Menanti Jatuhnya Talak 3

" Assalamu'alaikum, " ucap seorang pria bertubuh tegap, tinggi dan tampan.

" Mas Yoga, " ucap Zhezha dengan lirih.

Zhezha menatap dengan tatapan berembun ke arah pria yang hadir tersebut. Sosok pria yang selama ini yang begitu ia nantikan kedatangannya. Yoga begitu tampan dengan menggunakan setelan jas berwarna hitam.

Karena tak ada yang menjawab salamnya Yoga kembali mengucapkan salam.

" Assalamu'alaikum."

Bukannya tak mendengar ucapan salam tersebut, ketiga orang tersebut terlanjur terpana dengan penampilan Yoga saat itu.

Yoga yang dulunya kurus, dekil dan kumuh kini terlihat begitu berbeda. Saat ini, Yoga semakin tampan dengan kulit yang begitu putih dan bersih. Pakaian yang ia kenakan saat itu adalah pakaian yang biasa di gunakan oleh para eksekutif muda yang tinggal di daerah perkotaan.

" Walaikum sallam, " ucap mereka kemudian.

" Yoga? " tanya pak Yanto untuk memastikan penglihatannya yang tak salah. Ia pun kembali mengucek matanya.

" Iya Pak, saya Yoga," sahut Yoga di depan pintu.

Seperti mimpi, Zhezha begitu bahagia melihat perubahan yang terjadi pada sang kekasih. Tak terlukis lagi betapa rindunya Zhezha kala itu.Dengan segera ia menghampiri Yoga.

" Mas Yoga, mari masuk, " ajaknya.

" Hai Zhe? apa kabar? " tanya Yoga sambil mengulurkan tangannya.

" Baik Mas, " jawab Zhezha dengan tangan gemetar nya menyambut uluran tangan Yoga.

Keduanya pun saling menatap dengan tatapan berbinar untuk beberapa saat, rindu mungkin sudah tak terukur lagi di antara kedua insan tersebut.

Ehm, suara deheman seseorang membuyarkan lamunan mereka.

Meli dan pak Yanto pun segera menghampiri keduanya.

" Ada perlu apa Yoga? " tanya pak Yanto, masih dengan nada ketus seperti lima tahun yang lalu.

Yoga mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan pak Yanto.

Seperti jijik, pak Yanto hanya menyentuh sedikit telapak tangan Yoga kemudian ia menarik kembali tangannya.Kemudian ia membuang wajahnya.

" Silakan duduk Nak Yoga, " ucap Meli.

" Iya Bu Terima kasih. "

Mereka semua duduk di tempatnya Masing-masing.

Zhezha tak berhenti menatap dengan kekaguman yang luar biasa terhadap pria yang selama ini masih berkuasa di hatinya. Apalagi sekarang Yoga semakin tampan.

Perasaan bangga dan haru muncul di hatinya ketika Zhezha melihat perubahan besar yang terjadi pada Yoga.

" Apa kabarnya Nak Yoga? " tanya Bu Meli berbasa-basi.

" Baik Bu.Ibu dan Bapak bagaimana kabarnya? " tanya Yoga.

" Alhamdulilah baik Nak, " sahut Bu Meli.

" Sudah cepat katakan saja, apa mau kamu?! " tanya Pak Yanto masih bernada ketus.

Zhezha tak enak hati terhadap Yoga, bahkan setelah lima tahun sang ayah masih bersikap angkuh terhadap Yoga.

Yoga mengulum senyumnya.

" Kedatangan saya kemari, untuk melamar Zhezha Pak. Persis apa yang pernah saya janjikan, " ucap Yoga dengan tutur kata yang begitu teratur.

Alangkah bahagia hati Zhezha saat itu, meski penampilan Yoga berubah, tapi tak ada yang berubah darinya sedikit pun.

"Melamar ? punya apa kamu untuk melamar putri saya?! jangan kamu pikir penampilan kamu seperti itu, saya percaya jika kamu sudah jadi orang sukses. " tutur Pak Yanto dengan nada bicara yang semakin sinis.

Yoga sudah menyangka hal ini sudah terjadi.

" Tenang saja Pak, saya sudah bisa membuktikan jika saya sudah pantas untuk melamar putri bapak Zhezha. "

Yoga mengeluarkan sebuah kotak cincin berwarna merah. Kemudian ia juga mengeluarkan beberapa surat penting sebagai pembuktian kepada Pak Yanto.

" Ini cincin emas bermata berlian asli Pak,berikut surat-suratnya. Dengan cincin ini saya berniat melamar Zhezha, " ucap Yoga sambil menyodorkan cincin dan surat-suratnya.

" Dan ini, satu unit apartemen yang sudah di atasnama kan dengan nama saya, yang nantinya jika saya dan Zhezha menikah, maka unit tersebut akan saya alihkan menjadi milik Zhezha. "

Meli dan Zhezha tersenyum mendengarkan penuturan Yoga. Sebenarnya jika Yoga datang tanpa membawa apapun, maka Zhezha tetap akan menerima dirinya apa adanya.

Tak begitu dengan Pak Yanto, meski syarat sudah terpenuhi, entah kemana ia begitu berat menerima lamaran Yoga.

Pak Yanto masih bungkam diam seribu bahasa, wajahnya pun di tolehkan ke arah lain, seolah tak sudi melihat pria gagah yang dulu sering ia hina.

" Masih ada lagi pak, selain apartemen, saya juga, akan memberi sebuah mobil untuk bapak, sebagai salah satu mahar dari saya. Setelah menikah, Saya akan memberikan nafkah lebih kepada Zhezha agar dia bisa membantu perekonomian keluarga tanpa harus bekerja," papar Yoga kembali.

Setelah semua penawaran semua itu, pak Yanto masih bergeming. Sejenak mereka terdiam beberapa saat menunggu keputusan dari pak Yanto.

Setelah beberapa menit menunggu, Yoga berinisiatif untuk kembali bertanya.

" Pak, kedatangan saya kemari untuk melamar Zhezha, sudilah kiranya bapak menerima pinangan saya. Saya sudah penuhi semua syarat yang bapak minta sejak lima tahun yang lalu. "

Pak Yanto berpikir sejenak, ia memang pernah berjanji untuk merestui hubungan Zhezha dan Yoga, seandainya Yoga bisa membuktikan dirinya jika ia layak untuk Zhezha.

Pak Yanto tak menyangka jika Yoga bisa jadi sukses seperti ini. Meskipun begitu, tetap saja hatinya terlalu berat untuk menerima Yoga, pak Yanto pun mencari cara agar Yoga merasa berat untuk memenuhinya persyaratannya.

Ketiga orang yang ada di tempat tersebut menatap ke arah pak Yanto, mereka semua menanti jawaban dari pak Yanto.

Apalagi Zhezha, jantungnya berdetak dengan kencang penuh harap kepada ayahnya.

'Ya Allah semoga hati ayah luluh dan bisa menerima mas Yoga.' Zhezha berdoa dalam hatinya.

" Baiklah, karena kamu sudah bisa memenuhi persyaratan pertama, saya bisa menerima lamaran kamu jika kamu bisa, memenuhi persyaratan kedua, " ucap Pak Yanto.

" Bapak! "seru Zhezha, ia merasa malu dengan sikap ayahnya terhadap Yoga.

"Diam kamu Zhezha! "

" Jika ia bisa menyanggupi persyaratan yang kedua maka, saya menerima lamaran kamu, " tantang Pak Yanto.

Zhezha meneteskan airmata mendengar ucapan yang keluar dari mulut ayahnya tersebut, begitu sulitnya sang ayah untuk memberi restu terhadap cinta mereka, padahal ia sudah menantinya selama lima tahun.

" Ia Pak, katakan saja apa syaratnya. Akan saya penuhi, " sahut Yoga.

Pak Yanto menoleh ke arah Yoga, karena sejak tadi ia terus membuang mukanya dari Yoga.

" Syarat yang pertama, saya ingin mahar dengan jumlah yang besar. "

" Baik Pak, katakan saja nilainya berapa? " tanya Yoga.

" Seratus juta! " sebut Yanto asal.

Zhezha dan Meli kaget mendengar permintaan Pak Yanto tersebut. Pasalnya di kampung mereka mahar seratus juta itu sudah banyak sekali.

" Baiklah saya menyanggupinya. "

Zhezha dan Meli tercengang. Begitupun Pak Yanto, ia tak menyangka jika Yoga menyanggupi permintaan tersebut.

" Lalu apa syarat yang kedua? " tanyanya lagi.

" Aku ingin kalian menggelar pesta pernikahan yang mewah, supaya aku bisa membuktikan pada penduduk kampung jika kau memang pantas untuk putriku, " ucap Yanto.

" Setuju! " sahut Yoga singkat.

" Ada lagi? " tantang Yoga.

" Baiklah jika kau mampu memenuhi semua persyaratan, aku akan merestui hubungan kalian, " ucap Yanto dengan berat hati.Ia terpaksa merestui hubungan mereka.

' Alhamdulillah, akhirnya ayah mau merestui hubungan kami, ' batin Zhezha.

Bersambung dulu gengs, jangan lupa dukungan untuk outhor ya, 🙏😘😘😘