Romance modern.
Kisah cinta Anne Halinger dengan Robert Anderson yang bertemu lewat perjodohan.
Anne yang berasal dari keluarga yang tidak menyayanginya. Dia dijodohkan dengan Robert yang hampir bangkrut dan tidak punya penghasilan tetap.
Namun, tiada yang tahu jadi diri Robert yang sebenarnya adalah pewaris dan CEO Black Diamond Group. Bagaimana kisah cinta dua insan ini? Akankah Anne dan Robert berbahagia?
Ikuti terus kisah mereka ya.
IG @cindy.winarto
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cindy Winarto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5
Rumah mewah Kakek Thomas bercat putih dengan lantai marmer warna gading. Berbagai pajangan antik nan mewah mengisi rumah berlantai tiga itu. Ada taman bunga dan kebun buah di belakang, dan gazebo kecil di dekat kolam renang.
Robert sedang duduk di ruang tamu sembari menunggu tuan rumah menyambutnya. Lalu Robert melihat-lihat foto keluarga yang dipajang di ruang tamu. Foto itu dari generasi Kakek Thomas, Tuan Ridhan, Spencer dan Anne.
Robert tampak tertarik melihat foto-foto Anne dari masa kecil hingga lulus kuliah. Anne kecil berambut lurus, hitam panjang sebahu dan berponi. Tampak ceria naik ayunan bersama Oma Tinka. Ada lagi foto Anne pakai toga saat lulus TK. Foto berikutnya adalah Anne pakai kebaya cream saat lulus S1. Lalu ada foto kanvas keluarga Halinger, ada Kakek Thomas, Nyonya Sandra, Tuan Ridhan, Spencer dan Anne.
"Sayangnya, foto-foto ini hanyalah tampak luarnya saja. Anne yang diceritakan Kakek Thomas adalah sosok yang menderita karena kedua orang tuanya yang pilih kasih." Mata Robert memandang foto kanvas itu beberapa saat.
"Ehem, ehem." Kakek Thomas sudah muncul di ruang tamu sambil digandeng Anne.
"Selamat siang Robert, apa kamu sudah lama menunggu?" tanya Kakek Thomas dengan ramah.
"Siang, Kakek. Aku baru saja tiba beberapa menit lalu." Sudut mata Robert menatap Anne yang terlihat sedikit gugup.
"Kenalkan, ini Anne cucuku yang sudah kuceritakan kepadamu. Cantik, 'kan?"
Mata Kakek Thomas mengerling jenaka. Anne merona mendengar pujian dari Kakek Thomas.
"Halo, namaku Robert," ujar Robert sambil menyalami Anne.
Anne menyambut tangan Robert dan menyahut, "Halo, aku Anne."
Robert mengenali Anne sebagai si gadis baik hati yang membagi rezeki pada dua pengamen tadi.
"Benarkah dia calon istriku, si gadis baik hati itu? Akankah dia mau menerimaku yang saat ini berpura-pura sebagai orang biasa saja, sekalipun aku punya usaha tetapi keadaan perusahaan sedang tidak stabil sekarang," batin Robert sambil menatap Anne dengan sorot mata yang tajam.
"Apakah ini calon suamiku? Kalau kulihat-lihat badannya tinggi sekali, mukanya tampan juga dan tampilan bajunya pun biasa saja, sepertinya cocok dengan aku yang biasa-biasa juga bajunya ini. Tapi, apa dia mau ya denganku yang tidak bawa apa-apa bila menikah nanti? Aku memang sedang KPR rumah kecil, tapi tak ada lebihnya dari itu semua. Ayah dan Ibu tak mendukungku seperti mereka mendukung Spencer," pikir Anne dalam hatinya.
"Ayo, kita duduk di ruang makan belakang dekat taman," ucap Kakek Thomas seolah menyadarkan kedua insan itu dari pikiran mereka masing-masing.
Mereka bertiga segera bergerak menuju ruang makan. Makanan khas Indonesia sudah disajikan oleh para pelayan. Ada nasi, sayur asem, ikan goreng, ayam goreng kuning, sambal terasi, kerupuk, dan lalapan.
"Anne, mana jus jeruk kesukaan Kakek yang kamu bilang mau buatkan untukku itu?" tanya Kakek Thomas.
"Oh iya, Kek. Tadi aku sudah membuatnya, tapi aku tidak jadi membawanya karena sesuatu hal," jelas Anne sambil senyum.
Anne kemudian berdiri dan mengambilkan nasi dan lauknya untuk Kakek Thomas. Setelah itu, Anne menyiapkan juga nasi dan lauk untuk Robert.
Mata Robert terus saja mengamati gerakan Anne saat itu. Anne yang sedang sibuk, tidak menyadarinya.
"Terima kasih, Anne. Mari kita makan." Robert tampak tersenyum senang kepada Kakek Thomas dan Anne.
Sambil makan, Kakek Thomas mengobrol bersama Robert, sedangkan Anne lebih banyak diam mendengarkan. Setelah selesai makan, Anne membantu membereskan piring dan gelas.
"Pergilah ke taman bunga dan mengobrollah bersama," ucap Kakek Thomas kepada Anne dan Robert.
Mereka berdua berjalan perlahan di taman bunga. Harum bunga mawar dan anggrek membuat suasana terasa indah untuk keduanya. Selama beberapa menit, mereka berdua masih terdiam. Tak ada yang memulai percakapan, hingga ada lebah terbang dekat kepala Anne dan mengagetkan keduanya.
"Ahhhh, ada lebah, aku takut disengat. Huss, huss," teriak Anne sambil mengibaskan tangannya.
Robert jadi kaget dan ikut mengibas tangannya menghalau lebah itu. Hingga akhirnya tak sengaja tangan Robert menangkap tangan Anne. Keduanya jadi salah tingkah dan terdiam. Mata Robert menyelami kelamnya bola mata Anne. Seolah tersadar, keduanya reflek melepaskan pegangan tangannya.
Akhirnya Robert yang berinisiatif memulai pembicaraan. Jika tidak, maka mereka akan terus diam sampai matahari terbenam.
"Anne, apa kamu tahu kalau aku adalah orang yang akan dijodohkan denganmu?"
"Ya, aku tahu." Anne menatap Robert sejenak.
"Anne, apa kamu tidak takut menikah dengan orang yang baru kamu kenal, dijodohkan pula?" tanya Robert sambil tertawa kecil.
"Kamu sendiri apa tidak takut menikah denganku, walaupun kakekku dan kedua orang tuaku kaya, aku tidak akan dapat bagian warisan apapun. Aku hanya akan membawa diriku saja saat menikah nanti," kata Anne apa adanya.
Yang Anne ucapkan adalah sebuah kenyataan pahit. Anne punya beberapa teman wanita saat kuliah. Mereka berasal dari keluarga kaya juga.
Shanty yang menikah dengan seorang pengusaha kaya di bidang agrobisnis bernama Erick. Shanty sendiri adalah seorang desainer butik baju wanita dan balita. Pas sekali, bukan? Pasangan pengusaha dengan segudang bakat dan kekayaan. Orang tua Shanty pun mendukung dengan membukakan Shanty toko untuk usaha butiknya di daerah Tomang, Jakarta Barat.
Juanita yang terlahir kaya raya, cantik dan pintar, serta selalu beruntung hidupnya. Dia menikah dengan Bryan, seorang pria pujaan hatinya yang bertemu saat keduanya kuliah bahasa Mandarin di China. Orang tua Juanita mempersiapkan pesta pernikahan yang megah di Hotel Borobudur, Jakarta. Selain itu, juga membangun rumah mewah di kawasan BSD untuk pasangan Juanita dan Bryan. Juanita pun juga melanjutkan usaha toko bangunan milik orang tuanya di Rangkasbitung. Sehari-hari Juanita dan Bryan tinggal bersama orang tua Juanita di Rangkasbitung dan berdagang, dan mereka pulang ke BSD saat weekend. Juanita beruntung punya kedua orang tua yang kaya dan support selalu.
Anne hanya bisa iri dan sedih di dalam hatinya. Memang setiap orang punya rezekinya masing-masing, dan tentu kita harus bisa berusaha mandiri sendiri tanpa bergantung pada warisan orang tua, bukan? Namun, miris rasanya bila punya keluarga kaya raya, dan tidak mau memberikan support apapun baik secara semangat maupun dana atau materiil.
Anne akhirnya memutuskan KPR 5 tahun untuk membeli rumah mungil dua lantai di pinggir Jakarta Pusat. Dia ingin hidup mandiri dan membuktikan bahwa dia bisa mandiri. Pelan-pelan dia pun juga mengambil cicilan motor matic untuk keperluan transportasi bekerja sehari-hari. Anne berbelanja sayuran di Pasar Senen atau kadang beli dari pedagang sayur keliling. Dia juga jarang beli baju dan aksesoris karena ingin berhemat.
"Aku tahu itu. Apa kamu juga tahu saat ini aku tidak punya penghasilan tetap karena usahaku sedang bermasalah?" Robert balik bertanya kepada Anne. Dia tidak masalah akan ketakutan Anne mengenai tidak bawa harta apa-apa saat menikah nanti. Justru Robert lah yang takut Anne adalah wanita yang tamak harta bila tahu Robert adalah seorang CEO Black Diamond Group.
"Ya, jadi aku seperti sudah punya satu tanggungan lagi saat menikah nanti. Kamu tinggal saja di rumahku, aku tidak keberatan. Kakek bilang kamu mau bantu pekerjaan rumah tangga ya? Sebenarnya tidak perlu, kamu bisa pergi mencari kerja juga daripada hanya di rumah saja," jawab Anne terus terang.
"Yah, aku tetap akan berusaha untuk membantu meringankan pekerjaan rumah tangga. Aku bisa memasak, walau tak banyak menu, aku bisa belajar dari tutorial memasak di YouTube. Mengenai pekerjaan, ya aku akan terus berusaha mencari kerja baru. Mari kita menikah dan hidup bersama. Aku tidak akan memaksamu mencintaiku. Kita bisa tidur di kamar yang terpisah nanti sampai kamu bisa menerimaku dan mencintaiku," ucap Robert pelan sembari tersenyum.
Mereka berdua saling menatap dalam diam, lalu melihat burung-burung yang berkicauan di taman. Semilir angin bertiup dan membuat suasana adem di taman sore itu.
Hati Anne terasa nyaman saat bersama Robert. Sebuah ketulusan terpancar dari mata Robert saat berbicara.
Robert pun ingin mengenal pribadi Anne lebih dalam, apakah gadis ini adalah sosok yang tepat untuk mendampinginya kelak sebagai CEO Black Diamond Group? Apakah gadis ini materialistis kah seperti gadis lainnya? Apa mau merawat Robert saat suka dan duka, sehat dan sakit, untung dan malang?
Perjalanan masih panjang. Anne pun menganggukkan kepalanya ke Robert dan berujar, "Baiklah, ayo kita menikah."
Sesimpel itulah awal perjumpaan mereka. Memang kalau jodoh, tidak lari ke mana-mana.
***
Halo semuanya, dukung terus karya pertama saya ini ya. Mampir di IG saya ya @cindy.winarto
Thanks semua.
kok pendek skali