?" tanya Honey.
"Prajurit tepatnya!" jawab Rayyan memakai helmnya. Honey mendadak asma, bengek 7 turunan 7 tanjakan mendengar kata prajurit. Karena dengan kata lain karir Eirene akan berakhir sampai disini juga sebagai seorang model lalu apa bedanya dengan skandal yang terkuak di depan khalayak kalau begitu?
Sepanjang menuju markas Rayyan tak bisa mengenyahkan bayang-bayang Eirene dari pikirannya, entah itu wajah cantiknya atau saat ia tertidur. Sebagai seorang lelaki, wajar ada rasa penasaran yang menggelayut di dada mana kala melihat wanita secara polos atau memang Rayyan yang terlampau mesum.
Motor Rayyan masuk melewati gerbang penjagaan dan menyusuri luasnya markas besar elite khusus menuju mes di mana ia tinggal bersama beberapa personel detasemennya. Sekedar informasi jika kini Rayyan sudah bergabung ke dalam unit elite pasukan yang menanggulangi aspek laut, seperti terorisme, sabotase dan operasi *klandestin* lainnya. Pelatihan dan pendidikan yang tak main-main, mereka yang masuk kualifikasi haruslah memiliki IQ tinggi, ditempa di lautan lepas nan luas dalam kondisi kaki dan tangan terikat, bertahan hidup di belantara kejam, melakoni terjun bebas di malam hari, dan sejumlah pelatihan-pelatihan keras lainnya di belahan bumi tanah air. Mereka dituntut menguasai kemampuan seperti pencapaian sasaran lewat teknik lintas udara, penguasaan metode bawah air, dan lintas atas air senyap.
"Ray!" Lettu Langit berpapasan dengan teman satu unitnya ini.
"Baru balik lu?" tanya nya.
"Yoi, semalam gua nginep di rumah umi." Bohongnya membuka kaca helm demi bisa mengobrol bebas dengan temannya ini, Lettu Langit Ambarawa teman satu lettingnya saat masuk pelatihan Raden Joko, sekaligus anggota trio ubur-ubur selain Rayyan dan Lettu Pramudya Gustaf, si kamvrettt satu itu pasti sedang nangkring di kantin asrama ngecengin perwira-perwira muda yang baru mateng pohon.
"Buru, komandan ngamuk-ngamuk kalo lu telat lagi, mau lu di suruh bersiin kolam asrama?!" kekehnya.
"Ogah! Oh iya--Lang, gua mau nanya. Lu ada liat Nindi?" bisiknya.
"Belum liat, lu selingkuh lagi bro? Parah!" belum apa-apa orang-orang sudah menuduhnya yang iya-iya. Apakah mukanya, muka-muka tukang selingkuh?! Jawabannya adalah iya, muka-muka tukang dusta, jangankan wanita lain yang jadi kekasihnya, adiknya saja Cut Zahra sering ia kibulin. Ahhh! Ia sampai lupa sudah berapa ratus ribu hutangnya pada adik bungsunya itu, apalagi pada Al Fath.
Rayyan terkekeh, "si@lan! Lu tau aja!" jawabnya.
"Saravvv! Letda Nindi cewek paling yahud di kesatuan pasukan hiji, lu mau cari yang kaya gimana lagi?!" Langit menggelengkan kepalanya, sudah tak aneh teman satunya ini yang doyan tebar pesona sana-sini.
"Yang ini beda, pasti lu bakalan kaget." Rayyan tersenyum-senyum sendiri mengingat wajah Eirene yang terbilang sexy dengan keringat di sekitaran wajahnya, belum lagi ia yang basah kuyup karrna disiram honey.
"Alahhh! Tiap cewek baru lu bilang beda, beda\= embek sama kuda!" sarkas Langit.
"Karena mungkin setelah ini, gua bakalan jaga komitmen bruh! Gua mau merit," jawaban Rayyan tentu saja membuat Langit menyemburkan tawanya tak percaya, pagi-pagi temannya ini sudah halu tingkat mustofa.
"Sadar bruh, tanah air masih membutuhkan personel Raden Joko!" tepukan Langit di pundak Rayyan sambil tertawa renyah.
"Ck! Ya udah kalo lu ngga percaya, ntar lu liat berita yang lagi viral! Gua balik dulu mau mandi, biar langit ngga hujan!" jawab Rayyan pamit menyalakan mesin motor inventarisnya meninggalkan Lettu Langit.
"Oke! Gua duluan!" Langit mengangkat tangannya.
Rayyan sampai di depan mes-nya, ia merogoh saku untuk mengambil kunci.
Tak ada yang spesial di rumah petak ini, layaknya rumah prajurit lain. Rayyan memang anak seorang Zaky dan Salwa, namun kembali---ia pun sama seperti Al Fath, tak pernah meminta uang lagi pada umi dan abi semenjak ia bekerja. Zaky dan Salwa memang mendidik mereka seperti itu, agar tak menjadikan anak-anaknya manja dengan gelimang harta, lebih bertanggung jawab terhadap hidupnya dan harta yang di dapat, lebih menghargai uang dan sebuah pekerjaan.
Jika Al Fath tak begitu peduli dengan kondisi rumah selain kerapihan Rayyan sedikit berbeda, ia begitu memperhatikan penampilan aga sedikit flamboyan dan juga detail.
Handuk biru disambarnya menuju kamar mandi, hanya butuh waktu 10 menit saja ia sudah selesai.
Tampak gagah di pantulan cermin kamar, si loreng berbaret ungu. Rayyan menyemprotkan parfum bibit ke arah badannya lalu ia menggantung kembali handuk di paku dekat dengan kamar mandi. Untuk sarapan, ahhh! Kalo bujangan mah gampang, cuss-- minta sama prajurit cewek atau lari ke kantin dan dapur asrama beres!
Tangannya memutar kunci pintu aga sedikit lama, Rayyan menatap nyalang lubang kunci dan handle pintu mes-nya, sebentar lagi rumah ini tak akan sesepi ini, akan ada sentuhan dan kehangatan wanita. Ia berbalik, dan betapa terkejutnya saat sesosok perempuan berbaju loreng lainnya berada tepat di belakang punggungnya.
"Nindia?" gumamnya. Wajah itu nampak cemberut, sembab dan tentu saja penuh sorot amarah.
Plakkk!
Bughhh!
"Kamu jahat!!!"
.
.
.
Note :
\* Operasi Klandestin : operasi/kegiatan yang dilakukan secara rahasia atau diam-diam untuk tujuan tertentu.