Dikhianati oleh ibu tiri dan saudara tirinya, Daisy yang baik hati menjadi tawanan di tempat tidur pemimpin mafia terbesar.
Benjove Haghwer, memiliki tinggi badan 190cm, dengan tubuh yang ideal dan wajah yang sempurna... Di balik penampilannya yang mempesona adalah iblis berhati dingin.
Daisy melarikan diri, Benjove terus mengejarnya.
Bagaikan kucing dan tikus, Benjove menikmati permainan ini, tapi tanpa disadari, dia sendiri jatuh cinta!
Akankah malaikat yang baik hati dan cantik ini bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 5
Setelah kepergian Daisy, ponsel Ansella berbunyi, suatu panggilan yang menurutnya adalah jemputan uang baginya.
Nomor kontak yang sedang memanggil itu bertuliskan "Madam", seorang wanita paruh baya yang mempunyai bisnis gelap tentang perdagangan wanita.
"Ya Madam?" Sapa Ansella mengangkat ponselnya.
"Ada pekerjaan, apa kau bersedia?" Suara Madam ringan.
"Saya harus kemana?" Tanya Ansella.
"Aku akan mengirimkan alamat, dan nomor kontaknya, kau bisa menghubungi orang itu. Jangan lakukan kesalahan apapun, ini menyangkut nama baikku, orang yang akan kau layani adalah pria yang sangat berpengaruh." Perintah Madam dengan tegas.
"Anda tahu, saya adalah orang yang profesionalisme."
Kemudian telepon di tutup oleh Madam.
"Ibu, aku harus bersiap dan akan pergi."
"Tapi... Jika kau pergi siapa yang membantu ibu membereskan barang-barang ini." Kata Samantha.
"Aku sedang mencari uang ibu!!" Teriak Ansella sembari berlalu.
"Baiklah, apa boleh buat." Kata Samantha kecewa.
*Presidential** Hotel Sky Light*
Seorang wanita cantik mengetuk pintu kamar presidential, wanita berambut pendek dan memperlihatkan leher kecilnya yang jenjang ia juga memakai pakaian seksi.
Dadanya begitu besar dan juga memiliki tubuh yang ramping, dengan kaki jenjang dan heels berwarna merah menyala yang cukup tinggi.
Beberapa kali wanita itu menekan bel lalu mengetuk pintu, namun tak ada jawaban dan tak ada yang membuka pintu, kemudian wanita itu terlihat menghubungi seseorang melalui ponsel yang ada di tas jinjingnya yang gemerlap sedikit norak. Tak berapa lama Traver pun datang.
Dan wanita itu adalah Ansella.
"Maaf, mungkin tuan Ben sedang mandi." Kata Traver sembari membuka pintu dengan akses kartunya.
"Ya, semoga tidak ada yang mengenaliku. Sialan, apa dia kaya raya? Klien ku ada Hotel dimana aku bekerja." Batin Ansella.
Wanita itu kemudian masuk mengikuti Traver dan masih berdiri.
"Mohon anda tunggu di sini, jangan duduk di sofa dan jangan menyentuh apapun." Kata Traver kemudian meninggalkan presidential apartmen.
Tak berapa lama Ben keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya.
Tubuh kekar dan sangat kuat serta kencang, apalagi pria itu masih muda dan sangat tinggi, tentu saja hal itu membuat jantung Ansella sontak melompat dan berdegup seperti drum yang di tabuh, wanita itu seketika menjadi bergairah.
"Apa anda yang meminta layanan?" Tanya Ansella dengan nada menggoda dan suara lembut.
"Traver sudah memberitahu perjanjiannya?" Tanya Ben sembari berjalan menuju sebuah meja dan rak yang telah berisi beberapa botol alkohol dan wine.
Ansella mengangguk. Sebelum datang, Ansella memang berbicara lebih dulu via telefon dengan Traver.
"Apa isinya." Kata Ben memastikan, dan mengambil 1 botol whiskey.
"Saya tidak boleh menyentuh tubuh anda, saya tidak akan berhubungan intim dengan anda, dan saya tidak akan membuka rahasia anda." Sahut wanita itu.
"Lalu..." Ben menuangkan whiskey ke gelasnya lalu menyesapnya pelan.
"Anda hanya mau pelayanan o**l." Sahut wanita itu lagi.
"Maka kau harus memberikan pelayanan yang memuaskan." Perintah Ben dengan suara datar.
"Tentu saja tuan, baru kali ini saya rela bahkan jika tidak di bayar."
"Aku akan tetap membayarmu dengan uang yang cukup banyak." Kata Ben meletakkan gelasnya di atas meja.
Ben kemudian duduk di sofa, ia menunjuk agar Ansella berjongkok di hadapannya, lalu tangan kekar dan besar Ben mencengkram rambut kepala yang baginya cukup kecil dengan satu telapak tangannya.
Dengan tangan yang lain Ben membuka lilitan handuknya dan menjatuhkannya.
Ibu jari Ben menekan mulut wanita itu yang di poles dengan lipstik merah menyala, lalu mengarahkan kepala dan mulut wanita itu dengan kasar pada bagian yang akan membuatnya melepaskan kenikmatan.
Wanita itu membuka mulutnya. Hingga beberapa menit berlalu, dan beberapa jam kemudian, Ben merasakan ketegangan otot di seluruh tubuhnya, merasakan betapa sesuatu harus ia ledakkan.
Dan pada menit-menit terakhir Ben akhirnya mencapai klimaknya dengan menggeram sembari memasukkan mulut Ansella jauh lebih dalam dengan mencengkram keras rambut Ansella.
Rambut Ansella sudah acak-acakan, dan kemudian ia menyeka mulutnya.
"Telan." Perintah Ben dengan wajah gelap.
Kemudian Ansella pun menelannya.
Ben kembali meraih handuknya yang ada di lantai dan memakainya kembali.
"Pergilah, Traver ada di luar, tanda tangani perjanjiannya dan kau mendapatkan uangmu."
"Anda bisa memanggil saya setiap saat tuan jika anda membutuhkannya lagi, saya akan memprioritaskan anda, karena ketampanan anda dan seluruh yang ada di tubuh anda sudah menghipnotis saya."
Ben tidak peduli apapun yang wanita itu katakan, ia pun kembali menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Sedangkan Ansella pun pergi meninggalkan kamar presidential, dengan sedikit mengelus mulutnya yang terasa pegal dan sakit.
"Astaga apa jadinya jika aku berhubungan dengannya, aku jadi penasaran..." Batin Ansella.
Di luar Apartmen, Traver sudah menunggu dengan beberapa berkas di tangannya, melihat Ansella sudah keluar kemudian Traver mengarahkan Ansella untuk mengikutinya.
Di dalam apartmen milik Traver yang tak jauh dari milik Ben, Ansella juga melihat bagaimana tampannya Traver, pria itu hanyalah sekretaris pribadi tuan yang ia layani, namun kenapa aura dan ketampanannya seperti boss besar.
Traver kemudian duduk dan membuka berkasnya sedangkan Ansella masih berdiri.
"Silahkan duduk dan baca keseluruhannya." Kata Traver.
Ansella duduk dan langsung menandatanginya.
"Saya tahu, saya tidak akan mengatakannya pada siapapun." Kata Ansella yakin.
Traver melihat sifat wanita itu yang naif dan ambisius.
"Meski begitu. Saya akan memberitahukan garis besarnya, setelah menandatanganinya anda berkewajiban untuk menjaga rahasia ini dari siapapun, jangan pernah membicarakan bagaimana anda melayani Tuan Benjove. Jika anda melanggarnya, maka anda sudah melanggar kesepakatan dan akan mendapatkan sanksi hukum, serta anda berkewajiban mengembalikan 10 kali uang yang anda dapatkan." Kata Traver.
"Jadi namanya adalah Tuan Benjove?" Tanya Ansella.
Traver mengangguk.
"Tuan Benjove Haghwer."
"Tentu saja, saya akan selalu merahasiakannya, lalu saya juga dengan senang hati jika anda menghubungi saya lagi, jangan lupa untuk menyimpan kontak nomor saya Tuan Traver." Kata Ansella mengedipkan satu matanya.
"Uangnya sudah di kirim ke akun rekening anda." Kata Traver berdiri.
"Terimakasih." Kata Ansella mengulurkan tangan berniat berjabat tangan.
Traver melihat itu dan memiliki wajah suram.
Kemudian Traver menjabat tangan Ansella.
"Apa anda tidak berniat menggunakan saya? Saya akan memenuhi semua ekspektasi anda. Saya yakin anda tidak akan kecewa dengan pelayanan saya Tuan Traver." Kata Ansella.
Diam-diam Ansella mendambakan Benjove sekaligus Traver. Mereka memiliki wajah tampan dan tubuh yang ideal, bahkan sangat sempurna bagi Ansella.
"Tidak." Kata Traver.
Ansella hanya tersenyum dengan penolakan dingin itu.
Setelah kepergian Ansella, Traver mengambil sapu tangannya dan mengelapnya, lalu ia membuang sapu tangan itu ke bak sampah.
bersambung